You are on page 1of 16

16 April 2018 Arya Dirgantara, ST., M.

Sc
2.1 Lapisan Perkerasan Lentur

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas


lapisan tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.

Konstruksi perkerasan jalan raya terdiri atas lapisan-lapisan yang dapat


dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
1. Lapisan permukaan (surface course)
2. Lapisan pondasi atas (base course)
3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)
Gambar 2.1 Susunan lapisan konstruksi perkerasan lentur
Beban lalu lintas yang bekerja di atas konstruksi pekerjaan dapat dibedakan atas :
1. Muatan kendaraan berupa gaya vertikal
2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horizontal
3. Pukukan roda kendaraan berupa getaran-getaran

Oleh karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-masing
lapisan berbeda dan semakin ke bawah semakin kecil.

Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh gaya yang bekerja, lapisan
pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap
hanya menerima gaya vertikal saja. Oleh karena itu terdapat perbedaan syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh masing-masing lapisan.
2.1.1 Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

Lapisan tanah dasar setebal 50 -100 cm dimana di atasnya akan diletakkan lapisan
pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar yang dapat berupa tanah asli yang
dipadatkan( jika tanah aslinya baik ).

Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dapat dibedakan atas :
 Lapisan tanah dasar, tanah galian
 Lapisan tanah dasar, tanah timbunan
 Lapisan tanah dasar, tanah asli

Sebelum lapisan-lapisan lainnya diletakkan, tanah dasar dipadatkan terlebih dahulu


sehingga tercapai kestabilan yang tinggi terhadap perubahan volume, sehingga dapat
dikatakan bahwa kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung tanah dasar.
2.1.2 Lapisan Pondasi Bawah (Sub base)
Lapisan yang terletak antara lapis pondasi atas (base) dengan tanah dasar
(subgrade), umunya terbuat dari konstruksi batu belah atau sirtu.

Fungsi LPB antara lain :


1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan
beban roda ke tanah dasar. lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR
(California Bearing Ratio) 20% dan Plastisitas indeks (PI) ≤ 10%
2. Mencapai efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah
dibandingkan dengan lapisan perkerasan di atasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal
4. Sebagai lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di LPA
5. Sebagai lapis pertama, agar pelaksanaan berjalan lancar. Hal ini berhubungan
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari
pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar dalam menahan roda-
roda alat berat.
Jenis lapisan bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah :
a. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas sirtu kelas A, kelas B, dan kelas C. Sirtu
kelas A bergradasi lebih kasar dari sirtu kelas B yang masing-masing dapat dilihat
pada spesifikasi yang diberikan.
b. Stabilitas yang terdiri dari
 Stabilitas agregat dengan semen (Cement Treated Subbase)
 Stabilitas agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase)
 Stabilitas tanah dengan semen (Soil Cement Stabilization)
 Stabilitas tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization)
2.1.3 Lapisan Pondasi Atas (Base)
Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah (Sub base) dengan
lapis permukaan (suface). Karena terletak tepat di bawah permukaan perkerasan,
maka lapisan ini menerima pembebanan yang berat akibat muatan. Oleh karena itu,
material yang digunakan harus berkualitas tinggi dan pelaksanaan konstruksi harus
dilakukan dengan cermat.
Fungsi LPA antara lain :
1. Sebagai perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkannya ke lapisan bawahnya.
2. Sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
3. Sebagai bantalan terhadap lapis permukaan.
Material yang digunakan untuk LPA ini harus material yang cukup kuat. Untuk LPA
tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR > 50% dan
Plastis Indeks (PI) <4%. Bahan yang dapat digunakan sebagai LPA adalah batu
pecah dan kerikil.
Jenis LPA yang umum digunakan di Indonesia antara lain :

1. Agregat bergradasi baik, dapat dibagi atas batu pecah, kelas A, B, dan C. Batu
pecah kelas A mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas B, dan
batu pecah kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C. Kriteria dari masing-
masing jenis lapisan di atas dapat dilihat pada spesifikasi yang diberikan.

2. Stabilitas yang terdiri dari :


 Stabilitas agregat dengan semen (Cement Treated Base)
 Stabilitas agregat dengan kapur (Lime Treated Base)
 Stabilitas tanah dengan aspal (Asphalt Treated Base)
2.1.4 Lapisan Permukaan (Surface)

Lapisan yang terletak paling atas yang langsung bergesekan dengan roda kendaraan.

Fungsi lapisan permukaan antara lain :


1. Sebagai lapisan perkerasan yang menahan beban roda, dengan persyaratan
harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan roda selama masa pelayanan.
2. Sebagai lapisan kedap air sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap
ke lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course), lapisan yang langsung menerima gesekan
akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain dengan daya dukung yang lebih buruk.
Jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia antara lain :

1. Lapisan bersifat nonstruktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air,
antara lain :
 Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal
maksimum 2 cm.
 Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal
padat maksimum 3,5 cm.
 Latasir (lapis tipis aspal cair), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan
pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.
 Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal
taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inci.
 Latasbum (lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang
dicampur secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
 Lataston (lapisan tipis aspal beton), dikenal dengan nama hot rolled sheet (HRS),
merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antar agregat bergradasi
timpang, moneral pengisi (filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu,
yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat antara 2,5-3
cm.

2. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan


menyebarkan beban roda kendaraan, antara lain :
 Penetrasi Macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di
atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal
lapisan satu lapis bervariasi antara 4 – 10 cm.
 Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari
campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihamparkan
dan dipadatkan secara dingin. Tebal pada tiap lapisannya antara 3 – 5 cm.
 Laston (lapis aspal beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus,
dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu tertentu.
2.2 Lapisan Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku menggunakan bahan ikat semen, pelat beton dengan atau tanpa
tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban
lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.

Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Kaku


Lapisan pondasi tidak memberikan sumbangan yang besar terhadap daya dukung,
daya dukung terutama didapat dari beton. Hal tersebut disebabkan oleh sifat pelat
beton yang cukup kaku sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas
dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya.

Jenis-jenis perkerasan kaku :


1. Perkerasan beton semen, yaitu perkerasan kaku dengan dengan beton semen
sebagai lapis aus. Ada 4 jenis perkerasan beton semen :
a. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
b. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
c. Perkerasan beton semen bersambung menerus dengan tulangan
d. Perkerasan beton pratekan

2. Perkerasan komposit, yaitu perkerasan kaku dengan pelat semen sebagai lapis
pondasi dan aspal beton sebagai lapis permukaan.
TERIMA KASIH

You might also like