You are on page 1of 40

RESPONSI

PAROTITIS EPIDEMIKA
Pembimbing: dr. Fadjar Nugroho.Sp A
Disusun oleh :
Kaefana Eka R 2007.04.0.0023
Megi Munindra 2007.04.0.0093
Lely Diah Tri W 2008.04.0.0025
Stevanus Darsono 2008.04.0.0034
Ilham Rahmadi 2009.04.0.0001
IDENTITAS

• Nama : An. R
• Umur : 8 th
• Alamat : Bendul Merisi
• Pekerjaan : Siswa
• Keluhan Utama : Benjolan di pipi kiri
• Keluhan Tambahan: Demam, batuk, pilek.
• Riwayat penyakit sekarang: ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada pipi kiri
belakang sejak 3 hari yang lalu. Bengkak pada pipi pasien terasa
nyeri yang dirasakan sepanjang hari dan bertambah berat bila
pasien membuka rahangnya dan mengunyah, nyeri agak
berkurang bila pasien tidak berbicara, menutup mulut dan istirahat. 3
hari yang lalu, pasien juga mengeluh demam. Demam tidak terlalu
tinggi, ibu pasien mengaku demamnya turun setelah diberi
paracetamol. Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien
juga berkurang dari biasanya karena bengkak pada pipi kiri nya
menyulitkan pasien untuk makan dan terasa nyeri saat mengunyah.
Sementara ini pasien masih dapat makan dan minum. Mimisan (-),
bercak-bercak kemerahan (-). BAK tidak ada keluhan. Tidak ada gusi
yang bengkak atau gigi yang berlubang (-), dan pasien juga tidak
mengalami trauma pada daerah yang bengkak.
Pasien menyangkal ada keluarganya atau teman sekolah yang
mengalami sakit yang sama seperti yang dikeluhkan pasien.
ANAMNESIS
• Anamnesis Antenatal : -
• Anamnesis Natal : aterm, spontan belakng kepala, dibantu oleh bidan.
• Anamnesis Neonatal : sianosis (-), kuning (-), kejang (-), menangis (+),
perdarahan (-), gangguan minum(-).
• Penyakit Lain : -
ANAMNESIS
• Imunisasi : Lengkap
• Tumbuh Kembang dan Gigi : Tidak ada gangguan tumbuh kembang.
• Gizi : ASI Eksklusif (-)
• Anamnesis Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
• Kepribadian : Hubungan dengan keluarga dan teman baik
• Anamnesis Sosial : Lingkungan tempat tinggal baik
PEMERIKSAAN FISIK
• Berat Badan : 40 Kg
• Panjang Badan : 140 Cm
• Suhu : 36,4 OC
• Nadi : 116 x/menit
• Tensi : Tidak dilakukan
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kulit : Cyanosis (-), Anemis (-)
• Turgor Kulit : Cukup
PEMERIKSAAN FISIK
• Tenggorok : Hiperemia (-)
• Tonsil : Membesar (-), Membran putih (-), Bintik-bintik
putih (-)
• Kepala : Normal
• Ubun-ubun besar : Menutup
• Sutura : Melebar (-)
• Mata : Kelainan (-), Cowong (-)
• Telinga : Kelainan (-)
• Hidung : Kelainan (-)
• Mulut : Kelainan (-)
• Lidah : Kelainan (-)
• Gigi : Lengkap, Carries (-).
PEMERIKSAAN FISIK
• Leher : Kelainan (-), Pembesaran kelenjar parotis (+)
• Kelenjar :
• Leher : Membesar (-)
• Submandibuler : Membesar (-)
• Ketiak : Membesar (-)
• Selangkangan : Membesar (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Thorax :
• Paru : I: Normochest, gerakan simetris.
• P: Sonor/Sonor
• A: Vesikuler/vesikuler, rh -/-, wh -/-
• Jantung : I: Ictus cordis tidak tampak
• P: Ictus cordis tidak teraba
• P: Batas jantung dbn
• A: S1S2 tunggal, M(-), G(-).
PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen : I: Fatty
• P: Timpani seluruh regio
• P: Nyeri tekan (-), Pembesaran Hepar (-), Lien (-), Ren (-).
• Extremitas : Atas : Akral hangat +/+,
• Bawah : Akral hangat +/+,
• Reflek patologis (-), kaku kuduk (-).
• KPR: +2/+2, APR: +2/+2.
RESUME
• Problem :
• Anamnesa :
• panas sejak 3 hari yang lalu
• Nyeri Telinga
• Nyeri saat membuka mulut lebar
• Nyeri saat mengunyah makanan
• Bengkak dileher
• Batuk dan pilek.
• Pemeriksaan fisik :
• Faring hiperemi (-), pembesaran tonsil (-).
• Pembesaran kelenjar parotis (+).
RESUME
• Diagnosa Kerja : Parotitis
• Diagnosa Banding :
• Parotitis supurativa e.c infeksi bakteri
RESUME
• Penatalaksanaan :
• Planning diagnosis : DL
• Planning terapi :
• Paracetamol 3x500mg
• Pseudoefedrin 3x60mg
• GG 3x100mg
RESUME
• Planning monitoring : Monitor keluhan
• Planning edukasi :
a. Kompres benjolan dengan air hangat
b. Diet lunak
c. Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk menghindari
droplet.
PENDAHULUAN
• Seorang dokter diwajibkan untuk melakukan anamnesa terhadap
setiap pasien yang datang berobat guna untuk mendapatkan data
pribadi yang lengkap dari pasien, diagnosis dan prognosis yang tepat.
• Parotitis epidemika atau mumps adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh virus dan ditandai dengan pembesaran pada salah
satu atau kedua kelenjar liur.
• Virus mumps atau parotitis epidemika terutama menyebabkan
penyakit pada anak-anak walaupun masih ringan.
• Mumps dapat terjadi pada semua usia. Tetapi paling sering terjadi
pada anak-anak berusia 5-15 tahun, yaitu 85% dari kasus mumps
terjadi pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun.
TINJAUAN PUSTAKA
• Definisi
- Suatu infeksi virus menular
- Menyebabkan pembengkakan unilateral atau bilateral pada
kelenjar
liur disertai nyeri.
- Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan
sel
epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
(Pudjiadi dan Hadinegoro, 2009)
- Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksi
pada jaringan kelenjar dan saraf.

• Etiologi
- Penyebabnya adalah virus ribonucleic acid (RNA) spesifik
- Dikenal sebagai Rubulavirus (virus mumps).
- Termasuk genus Paramyxovirus dan famili Paramyxoviridae.
- Virus ini berantai tunggal dengan RNA yang dikelilingi oleh
glikoprotein.
• Epidemiologi
- Parotitis epidemika merupakan penyakit yang sangat
sering
ditemukan pada anak.
- Insidens pada umur < 15 tahun adalah 85% dengan
puncak insidens
kelompok umur 5-9 tahun.
- Di negara barat seperti Amerika dan Inggris, rata-rata
didapat
kurang dari 1.000 kasus per tahun.
- Tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara
endemik atau
epidemik.
- Penyakit infeksi pada anak yang sekitar 30 – 40%
kasusnya
merupakan penyakit asimptomatik.
PATOGENESIS
• Virushidung atau mulut yang berasal dari percikan ludah, kontak
langsung dengan penderita parotitis lain
• Masa inkubasi 14-24 hari kemudian virus bereplikasi di dalam
traktus respiratorius atas
• virus berdiam di jaringan kelenjar / saraf yang kemudian akan menginfeksi
glandula parotisParotitis
Reaksi inflamasi

Bradikinin Histamin

peningkatan
Merangsang saraf permeabilitas
sensorik  nyeri pembuluh darah 
edema pada pipi

menekan saraf
aurikula temporal
sehingga terjadi
nyeri pada telinga
• reaksi imun keluarnya IL-1pirogen endogen yang akan diteruskan
menuju hipotalamus sebagai pusat regulasi suhu tubuh prostaglandin
demam
• masa inkubasi selama 14-24 hari tidak ada gejala klinik 30-40% dan sisanya
60-70% akan menunjukkan gejala klinik
• Atau prodormal di tandai perasaan lesu, nyeri pada otot terutama pada
leher, sakit kepala,nafsu makan menurun diikuti
• pembesaran cepat satu atau dua kelenjar parotis serta kelenjar ludah yang
lain seperti submaksilaris dan sublingual.
• Pembesaran kelenjar unilateral >> jarang bilateral
• Gejala klinik 24 jam, sakit telinga dan diperberat jika mengunyah makanan.
• pembengkakan dan nyeri rahang pada stadium awal penyakit, terutama
saat makan makanan asam seperti jus lemon dan cuka.
• Dalam beberapa hari kelenjar parotis membesar sampai ukuran maksimum
dalam 1-3 aurikula terangkat & terdorong ke lateral.
• Selama masa pembesaran kelenjar, rasa nyeri dan nyeri tekan sangatlah
hebat
• keluhan akan berkurang saat pembesaran kelenjar mencapai ukuran
maksimum.
• Daerah yang mengalami pembengkakan terasa lunak dan nyeri
• edema laring dan palatum mole sehingga mendorong tonsil ke tengah.
• Demam akan turun 1-6 hari, dimana suhu tubuh kembali normalsebelum
pembengkakan kelenjar hilang. Pembengkakan kelenjar hilang dalam
waktu 3-7 hari
1. Pembengkakan kelenjar submaksilaris
• Pembengkakan kelenjar submaksilaris dengan tidak diikuti pembengkakan
kelenjar parotis
• Nyeri yang timbul lebih ringan tapi menghilang lebih lambat.
2.PEMBENGKAKAN KELENJAR
SUMANDIBULA
• Dapat terjadi pembengkakan & kemerahan pada duktus wharton :
1. Berbentuk lonjong yang meluas ke arah depan dan bawah mulai dari sudut
tulang rahang bawah
2. Berbentuk setengah lonjong yang meluas secara langsung kebawah
3. PEMBENGKAKAN KELENJAR
SUBLINGUAL
>>BILATERAL DAN JARANG
GEJALA LAIN
1. Orkitis epididimis
• laki-laki dewasa, yang biasanya muncul pada minggu pertama, namun
dapat pula muncul pada minggu kedua ataupun ketiga.
• orkitis sangat jarang terjadi pada anak laki di bawah umur 10 tahun
• Orkitis lebih sering bersamaan dengan parotitis. Dapat pula mendahuli
ataupun berdiri sendiri semakin tinggi jika terjadi wabah parotitis epidemika.
• Orkitis didahului oleh demam,menggigil, sakit kepala, mual muntah, sakit
perut bagian bawah
• testis membengkakukuran 4 kali ukuran normal. Testis yg terserang terasa
nyeri, bengkak, kulit sekitar edema dan berwarna merah
2. Oovoritis
• anak perempuan dengan parotitis epidemika yang mengeluh nyeri perut
bagian bawah.
3. Meningoencefalitis
• > 20 tahun.
• Laki- laki kemungkinan 3 sampai 5 kali lebih banyak dari perempuan
• Meningoensafalitis Gejala yang timbul adalah sakit kepala, demam, kaku
kuduk, mual, muntah, gangguan kesadaran, dan kejang. Kadang
• neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis,hemiplegi,ataksia dan paralisis
saraf otak.
• Pada pemeriksaan csf di temukan pleositosis dengan predominan limfosit,
peningkatan protein dengan kadar glukosa normal suhu tubuh turun
dengan krisis 3-10 hari.
• Gejala klinik akan menghilang seiring dengan menurunnya demam.
4. PANKREATITIS

• Manifestasi yg berat dan sangat jarang terjadi.


• Kadang mucul tanpa disertai parotits. Terjadi nyeri perut mendadak,
demam, kelemahan hebat, nausea dan muntah.
• Hiperglikemi transien dan cepat membaik.
• Peningkatan kejadian diabetes pernah dilaporkan setelah terjadi wabah
parotitis epidemika. Gejala akan membaik 3-7 hari dan sembuh sempurna
5. NEFRITIS
• Nefritis abnormalitas fungsi ginjal yang ringan.
• Nefritis yang sangat berat sangat jarang dan terjadi 10-14 hari setelah
parotitis. Perubahan gambaran EKG terdapat gambaran miokarditis pada 3-
5%. Miokarditis sembuh tanpa sekuele.
• Kelenjar lain yang dapat terinfeksi adalah tiroid, mammae, bartolin, namun
sangat
DIAGNOSIS

• Faktor-faktor yg harus di perhatikan


1. Riwayat kontak dengan penderita parotitis epidemika 2-3 minggu
2. Adanya parotitis dan keterlibatan kelenjar lain.
3. Tanda meningitis aseptik
PEMERIKSAAN LAB
• Pemeriksaan laboratorium rutin, leukopeni dengan limfositosis relatif atau
kadang normal.
• Peningkatan c-reaktif protein (CRP).
• Tes serologi, dimana didapatkan antibodi spesifik terhadap parotitis
epidemika seperti komplemen fiksation tes (CF), hemaglutinasi-inhibition (HI),
(ELISA) Enzime linked imunosorbent assay dan virus neutrolisation.
• Kenaikan titer antibodi dalam serum 4 kali atau lebih tinggi adalah bukti
terjadinya infeksi.
• Isolasi virus penyebab dari saliva dan urin selama masa akut penyakit dan
dari CSF saat dini dari meningoensefalitis.
• Uji kulit kurang dapat di andalkan dibandingkan dengan uji serologi untuk
menentukan infeksi yang telah lewat. Reaksi hipersensitivitas tipe lambat
terjadi kira-kira 3-4 minggu setelah onset penyakit.
• Peningkatan amilase serum pada parotitis epidemika dan pankreatitis
parotitis epidemika mencapai pincaknya pada minggu pertama dan
menurun pada minggu ke dua dan tiga. Peningkatan serum amilase terjadi
pada 70% parotitis epidemika dengan parotitis.
• Deteksi virus dengan reserve transkription-PCR (RT-PCR), yang didapat dari
hapusan nasofaring atau dari cairan CSF pernah di laporkan. RT-PCR lebih
sensitif daripada ELISA untuk menentukan adanya infeksi parotitis epidemika
PENATALAKSANAAN
• P.E = Self Limiting Disease.
• Parasetamol dapat digunakan untuk mengurangi nyeri karena
pembengkakan kelenjar.
• Kompres hangat dapat membantu penyembuhan.
• Terapi cairan intravena diindikasikan untuk penderita meningoencepalitis
dan muntah-muntah yang persisten.
PROGNOSIS

• Secara umum prognosis parotitis epidemika


baik, kecuali pada keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas
karena atrofi testis dan sekuele karena
meningoensefalitis.
PENCEGAHAN

• Imunisasi aktif =vaksin monovalen atau


kombinasi dengan virus campak dan rubela
disebut MMR
• Jika diberikan vaksinasi dalam usia 6 bulan
stedrjadi serokonversi 70% dan vaksinasi pada
usia 9-12 bulan terjadi serokonversi 90%
KOMPLIKASI
• Ketulian yang disebabkan terjadinya neuritis pada saraf pendengaran
• Komplikasi neurologis yang lain adalah mielitis dan neuritis saraf fasialis
• Diabetes melitus sebagai komplikasi parotis epidemika dapat merusak sel
beta pankreas tapi kerusakan pankreas tidak pernah terdokumentasi.
• Miokarditis juga dilaporkan sebagai komplikasi meski kejadiannya jarang .
• Komplikasi hematologi seperti trombositopenia dan anemia hemolitik
pernah dilaporkan tapi sangat jarang terjadi.
• Atritis sangat jarang terjadi pada anak-anak. Tiroiditis timbul setelah 1
minggu setelah onset parotitis.

You might also like