You are on page 1of 21

PERTEMUAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PERILAKU

START TIMER
kEDUA

PERUBAHAN SOSIAL

PERUBAHAN
PERILAKU
SAMUEL KOENIG (1957) MENGATAKAN BAHWA
PERUBAHAN SOSIAL MENUNJUK PADA
MODIFIKASI-MODIFIKASI YANG TERJADI PADA
POLA POLA KEHIDUPAN MANUSIA YANG
TERJADI KARENA SEBAB
SEBAB INTERN MAUPUN SEBAB
SEBAB EKSTERN.
PERUBAHAN SOSIAL ADALAH PERUBAHAN-
PERUBAHAN PADA LEMBAGA-
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DALAM
SUATU MASYARAKAT YANG MEMPENGARUHI
SISTEM SOSIALNYA, TERMASUK DI DALAMNYA
NILAI-NILAI SIKAP, DAN POLA-POLA PERILAKU
DIANTARA KELOMPOK-KELOMPOK
MASYARAKAT (SELO SOEMARDJAN, 1964).
MENURUT SOERJONO SOEKANTO (2006) MELEMAHNYA
NORMA-NORMA DAN NILAI-NILAI DALAM MASYARAKAT
DAPAT TERJADI KARENA ADANYA PERUBAHAN
YANG MENYEBABKAN MASALAH SOSIAL, ATAU
MERUPAKAN PENYIMPANGAN TERHADAP NORMA NORMA
KEMASYARAKATAN YANG MERUPAKAN PERSOALAN BAGI
MASYARAKAT.
SUATU MASALAH SOSIAL ADALAH PERANAN- PERANAN
SOSIAL KHUSUS YANG DIMILIKI OLEH INDIVIDU DI DALAM
MASYARAKAT ATAS DASAR TRADISI, JUGA PERANAN ATAS
DASAR PERBEDAAN KELAMIN YANG DALAM SUATU
PROSES PERUBAHAN MENGALAMI KEGOYAHAN.
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI, SESEORANG DAPAT
MELAKUKAN PENYIMPANGAN NORMA-NORMA SOSIAL
UNTUK MENCAPAI STATUS (KEDUDUKAN) SOSIAL YANG
LEBIH BAIK.
MENURUT SOERJONO SOEKANTO
(2006), SECARA UMUM KEDUDUKAN
SOSIAL ARTINYA ADALAH TEMPAT
SESEORANG SECARA UMUM DALAM
MASYARAKATNYA SEHUBUNGAN
DENGAN ORANG-ORANG LAIN, DALAM
LINGKUNGAN
PERGAULANNYA, PRESTISE NYA, HAK-
HAK SERTA KEWAJIBANNYA, ATAU
DISEBUT JUGA TEMPAT SESEORANG
DALAM POLA TERTENTU.
MASYARAKAT PADA UMUMNYA
MENGEMBANGKAN TIGA MACAM KEDUDUKAN,
YAITU SEBAGAI BERIKUT:
Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan
rohaniah dan kemampuan, yang diperoleh berdasarkan kelahiran. Pada umumnya kedudukan seperti ini
terdapat pada masyarakat yang tertutup, misalnya kerajaan, feodal.
Achieved status, kedudukan seseorang yang dicapai dengan usaha usaha yang disengaja, dan tidak diperoleh
berdasarkan kelahiran. Kedudukan seperti ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari masing-masing
individu dalam mengejar serta mencapai tujuannya.
Assigned status , yang merupakan kedudukan yang diberikan oleh seseorang atau lembaga tertentu. Artinya suatu
kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah
memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi,
terkadang kedudukan tersebut diberikan seseorang yang telah lama menduduki suatu kepangkatan tertentu.
HUBUNGAN DARI BERBAGAI MACAM KEDUDUKAN
TERSEBUT, BIASANYA YANG SELALU MENONJOL HANYA
SATU KEDUDUKAN YANG UTAMA. ATAS DASAR ITU,
YANG BERSANGKUTAN DIGOLONGKAN KE DALAM
KELAS KELAS TERTENTU DALAM MASYARAKAT.
ADAKALANYA, ANTARA KEDUDUKAN YANG DIMILIKI
SESEORANG TIMBUL PERTENTANGAN-PERTENTANGAN
ATAU KONFLIK (STATUS CONFLICT).
KEDUDUKAN SESEORANG ATAU KEDUDUKAN YANG
MELEKAT PADANYA DAPAT TERLIHAT PADA
KEHIDUPAN SEHARI-HARINYA MELALUI CIRI CIRI
TERTENTU YANG DISEBUT PRESTISE-SYMBOL (STATUS-
SYMBOL) (SOERJONO SOEKANTO, 2006).
PADA UMUMNYA
MASYARAKAT LEBIH
MENYUKAI KEHIDUPAN
MEREKA BERJALAN SEPERTI
BIASA. SUDAH MENJADI SIFAT
KHAS MANUSIA UNTUK
MEMPERTAHANKAN HAL-HAL
YANG ENAK DAN NYAMAN.

KARENA ITU, HAL-HAL BARU


YANG DAPAT MENIMBULKAN
PERUBAHAN PADA AWALNYA
CENDERUNG DITOLAK.
Masyarakat umumnya enggan mengikuti perubahan, terutama perubahan-perubahan sosial dan
budaya yang melibatkan perubahan kebiasaan, lembaga sosial, nilai, dan kepercayaan.
Meskipun demikian, harus dikatakan bahwa tidak semua hal baru atau perubahan mendapat
tentangan secara luas dari masyarakat. Ada sebagaian masyarakat dengan karakteristik
tertentu memang sangat terbuka pada perubahan.
Misalnya, masyarakat yang heterogen, masyarakat dengan tingkat pendidikan dan kontak sosial
dengan kebudayaan lain sangat terbuka, masyarakat di daerah perkotaan, dan sebagainya.
Sementara itu, masyarakat dengan karakteristik yang cenderung menolak perubahan akan
menyebabkan lambat atau tidak mulusnya sebuah perubahan sosial.
KECENDERUNGAN MASYARAKAT MEMPERTAHANKAN KEBUDAYAAN

Perubahan sosial dan budaya selain disebabkan oleh berbagai kebutuhan


hidup yang dihadapi, juga disebabkan oleh pengaruh atau masuknya
unsur kebudayaan baru atau asing. Ada masyarakat yang cenderung
mempertahankan keadaan sosial budaya yang sudah ada.
Mereka melakukan demikian karena unsur yang mereka pertahankan
sangat berguna bagi masyarakatnya atau berguna sebagai pedoman
hidup bersama. Maka, jika terjadi perubahan justru akan menggoyahkan
keseimbangan sistem sosial.
Ada kecenderungan kuat dalam masyarakat untuk mempertahankan
beberapa unsur kebudayaannya dan menolak unsur-unsur kebudayaan
yang berasal dari kebudayaan lain.
UNSUR-UNSUR YANG DIPERTAHANKAN TERSEBUT IALAH SEBAGAI
BERIKUT:
Unsur yang mempunyai fungsi vital dan sudah diterima luas oleh masyarakat.
Misalnya sistem kekerabatan pada masyarakat suku bangsa Batak Karo
dan Batak Toba. Sistem kekerabatan dan solidaritas kekerabatannya
mempunyai fungsi yang amat penting bagi kedua suku bangsa tersebut.
Oleh sebab itu, kedua suku bangsa ini cenderung mempertahankan
sistem kekerabatan mereka. Suku bangsa lain di Indonesia pun mengalami
hal yang sama.
Kekerabatan memiliki fungsi sosial sebagai perekat anggota marga.
Karena itu, masyarakat akan menolak jika sistem kekerabatan mereka
diganti. Mereka juga akan berusaha mempertahankan sistem kekerabatan
dari ancaman pengrusakan pihak lain.
UNSUR-UNSUR YANG DIPERTAHANKAN TERSEBUT IALAH SEBAGAI
BERIKUT:
Unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil dan sudah terinternalisasi
dalam diri anggota masyarakat.
Mis: makanan pokok masyarakat. Sebagian besar anggota masyarakat Indonesia
sejak kecil terbiasa makan nasi sebagai makanan pokok mereka. Maka, meskipun
beberapa golongan masyarakat mengenal makanan lezat dari Cina, negara-negara
Barat, dan negara-negara luar lainnya, masyarakat Indonesia tetap
mempertahankan nasi sebagai makanan pokok. Mereka tidak menggantikan nasi
dengan roti atau jenis makanan lainnya sebagai makanan pokok sehari-hari.

Hal yang sama juga terjadi dengan beberapa suku dan masyarakat di luar Jawa.
Karena sejak kecil orang Papua diperkenalkan dan terbiasa makan Sagu, mereka
akan terus mempertahankan jenis makanan ini.

Kita akan melakukan kesalahan jika memaksa masyarakat Papua mengganti


makanan pokoknya dari sagu menjadi nasi.
UNSUR-UNSUR YANG DIPERTAHANKAN TERSEBUT IALAH SEBAGAI
BERIKUT:
Unsur kebudayaan yang menyangkut sistem keagamaan atau religi.
Seperti kita ketahui, sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Tetapi jauh sebelum
datangnya agama Islam ke Indonesia, agama Hindu dan agama asli Indonesia telah
berkembang. Oleh karena itu, meskipun sebagian besar penduduk Indonesia sudah
memeluk agama Islam, namun upacara-upacara yang kental dengan tradisi Hindu dan
agama asli tetap dijalankan.

Misalnya, kalau salah seorang anggota keluarga muslim meninggal dunia, pihak keluarga
masih mengadakan selamatan untuk almarhum pada hari ke-3, hari ke-7, hari ke-40, hari
ke-100, dan hari ke-1000 setelah ia meninggal.

Kebiasaan membakar kemenyan ketika ada yang meninggal dunia juga masih dijumpai.
Kebiasaan-kebiasaan ini tidak ada dalam ajaran agama Islam, tetapi sebagian umat Islam
di Indonesia tetap melaksanakannya.
UNSUR-UNSUR YANG DIPERTAHANKAN TERSEBUT IALAH SEBAGAI
BERIKUT:
Unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan falsafah hidup.
Tiap masyarakat memiliki ideologi dan falsafah hidup yang dipegang teguh.
Misalnya, bangsa Indonesia, tetap dengan teguh mempertahankan
Pancasila sebagai ideologi dan falsafah hidup bangsa.

Beberapa kali ada kelompok, baik yang datang dari dalam maupun dari
luar negeri, berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain.
Namun usaha-usaha tersebut tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa
Pancasila diterima dan dipegang teguh sebagai ideologi bangsa.
KECENDERUNGAN MASYARAKAT UNTUK
BERUBAH
Suatu perubahan dapat terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam
masyarakat itu sendiri (faktor intern) maupun faktor-faktor yang berasal
dari luar (faktor ekstern).Kadang, suatu perubahan sosial dan
kebudayaan memang dikehendaki oleh suatu masyarakat sebab
kehidupan memang terbuka bagi suatu perubahan dan perbaikan.
Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya kecenderungan
perubahan dalam masyarakat atau kebudayaan, di antaranya sebagai
berikut:
1. Rasa tidak puas masyarakat atas keadaan dan situasi yang ada,
sehingga muncul keinginan untuk memperbaikinya.

2. Kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan


sendiri. Kesadaran ini mendorong masyarakat melakukan berbagai
usaha memperbaiki kekurangan dalam kebudayaannya.

3. Pertumbuhan masyarakat menyebabkan timbulnya keperluan,


keadaan, dan kondisi baru. Karena itu, masyarakat menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut.
4. Ada kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi dengan sistem
kebudayaan yang ada. Oleh sebab itu, masyarakat mencari cara baru
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

5. Bertambahnya kebutuhan hidup yang didukung oleh keinginan untuk


meningkatkan taraf hidup lebih sejahtera.

6. Sikap terbuka dari masyarakat yang bersangkutan terhadap hal-hal


baru,baik yang datang dari dalam maupun dari luar, dan sikap toleransi
terhadap hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan.
DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP
PERILAKU
Perubahan sosial merupakan suatu gejala yang wajar terjadi di manapun. Sepanjang sejarah
masyarakat, perubahan dan kestabilan pada hampir seluruh kehidupan sosial merupakan
dua kontras yang saling silih berganti. Perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh faktor
tunggal, melainkan oleh multifaktor. Kendati demikian, dalam perjalanan waktu, beberapa
faktor penyebab perubahan terbukti berperan lebih berperan lebih signifikan secara khusus
(Spooner, 1972).
Salah satu diantaranya adalah perubahan lingkungan, baik yang disebabkan oleh perubahan
kependudukan maupun iklim atau topografi. Perubahan kependudukan, baik dengan
maupun tanpa perubahan iklim, cepat atau lambat mendorong terjadinya migrasi, teknik-
teknik produksi baru, kepadatan penduduk yang tidak merata, dan kombinasi semua itu.
Tampaknya pertumbuhan penduduk di daerah-daerah yang sangat produktif mengakibatkan
perubahan organsisasi sosial terbesar dalam sejarah sosial manusia (Corneiro, 1970).
Selain perubahan lingkungan, faktor penyebab perubahan sosial lainnya, yang sejak dulu
dipandang paling penting, adalah perubahan teknologi dan perubahan politik.
Perubahan teknologi tersebut, khususnya berupa arus informasi dan komunikasi hasil terknologi
baru, telah masuk hingga ke pelosok desa. Tanpa terasa, arus tersebut telah masuk dalam
berbagai janji dan impian, dan berdampak sangat besar terhadap tatanan masyarakat dan
kebudayaan setempat.
Politik kependudukan pemerintah, terutama berupa program keluarga berencana nasional,
hadir dalam masyarakat kota maupun desa dalam wujud materi yang jarang disadari dan
diukur dampaknya. Mis: kondom, spiral, pil anti hamil, buku-buku panduan singkat
mencegah kehamilan dan lain-lain yang tersedia, di toko-toko buku, apotik-apotik, toko -toko
obat di pinggir jalan hingga di Puskesmas-Puskesmas dan kedai-kedai di pedesaan.
Remaja akan merespons perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya dengan cepat
karena rasa ingin tahu yang dimiliki.
Kemajuan pembangunan di bidang ekonomi serta meningkatnya industrialisasi
juga akan disertai dengan meningkatnya kesempatan bagi remaja untuk
hidup konsumtif, hedonistik atau kesempatan untuk tinggal di luar
pengawasan orang tua. Keadaan ini dapat diikuti dengan meningkatnya
aktifitas seksual mereka yang sulit untuk dihentikan hanya dengan melarang
atau mengajari mereka tentang moralitas, karena di sisi lain, para produsen
akan merayu remaja dengan memanfaatkan perkembangan biologi dan
seksualitas mereka.
Gejala perilaku seksual remaja merupakan cerminan dari terjadinya perubahan-
perubahan penting dalam tatanan masyarakat dan kebudayaan. Hipotesa
yang popular adalah merosotnya nilai-nilai budaya keluarga, atau semakin
longgarnya ikatan dan kontrol keluarga luas muncul karena keluarga semakin
cenderung menjadi keluarga inti.

You might also like