You are on page 1of 31

ASPEK ETIK BAYI

TABUNG
Dosen Pembimbing : dr. Sofwan Dahlan, SpF
Residen Pembimbing : dr. Sigid Kirana

Penyaji:
Maria Vianney. S (FK. Atmajaya)
Cyntia Sari Ursula (FK. Atmajaya)
Litta Retta (FK. UKI)
Suryo Wijoyo (FK. UKI)
Dayu Putri (FK. UKI)
Vansis (FK. UKI)
PENDAHULUAN

 Abad VIII inseminasi (kawin suntik)


bangsa arab pada kuda.
 1884, dr.William Pancoast (Jefferson
Medical College Philadelphia, Amerika
Serikat)
 Dekade ini Teknologi bayi tabung
spermatozoa dan ovum(matang)
cawan petri  embrio rahim
perempuan.
DEFINISI

E T I K A
 Bahasa Yunani  ethos: kebiasaan, adat, akhlak,
watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
 Jamak, ta etha, artinya adat kebiasaan latar
belakang terbentuknya istilah “etika”  dipakai
untuk menunjukkan filsafat moral oleh Aristoteles
(384-322 SM).
 ETIKA  ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan.
 Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Poerwardaminta,1953), ETIKA  ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
 Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Departemen P&K,1988), ETIKA memiliki
3 arti, yaitu :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak)
2. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang
dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat
DEFINISI
 Bayi tabung bayi dari hasil konsepsi,yaitu dari
pertemuan antara sel telur dan sperma yang
dilakukan dalam sebuah tabung yang
dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium
sehingga temperatur dan situasinya sama dengan
aslinya (suhu rahim).

 In Vitro Fertilization (IVF) sperma dan


ovum cawan petri dalam suhu yang sesuai 
embrio yang berhasil dipindahkan ke dalam
rahim.

 Ibu tumpang (surrogate mother)→ wanita


yang menyediakan rahimnya untuk dihuni atau
dititipi embrio milik pasangan lain.
DEFINISI
 Donor sperma→ suatu tindakan dimana seorang pria
memberikan atau biasanya menjual sperma yang dimiliki
untuk digunakan secara spesifik untuk menghasilkan bayi.

 Donor telur (ovum)→ seorang wanita menyediakan


beberapa telur (ova, oochytes) untuk orang lain atau
pasangan yang ingin memiliki anak. Donor telur terlibat
dalam proses fertilisasi in-vitro sebagai telur yang
difertilisasikan didalam laboratorium.

 Donor embrio→ suatu adopsi embrio manusia yang telah


dibekukan, yang dihasilkan dari fertilisasi in-vitro untuk
ditransfer ke dalam uterus ibu yang menerimanya.

 Cryopreservasi  ”cryo” (suhu) dan “preservasi”


(pengawetan)→ sebuah proses dimana sel-sel atau jaringan
dibekukan dengan mendinginkannya pada suhu dibawah 0
0C, biasanya -80°C atau -196°C (titik puncak nitrogen cair)
TEKNIK REPRODUKSI BERBANTU (TRB)
 1978  bayi perempuan pertama Louis Brown
(Inggris)
 Inseminasi buatan  penyemprotan sejumlah
cairan mani ke dalam rahim dengan bantuan
alat suntik. Dengan cara ini diharapkan sperma
lebih mudah bertemu dengan sel telur. Tingkat
keberhasilan 15 %.
TEKNIK FERTILISASI IN-VITRO
Proses dalam melakukan fertilisasi in-vitro :
1. Istri diberi obat pemicu ovulasi
2. Pemantauan dan pemeriksaan ( USG )
3. Pengambilan sel telur
4. Pembuahan sel telur + sel sperma yang telah
diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik

Sel telur yang Sel telur yang 2 pro inti


belum dibuahi telah dibuahi
TEKNIK FERTILISASI IN VITRO
5. Sel telur + sel sperma dalam cawan petri
lemari pengerampemantauan 18-20 jam
 pembelahan sel  embrio

6. Implantasi embrio pada rahim istri kehamilan


7. 14 hari setelah dilakukan implantasi
menstruasi (-) cek urin dan USG
TEKNIK FERTILISASI IN VITRO

PROSES pengambilan sel telur ”ovum pick-up” oleh tim dokter


di Klinik Aster RSHS, sebagai salah satu proses awal pembuatan
bayi tabung.
TEKNIK FERTILISASI IN VITRO
 Partial Zona Dessection (PZD)pembuatan celah
pada dinding sel telur
 Subzonal Sperm Intersection (SUZI)sperma
disuntikkan langsung ke dalam sel telur
 Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)satu
sperma dengan kualitas terbaiksuntik ke sel
telur
 Indonesia 1995teknik ICSI diterapkan bayi
pertama Mei 1996Keberhasilan meningkat,30-
40%

Menyuntik satu sel


telur dengan satu
sperma
Teknik Cryopreservasi
 Indonesia 1992, embrio disimpan dengan
cara cryopreservasi tabung cairan
nitrogen  suhu -196oC
Kapasitas tabung 100 embrio.
 Embrio tidak akan mengalami aktivitas
biologi sehingga dapat disimpan bertahun-
tahun tanpa mempengaruhi kualitasnya.
 Hemat  pasangan tidak perlu mengulang
kembali proses pengerjaan dari awal.
 Maksimal penyimpanan 5 tahun.
Teknik Cryopreservasi

Pelaksanaan teknik
cryopreservasi Tabung Nitrogen cair
Etika Medik Bayi Tabung
3 PENYEBAB TIMBULNYA ETIKA MEDIK:

1. Kemajuan teknologi dibidang medik


Cara pengobatan baru, prosedur pembedahan baru,
organ artifisial, transplantasi organ, terapi gene, bayi
tabung, sewa rahim, human genome project  membuat
keputusan-keputusan baru
2. Hubungan antara dokter – pasien
Dahulu  the doctor always knows best
Sekarang  hak otonomi pasien
3. Faktor financial
Dahulu  diputuskan oleh satu orang dokter dan satu
orang pasien yang membayar biayanya.
sekarang  pihak ketiga sebagai pembayar (pihak
asuransi, pemerintah), tidak begitu memperhatikan
besarnya biaya
Etika Medik Bayi Tabung
Program fertilisasi in-vitro  perawatan super
ovulasi bagi wanita  memproduksi lebih dari
satu sel telur normal per siklus  Sel-sel telur
yang dihasilkan 14 -45 buah.

Dari 10 embrio yang mengalami fertilisasi, hanya 3


embrio yang diimplantasi.

Jika usaha mereka tidak berhasil  seluruh embrio


mereka akan digunakan.

Prosedur sukses  memproduksi satu atau dua


anak dan masih memiliki embrio yang telah
dibekukan.
Etika Medik Bayi Tabung
DILEMA PERSONAL
 mendonasikan sisa embrio

 memusnahkan

 menyumbangkan untuk
penelitian
Status Embrio di Luar Rahim dan
Donor Embrio
UU No. 23/1992 tentang kesehatan, pada pasal 16
disebutkan hasil pembuahan sperma dan sel telur di luar
cara alami, dari suami atau istri yang bersangkutan harus
ditanamkan dalam rahim istri dimana sel telur itu berasal.

Syarat-syarat :
 Hanya boleh dilakukan pada pasangan yang sudah menikah

 Harus menggunakan sperma suami dan ovum istri


 Embrio yang dihasilkan hanya boleh ditanamkan dalam
rahim istri
 Pelaksanaannya hanya disarana kesehatan yang memiliki
persyaratan dan fasilitas yang memadai, untuk hal itu telah
ditunjuk oleh pemerintah
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian
dan kewenangan untuk itu
Etika Medik Bayi Tabung
“Kapan sebuah embrio menjadi seorang individu”

Konferensi di eropa,1988, Niall Tierney


(departemen kesehatan Irlandia)  identitas dan
integritas harus dilindungi dari tingkat satu sel.
Anne Mc Laren (kepala unit perkembangan mamalia
lembaga penelitian kedokteran Inggris) 
seorang individu dimulai setelah 14 hari, batas
waktu ini telah ditentukan oleh Britain's Warnock
Committee dalam satu penelitian. Dia
berargumen bahwa dalam stadium ini keunikan
suatu genetik dan embrio telah dapat dibedakan
dan untuk itu identitasnya pun telah dimulai.
Etika Medik Bayi Tabung
Masalah lainnya:
1. Asal dari embrio dan efeknya
terhadap seorang wanita dimana
embrio itu berasal
2. Dampak dari seleksi terhadap
kecacatan
3. Dampak sosial dari donor embrio
terhadap struktur keluarga dan
hubungan keluarganya
Status Hukum Anak
Permasalahan Hukum Perdata yang Timbul
Dalam Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)
1. Bagaimanakah status keperdataan dari bayi yang
dilahirkan melalui proses inseminasi buatan?
2. Bagaimanakah hubungan perdata bayi tersebut
dengan orang tua biologisnya? Apakah ia
mempunyai hak waris ?
3. Bagaimanakah hubungan bayi tersebut dengan
ibu tumpangnya (surrogate mother) dan orang
tua biologisnya ? Darimanakah ia memiliki hak
waris ?
Tinjauan Dari Segi Hukum Perdata
Jika benihnya berasal dari Suami Istri

 Jika benihnya berasal dari suami istri sah  fertilisasi-in-


vitro transfer embrio ke dalam rahim Istri  status sebagai
anak yang sah

 Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat


ibunya telah bercerai dari suaminya  anak lahir sebelum
300 hari perceraian  anak sah dari pasangan tersebut.
Jika dilahirkan setelah masa 300 hari  bukan anak sah
bekas suami ibunya (pasal 255 KUHPer.)

 Embrio diimplantasi ke wanita lain yang bersuami  status


anak adalah sah dari pasangan penghamil, bukan dari
pemilik embrio (pasal 42 UU No.1/1974 dan pasal 250
KUHPer.), suami dari istri penghamil dapat menyangkal
anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan
darah atau tes DNA (pasal 1320 dan 1338 KUHPer.)
Tinjauan Dari Segi Hukum Perdata
Jika salah satu benihnya berasal dari donor

 Jika Suami mandul dan Istrinya subur  fertilisasi-


in-vitro transfer embrio dengan persetujuan
pasangan  Sel telur Istri akan dibuahi dengan
sperma dari donor  diimplantasikan ke dalam rahim
Istri  status anak sah sepanjang si suami tidak
menyangkalnya dengan melakukan tes golongan
darah atau tes DNA.
(Dasar hukum ps. 250 KUHPer.)

 Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita


lain yang bersuami  status anak sah dari pasangan
penghamil tersebut.
(Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250
KUHPer.)
Tinjauan Dari Segi Hukum Perdata
Jika semua benihnya dari donor

 Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari


orang yang tidak terikat pada perkawinan  embrio
diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang
terikat dalam perkawinan  status anak sah dari
pasangan suami istri tersebut.

 Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis 


status anak sebagai anak luar kawin, bukan pula
anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal
darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak
tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai
anaknya.
Status Embrio di Luar Rahim dan
Donor Embrio
Apakah hukum harus melindungi kelangsungan
hidup embrio diluar rahim sama seperti hukum
melindungi embrio atau bayi yang hidup didalam
rahim ibunya dari tindakan aborsi yang tidak
bertanggung jawab?

Kalau undang-undang selama ini mengakui dan


melindungi hak waris dari bayi yang masih
berada di dalam rahim ibunya sesudah ayahnya
meninggal dunia, apakah undang-undang juga
memperlakukan hal yang sama terhadap embrio
yang masih disimpan dilaboratorium?
CRYOPRESERVASI
 Di Indonesia, undang-undang mengenai teknik ini tidak tercantum
secara lugas dalam UU No.23/1992.

 Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di Rumah Sakit oleh Direktorat


Rumah Sakit Khusus dan Swasta, Depkes RI tahun 2000  sel
telur manusia yang dibuahi spermatozoa manusia tidak boleh
dibiak in vitro lebih dari 14 hari (tidak termasuk hari-hari
penyimpanan dalam suhu yang sangat rendah).

 Apakah pertanyaan-pertanyaan mengenai kebijakan/ peraturan


teknik cryopreservasi dapat dijadikan pegangan yang mantap
dalam mengambil keputusan dan melegalkan penyimpanan
embrio sisa yang belum digunakan atau yang nantinya dapat saja
dimusnahkan?

 Keputusan terakhir  pihak pasutri yang mengikuti tahap


cryopreservasi dalam program bayi tabung. Terkecuali, jika
mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
misalnya karena meninggal dunia atau sudah tidak diketahui lagi
keberadaanya. Jika hal itu terjadi, keputusan  pihak tim yang
menangani program bayi tabung
Status Spermatozoa dan Ovum
Permasalahan :
 Aspek hukum penyimpanan
spermatozoa dan ovum diluar
kandungan
 Bagaimana penyelesaian hukum jika

sewaktu-waktu pemiliknya
meninggal dunia?
Status Ibu Tumpang
(surrogate mother)
Penitipan embrio tersebut biasanya didasarkan atas
hubungan yang bersifat kontraktual yang
menyatakan bahwa ibu tumpang bersedia
menerima prosedur medik yang diperlukan,
mengandung, melahirkan dan menyerahkan anak
yang dikandungnya itu kepada pasangan yang
menitipkan embrio.

Permasalahan:
 Ibu kandung sebagai ibu yang
mengandung dan melahirkan anak
menjadi tidak relevan.
MASA DEPAN TEKNOLOGI REPRODUKSI

 Di Italia, percobaan terhadap uterus yang dioperasikan dalam


sebuah laboratorium sedang dimulai yaitu embrio diimplantasikan
kedalamnya dengan sumber daya kehidupan yang berasal dari
luar tubuh.

 Dengan donor embrio dan tumpangan, percobaan ras dapat


dilakukan sebagai contoh, wanita dari dunia ketiga dapat
memperoleh anak dari pasangan kulit putih dengan menggunakan
embrio mereka.

 Sel telur dari wanita yang mengalami kematian otak setelah


meninggal bisa dilakukan fertilisasi untuk menciptakan seorang
anak.

 Wanita dengan kematian otak, masih memiliki kemungkinan


untuk menjadi ibu tumpang karena ia tidak akan pernah membuat
tuntutan atas anak tersebut.

 Sel telur dari sebuah ovarium fetus dapat dimatangkan secara in-
vitro, difertilisasi dan diimplantasi sehingga dapat disebut seorang
ibu fetus.
KESIMPULAN
 Perkembangan ilmu pengetahuan
tidak selamanya dapat berjalan
seiring dengan masalah etika.

 Teknologi Bayi Tabung pada satu sisi


merupakan suatu titik terang yang
dapat membantu pasutri u/
membangun sebuah keluarga.
Namun tujuan yang “mulia” ini
ternyata menimbulkan pro dan
kontra yang tidak ada habisnya.
SARAN
 Diperlukan kajian & pendekatan yg
terus menerus diantara para pakar
dalam bentuk & sifat yg multi, inter,
lintas, dan cross disiplin ilmu.
 Diperlukan Undang-undang yang
lengkap, jelas dan lugas agar
masalah hukum dari teknologi bayi
tabung ini dapat terselesaikan.

You might also like