You are on page 1of 16

DEMAM TIFOID

Arif Rahman Hakim (1310070100208)


Nedita (1310070100133)
Dokter Pembimbing:
Dr. Terapul Tarigan, Sp.A(K)
Demam tifoid adalah
suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh
DEFINISI salmonella typhi.
Penyakit ini ditandai oleh
panas berkepanjangan,
disertai gangguan pada
saluran pencernaan
dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.
ETIOLOGI
• Salmonella typhy  basil gram negatif, aerobik,
bergerak dengan rambut getar & tidak berspora
• Mempunyai 3 macam antigen :
1. Antigen O (somatik) : lapisan luar terdiri dari protein,
liposakarida (LPS) dan lipid. (endotoksin)
2. Antigen H (flagella) : terdapat pada flagella, fimbriae
dan pili dari kuman, berstruktur kimia protein
3. Antigen Vi (antigen permukaan), pada selaput
dinding kuman untuk melindungi fagositosis dan
berstuktur kimia protein
Gbr salmonella typhy
FAKTOR RISIKO
• Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci
tangan yang tidak terbiasa.
• Higiene makanan dan minuman yang rendah, seperti
mencuci makanan dengan air yang terkontaminasi,
makanan yang dihinggapi lalat.
• Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air
limbah, kotoran, dan sampah tidak memenuhi syarat-syarat
kesehatan.
• Penyediaan air bersih kepada warga yang tidak memadai.
• Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.
• Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Keluhan utama : demam  5-7 hari
• Demam bertahap makin naik setiap hari (step
ladder), demama lebih tinggi saat sore dan
malam hari dibangingkan dengan pagi harinya.
• Disertai : badan lemah (lesu), malas, nyeri kepala,
nyeri otot punggung dan sendi, perut kembung,
kadang-kadang nyeri, obstipasi (kadang-kadang
diare), mual, muntah.
• Pada demam tifoid yang berat dapat dijumpai
penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
PEMERIKSAAN FISIK
• Febris
• bradikardia relatif (peningkatan suhu
1oC tidak diikuti peningkatan denyut nadi
8x/menit)
• Tifoid tongue
• Hepatomegali
• Splenomegali
• Nyeri abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan rutin
– Leukopenia, lekosit normal atau lekositosis
– Anemia ringan dan trombositopenia
– Hitung jenis : aneosinofilia, limfopenia
– LED 
– SGOT dan SGPT sering kali 
• Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S.Typhi. pada uji widal
terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.Typhi dengan antibodi yang
disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella
yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. Maksud uji widal adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :
a) aglutinin O (dari tubuh kuman), b) aglutininin H (flagel kuman), dan c) aglutinin vi
(simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutini O dan H yang digunakan
untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.
-Positif bila titer O Widal I 1/320 atau Titer O Widal II naik 4 kali lipat atau
• Uji TUBEX
– Mendeteksi antibodi anti-S.typhi
– Interpretasi hasil uji tubex : < 2 negatif , 3 borderline, 4-5
positif, > 6 positif.
• Uji Typhidot
– Mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada protein membran
luar S Typhi
– Uji positif seelah 2-3 hari infeksi
• Uji IgM Dipstik
– Mendeteksi antibodi IgM spesifik S Typhi
• Kultur darah
– Hasil positif  pasti demam tifoid
Penatalaksanaan
• Istirahat dan perawatan
 Tirah baring
 Bertujuan untuk cegah komplikasi
• Diet
 Cairan Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik
secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral
diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi,
penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.
 Diet Diet harus mengandung kalori dan protein yang
cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk
mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita
demam tifoid, biasanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur
lunak, tim, dan nasi biasa.
• Terapi simptomatik (dapat diberikan dengan pertimbangan untuk
perbaikan keadaan umum penderita)
 Antipiretik = penurun panas untuk kenyamanan anak
 Anti emetik bila penderita muntah hebat
 Vitamin untuk memperbaiki nafsu makan
• Pemberian antimikroba
 Kloramfenikol 100 mg/kgBB/Hari dibagi dalam 4 kali pemberian
selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari bebas demam
 Ampisilin 200 mg/kgBB/Hari dibagi dalam 4x pemberian secara
intravena
 Amoksisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4x pemberian
peroral selama 10-14 hari
 Sefalosporin generasi ke 3  100mg/kgBB/Hari dibagi dalam 1
atau 2 dosis (maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari
 Kasus berat : deksametason IV 3 mg/kg diberikan dalam 30
menit untuk dosis awal, dilanjutkan dengan 1 mg/kgBB tiap 6
jam sampai 48 jam)
KOMPLIKASI
• Intestinal
– Perdarahan usus
– Perforasi usus
– Ileus paralitik
– Pakreatitis
• Ekstraintestinal
– Kardiovaskuler : gagal sirkulasi perifer, miokarditis,
tromboflebitis
– Darah : anemia hemolitik, trombositopenia, KID,
trombosis
– Paru : pneumonia, empiema, pleuritis
– Hepatobilier : hepatitis, kolesistitis
• Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis
• Tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis
• Neuropsikiatrik/tifoid toksik
PROGNOSIS
Prognosis pasien demam tifoid tergantung
ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara
maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka
mortalitas < 1%. Di negara berkembang, angka
mortalitasnya > 10%, biasanya karena
keterlambatan diagnosis, perawatan dan
pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti
perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat,
meningitis, endokarditis, dan pneumonia
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas tinggi.
Pertanyaan
1. Indikasi pasien dipulangkan.

You might also like