You are on page 1of 30

PPOK

BY: MEI EKA W, S.KEP.,NS


PENGERTIAN
Penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat
progresif nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri atas
bronkitis kronis dan emfisema
serta asma
ETIOLOGI

1. Kebiasaan merokok.
2. Polusi udara.
3. Paparan debu, asap dan gas-gas
kimiawi akibat kerja.
4. Riwayat infeksi saluran nafas.
5. Bersifat genetik
• Merokok merupakan > 90% resiko untuk PPOK
dan sekitar 15% perokok menderita PPOK.
Beberapa perokok dianggap peka dan
mengalami penurunan fungsi paru secara
cepat. Pajanan asap rokok dari lingkungan
telah dikaitkan dengan penurunan fungsi paru
dan peningkatan resiko penyakit paru
obstruksi pada anak
• Polusi udara dan kehidupan perkotaan
berhubungan dengan peningkatan resiko
morbiditas PPOK.
MANIFESTASI KLINIS
1. Batuk dan produksi dahak khususnya yang makin buruk pada pagi hari.
2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen.
3. Sesak.
4. Pursed-lips breathing : mulut setengah terkatut/mencucu.
5. Barrel Chest
6. Bila terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena jugularis di leher dan
edema pada tungkai.
7. Pink puffer : penderita kurus, kulit kemerahan dan pernafasan pursed-lips-
breathing (pada emfisema).
8. Blue bloater : penderita gemuk, sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki
basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer (bronkitis kronis).
LANJUTAN
KLASIFIKASI

1.Asma
2.Bronkitis Kronis
3.Empisema
2. BRONKITIS KRONIS
Adalah keadaan pengeluaran mukus secara
berlebihan ke batang bronkial secara kronik atau
berulang dengan disertai batuk, yang terjadi
hampir setiap hari selama sekurangnya 3 bulan
dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut
3. EMPISEMA
• Kelainan paru –paru yang
ditandai dengan pembesaran
jalan nafas yang sifatnya
permanen mulai dari terminal
bronkial sampai bagian distal
(alveoli: saluran, kantong
udara dan dinding alveoli).
KOMPLIKASI

1. Gagal nafas akut (ARF: Acute


Respiratory Failure)
2. Cor pulmonal
3. Pneumothorax
1.) GAGAL NAFAS AKUT (ARF: ACUTE
RESPIRATORY FAILURE)

Acute Respiratory Failure (ARF) terjadi ketika ventilasi


dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh saat istirahat. Jika pasien atau keluarganya
membutuhkan alat-alat bantu kehidupan maka pasien
tersebut dilakukan alat bantu pernafasan.
2. COR PULMONAL
Cor pulmonale atau dekompensasi ventrikel kanan
merupakan pembesaran ventrikel kanan yang
disebabkan oleh overloading akibat dari penyakit
pulmo. Cor pulmonary merupakan contoh yang
tepat dari sistem kerja tubuh secara menyeluruh.
Apabila terjadi malfungsi pada satu sistem organ
maka hal ini akan merembet ke sistem organ
lainnya.
3. PNEUMOTORAX

Pnemo berarti udara sehingga pneumotoraks


diartikan sebagai akumulasi udara dalam
rongga pleural. Fungsi cairan pleural adalah
untuk membantu gerakan paru-paru menjadi
lancar dan mulus selama pernafasan
berlangsung.
PENCEGAHAN

Pencegahan yaitu mencegah


kebiasaan merokok, infeksi, polusi
udara
PENGOBATAN

a. Antibiotik: ampisillin 4 x 0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5


g/hari.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat)
c. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan.
d. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan
baik.
e. Bronkodilator ( salbutamol 5 mg atau aminofilin 0,25-0,5 g iv
secara perlahan)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan Fungsi Paru (Spirometri)


2. Foto thorax
3. Kadar Hb
4. Analisis gas darah
5. Apusan sampel dahak, kultur, dan
tes sensitivitas antibiotik
6. EKG
ASUHAN KEPERAWATAN , FOKUS
Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek, khususnya pada kerja, cuaca atau episode
berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan.
c) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
terutama saat bangun selama minimal 3 bulan berturut-
turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum
(hijau, putih atau kuning) dapat banyak sekali
(bronkhitis kronis).
d) Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada
tahap dini meskipun dapat menjadi produktif (emfisema).
e) Riwayat pneumonia berulang, terpajan oleh polusi kimia
atau iritan pernafasan dalam jangka panjang misalnya rokok
sigaret atau debu atau asap misalnya asbes, debu batubara, rami
katun, serbuk gergaji.
f) Faktor keluarga dan keturunan misalnya defisiensi alfa
antritipsin (emfisema).
g) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda:
a. Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase
ekspirasi memanjang dengan mendengkur, nafas
bibir (emfisema).
b. Penggunaan otot bantu pernafasan
c. Bunyi nafas mungkin redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema),, atau krekels lembab kasar
(bronkhitis), mengi, atau tak adanya bunyi nafas
(asma).
f. Perkusi ditemukan hiperesonan pada area paru
misalnya jebakan udara dengan emfisema.
g. Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 sampai 5
kata sekaligus.
h. Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku.
Pasien dengan emfisema sedang sering disebut pink
puffer karena warna kulit normal meskipun pertukaran
gas tak normal dan frekuensi pernafasan cepat.
i. Tabuh pada jari-jari (emfisema).
Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang :
1) Merokok produk tembakau (faktor-faktor penyebab
utama).
2) Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
3) Riwayat alergi pada keluarga.
4) Riwayat asma pada masa kanak-kanak.
 Riwayat atau adanya faktor-faktor yang dapat mencetuskan
gejala seperti alergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari,
jamur) stress emosional, aktivitas fisik berlebihan, polusi
udara, infekasi saluran nafas, kegagalan program pengobatan
yang dianjurkan.
DIAGNOSA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasma, peningkatan produksi sekret, sekresi
tertahan, tebal, sekresi kental, penurunan energi atau
kelemahan.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
ganguan supply oksigen (obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasma bronkus, jebakan udara), kerusakan
alveoli.
INTERVENSI
• Mandiri :
1) Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas misalnya
mengi, krekels, ronkhi.
2) Kaji atau pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi atau
ekspirasi.
3) Catat adanya derajat dispnea, misalnya gelisah, ansietas,
distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
5) Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau
bibir.
6) Observasi karakteristik batuk, misalnya batuk
menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan
untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
7) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000
ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air
hangat. Anjurkan masukan cairan antara sebagai
pengganti makanan.
• Kolaborasi
1) Berikan obat sesuai indikasi.
a) Bronkodilator misalnya albuterol (ventolin).
b) Analgesik, penekan batuk atau antitusif
misalnya dextrometorfan.
c) Berikan humidifikasi tambahan misalnya
nebulizer ultranik, humidifier aerosol ruangan.
d) Bantu pengobatan pernafasan misalnya
fisioterapi dada.
Implementasi
Evaluasi
Terimakasih

You might also like