You are on page 1of 21

K3 Di Ruang

Rehabilitas/Ruang Operasi dan


K3 Di Ruang Gawat Darurat
By : Kelompk 3
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Di Ruangan Operasi/
Rehabilitasi
A. Pengertian Ruang Operasi/Rehabilitasi
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja secara aman
melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional.
Ada banyak pekerja profesional didalam ruang operasi diantaranya :
• operator : merupakan pembedah yang menentukan jalannya operasi.
• asisten operator : membantu operator dalam bertindak.
• scrub nurse : merupakan perawat yang bertugas memberikan alat
atau instrumen operasi.
• circulating nurse : perawat non steril yang membantu memfasilitasi
operasi.
• anestesi : bertugas membius pasien.
B. Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan sebagai unsur-unsur yang menunjang terhadap
adanya jiwa-raga dan lingkungan kerja yang sehat. Kesehatan kerja meliputi kesehatan jasmani dan
kesehatan rohani.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang dapat timbul atau terjadi oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.
Penyebab terjadinya penyakit akibat kerja dibagi menjadi empat golongan yaitu:
• Golongan fisik
• Golongan kimiawi
• Golongan ergonomi
• Golongan mental atau psikologis
• Golongan biologi
C. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi,
baik barang maupun jasa.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.
Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja, dan
masyarakat pada umumnya. Kecelakaan, adalah kejadian yang tak
terduga dan tak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang
peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan.
D. Terfokus Pada Ruang Operasi / Rehabilitasi
1. Faktor hazard yang dialami petugas instrumen di ruang operasi
Menurut hasil laporan dari Natonal Safety Council (NSC) tahun 1988
menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja pada
industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, tergores/terpotong,
dan penyakit infeksi lain.
2. Alat kerja yang dapat digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas
instrumen di ruang operasi
Alat kesehatan yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas
instrumen diruang operasi adalah benda-benda tajam seperti skalpel dan jarum
suntik yang dapat memberikan resiko terjadinya kecelakaan kerja.
3. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan petugas instrumen diruang operasi
Selain membersihkan tangan yang harus selalu dilakukan petugas kesehatan
juga harus mengenakan alat pelindung diri sesuai dengan prosedur yang mereka
lakukan dan tingkat kontak dengan pasien yang diperlukan untuk menghindari
kontak dengan darah dan cairan tubuh.
4. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja petugas
P3K merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban
yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat
sebelum korban dibawa ke tempat rujukan. P3K sendiri ditujukan untuk
memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih
lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.
5. Peraturan pimpinan di rumah sakit tentang K3 di tempat kerja
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan.
6. Keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan
pada petugas instrumen di ruang operasi.
Para peneliti menyatakan bahwa di dalam kamar operasi terkandung kadar
eter yang signifikan ketika “ the open drop technique” digunakan. Dan diketahui
bahwa paparan obat anastesi inhalasi seperti diethyl eter, nitrous oxide dan
cloroform lebih mengarah tentang infertilitas dan aborsi spontan, insidensi
kelainan kogenital, kanker, penyakit hematopoietik, penyakit liver, dan penyakit
saraf seperti psikomotor dan tingkah laku sebagai akibat paparan gas anastesi.
7. Upaya K3 lainnya yang dijalankan.
Misalnya ada penyuluhan / pelatihan, pengukuran / pemantauan
lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan. Bahaya potensial di
RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu
disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur), faktor kimia
(antiseptik, Gas anastesi), faktor ergonomi (cara kerja yang salah),
faktor fisika (suhu, cahaya, bising, getaran dan radiasi), dan faktor
psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama atau atasan).
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
1. Hazard Lingkungan Kerja
1) Faktor Kebisingan
Faktor kebisingan yang berlangsung di ruang operasi RS yaitu berasal dari alat
suction, alat bor tulang, dan alat kauter. Bising yang timbul dari alat-alat tersebut
muncul jika pintu ruang operasi yang sedang beroperasi terbuka.
2) Faktor Pencahayaan
Pencahayaan umum yang terdapat di ruang operasi berasal dari lampu yang di
pasang di langit-langit. Terdapat pencahayaan alami seperti sinar matahari di
ruangan namun tidak terlalu dominan, karena sedikitnya ventilasi yang ada. Terdapat
juga bantuan pencahayaan dari lampu operasi yang berwarna putih kebiruan.
3) Faktor Getaran
Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan ruang operasi rumah
sakit, pengelola bangunan ruang operasi rumah sakit harus mempertimbangkan jenis kegiatan,
penggunaan peralatan, atau sumber getar lainnya baik yang berada pada bangunan ruang operasi
rumah sakit maupun di luar bangunan ruang operasi rumah sakit. Terdapat beberapa alat yang
digunakan yang dapat menyebabkan getaran. Alat tersebut adalah bor dan suction.

4) Faktor Biologis
Penerapkan cuci tangan tujuh langkah sebelum melakukan tindakan dan setelah melakukan
tindakan. Bahkan diadakan pelatihan untuk prosedur cuci tangan para petugas medis maupun
petugas non medis di ruangan operasi. Selain itu terdapat pula ruang tempat cuci tangan beserta
dengan sabun serta larutan antiseptik.
5) Faktor Ergonomi
Selama proses pembedahan berlangsung, para petugas medis berada dalam posisi
berdiri yang cukup lama sampai operasi selesai. Sedangkan dari faktor kebersihan dan
kerapian, ruang operasi RS harus tampak bersih dan rapi.

6) Faktor Psikososial
Jadwal jam dinas yang diterapkan pada ruang operasi yaitu dimulai pukul 07.00 - 4.00.
Sedangkan jadwal jaga dibagi menjadi dua shift yaitu shift siang (14.00-21.00) dan shift
malam (21.00-07.00). Hubungan para petugas harus terlihat cukup harmonis dan saling
menghargai tugas masing-masing. Petugas di ruang operasi harus mampu melakukan
tugasnya masing-masing dengan baik.
2. Alat Kerja Yang Digunakan
Dari segi peralatan medis yang ada di Ruang Operasi RS harus memenuhi kriteria dari
Permenkes No. 340 Tahun 2010. Alat kerja yang digunakan adalah alat-alat operasi, masker,
mesin anestesi ventilator, electric suction, kauter, dan monitor.
3. Alat Pelindung Diri
Penggunaan APD pada ruang operasi berupa tutup kepala, masker, handscoon steril, pakaian
OK, celemek, dan sepatu boot. Persediaan APD cukup harus memadai dan teratur sehingga tidak
pernah terjadi kekurangan atau ketiadaan APD. APD dikenakan sesuai prosedur yang pernah
didapatkan petugas dalam pelatihan.
4. Pemeriksaan Kesehatan
Tidak ada pemeriksaan kesehatan secara berkala, namun petugas tetap yang bekerja diberi
jaminan kesehatan sebesar Rp.1.500.000,00 dan juga jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK).
Pemeriksaan dilakukan bila petugas mengalami keluhan dan memeriksakan dirinya.
5. Peraturan perusahaan mengenai K3
Para petugas medis harus mengetahui dan menjalankan peraturan-peraturan K3 yang
ada pada RS.
6. Keluhan Kesehatan/Sakit
Keluhan yang paling sering dialami oleh petugas berupa nyeri pinggang dan batuk.
Apabila petugas sakit maka petugas akan berobat dengan menggunakan jaminan yang
dimilikinya sehingga petugas tidak mengeluarkan biaya administrasi untuk berobat.
Petugas tetap diberikan wewenang untuk mengambil cuti yaitu selama 12 hari jam kerja.
7. Upaya K3 lainnya
Para petugas telah di berikan penyuluhan dan pelatihan mengenai K3 di ruang
pertemuan. Sedangkan kepala perawatan sendiri mengikuti berbagai macam pelatihan
dan penyuluhan sampai keluar daerah. Terdapat rambu-rambu bahaya dan rambu-rambu
evakuasi yang tertempel pada dinding – dinding di lorong yang menuju ruangan operasi.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Ruangan IGD

A. Pemeliharaan Kesehatan Petugas IGD


Kesegaran jasmani dan rohani merupakan faktor penunjang
untuk meningkatkan produktifitas seseorang dalam bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai program pemeliharaan
kesehatan petugas Instalasi Gawat Darurat sejauh ini sudah
dilaksanakan dengan baik oleh para petugas seperti halnya telah
diuraikan bahwa sudah ada jaminan kesehatan terhadap para
petugas dari rumah sakit tersebut, dan sudah dilakukan screening
kesehatan tiap tahun untuk seluruh petugas Instalasi Gawat Darurat
tersebut secara baik.
B. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Berdasarkan Buku Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan Kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2005 penggunaan alat pelindung diri
diwajibkan untuk seluruh karyawan rumah sakit khususnya di Instalasi
Gawat Darurat sebelum memulai melakukan pekerjaan.
C. Pencegahan Bahaya atau Kecelakaan Kerja
Pencegahan bahaya atau kecelakaan kerja adalah keamanan
petugas Instalasi Gawat darurat terhadap bahaya kecelakaan fisik
yang terjadi selama pemeriksaan dan selama melakukan pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian, upaya pencegahan bahaya atau
kecelakaan kerja yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat antara lain :
• Tersedianya alat pemadam kebakaran
• Pelatihan penaggulangan bahaya kebakaran
• Bed-bed pasien dilengkapi dengan pengaman
• Pemeriksaan kesehatan secara berkala
• Pemantauan aspek-aspek lingungan kerja seperti pengecekan suhu,
kelembaban, pencahayaan ruangan, kebersihan ruangan-ruangan
(toilet, tempat cuci alat-alat).
D. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan disesuaikan menurut keperluan guna menilai kondisi
kesehatan dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan kesehatan
sebelumnya untuk mengetahui sejauh mana pekerjaan
mempengaruhi kondisi kesehatan tenaga kerja.

E. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pelatihan dilakukan pada unit kerja yang beresiko termasuk
Instalasi Gawat Darurat. Pelaksanaan pelatihan K3 pada petugas
diharapakan dapat menjadi bekal yang cukup didalam menanganai
setiap bahaya atau kecelakaan kerja yang terjadi.
LAMPIRAN

APD yang digunakan oleh


petugas ruang bedah
Ruang Operasi utama beserta
sumber pencahayaannya
Peralatan yang digunakan di ruang bedah

You might also like