You are on page 1of 20

Demam Tifoid

Definisi

Penyakit infeksi usus halus yang bersifat akut dan


disebabkan oleh Salmonella Typhi
epidemiologi
Data World Health Organization (WHO)
tahun 2013 memperkirakan terdapat
sekitar 17 juta kasus demam tifoid di
seluruh dunia dengan insidensi 600.000
kasus kematian tiap tahun

Masalah kesehatan masyarakat serta


berkaitan erat dengan sanitasi yang
buruk terutama di negara-negara
berkembang dan di kota-kota besar
yang padat penduduknya

Penyakit endemis di Indonesia,


termasuk penyakit menular yang
tercantum dalam Undang-undang
nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah
Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh kuman:

• Salmonella typhi

• S paratyphi A

• S paratyphi B

• S paratyphi C
Etiologi
Bentuk batang Gram (-)

Bergerak dengan
Warna merah
flagel

Antigen O (Tubuh kuman)


Antigen H (flagel kuman)
Antigen Vi (simpai kuman)

tumbuh dengan baik pada suhu optimal 37ºC (15ºC-41ºC)


Fakultatif anaerob
Hidup subur pada media yang mengandung empedu
Mati pada: 54,4°C selama 1 jam atau 60ºC selama 15 menit
Dapat bertahan hidup beberapa minggu dalam air, es,
debu, sampah kering dan pakaian
Masa tunas 10-14 hari
 Dapat bertahan dan berkembang biak dalam susu,

daging, telur, dan produknya tanpa merubah warna

dan bentuknya

 Manusia satu-satunya sumber penularan alami

melalui kontak langsung maupun tidak langsung

dengan penderita demam tifoid atau karier kronis


Penularan

① Food(makanan)

② Fingers(jari tangan/kuku)

③ Fly(lalat)

④ Feses.
Gejala
Patogenesis
Anamnesa:
- Demam
intermitten
Diagnosis
- Mual, muntah,
nyeri ulu hati
- Lemas
- Konstipasi
- Nyeri kepala
- Riwayat
kebiasaan makan
sembarangan

Pemeriksaan Fisik :
- Demam
- Lidah kotor berselaput
putih di tengah dengan
pinggir kemerahan
- Nyeri ulu hati
- Hepatomegali

Pemeriksaan penunjang :
Widal test = S.typhi H (1/320)
S.Typhi O (1/320)
Diagnosis Banding
1. Demam Berdarah Dengue
- Demam bifasik, menggigil,
nyeri kepala, pegal otot,
mual muntah, perdarahan
gusi dan saluran cerna,
petekie.
2. Malaria
- Demam intermitten,
malaise, mengigil, nyeri
sendi dan tulang,
hepatomegali, riwayat ke
daerah endemik malaria.
3. Dispepsia
- mual, muntah, kembung,
nyeri ulu hati, perasaan
tidak nyaman pada perut
bagian atas.
4. ISPA
- Demam, mialgia, nyeri
kepala, batuk
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
UJI WIDAL
Pemeriksaan Rutin :
• Untuk deteksi antibodi (aglutinin) terhadap S.
 Anemia ringan
typhi pada tersangka demam tifoid:
 Trombositopenia/N
 Aglutinin O (dari tubuh kuman)
 Leukopenia/Normal
 Aglutinin H (flagella kuman)
 LED meningkat
 Aglutinin Vi (simpai kuman)
 SGOT dan SGPT meningkat
• Makin tinggi titer aglutinin, semakin besar
kemungkinan terinfeksi
• Sensitivitas rendah

• Hasil +  demam tifoid


• Hasil -  belum pasti tidak tifoid, karena:
 Terapi antibiotik
 Volume darah kurang (5cc)
KULTUR DARAH
 Riwayat vaksinasi
 Waktu pengambilan darah
TRILOGI TATA LAKSANA DEMAM TIFOID

• Istirahat (Bed Rest Total) mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan


• Diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif)  mengembalikan rasa
nyaman dan kesehatan pasien secara optimal, diet lunak yang mudah dicerna, kalori
dan protein cukup dan rendah serat, hindari makanan yang merangsang saluran
cerna. Pemberian cairan yang cukup dengan elektrolit dan kalori optimal.
• Demam di beri antipiretik, mual dan muntah di beri antiemetik, serta obat obatan
yang mengurangi gejala gastrointestinal lainnya. Pemberian vitamin B1, B6, B12
untuk mengurangi rasa tidak nyaman di GI dan dukung keadaan umum pasien, jaga
homeostasis dan bentuk sistem imun.
• Pemberian anti-mikroba  sampai 5 hari bebas demam untuk menghentikan dan
mencegah penyebaran kuman
• Kloramfenikol  halangi sintesis protein bakteri
• Kotrimoksazol (bactrim)  hambat sintesis asam dihidrofolat
• Ampisilin dan amoksisilin  hambat pembentukan dinding sel bakteri
• Sefalosforin generasi ketiga  ceftriaxone, cefoperazone, cefotaxime,
cefixime -> memiliki efek bakterisid dengan hambat sintesis dinding
bakteri, spektrum luas. Dosis max 4 gr/hari.
• Fluorokuinolon  halangi sintesis DNA bakteri
• Kortikosteroid  hanya untuk toksik tifoid atau syok septik (3x5 mg)
 Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg
BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau
intravena, selama 10-14 hari
 ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam
3-4 kali. Selama 21 hari
 Cefixim merupakan pilihan alternatif, terutama pada
kasus leukosit < 2000/uL dengan pemberian oral 10-15
mg/kgBB/hari selama 10 hari.
 Ceftriaxone pilihan alternatif lain, terutama pada kasus
leukosit < 2000/uL dengan pemberian 75 mg/kgBB/hari
selama min 5hari.
KOMPLIKASI
1. Intestinal
• Pendarahan intestinal
• Perforasi usus

2. Ekstra-Intestinal
• Komplikasi paru
• Komplikasi hepatobilier
• Komplikasi Kardiovaskular
• Komplikasi Neuropsikiatrik
Pencegahan
• Perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan
• Cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya
sebelum makan atau mempersiapkan
makanan
• Hindari minum susu mentah (yang belum
dipasteurisasi)
• Hindari minum air mentah, rebus air sampai
mendidih
• Imunisasi
Prognosis
Dubia at Bonam -> Tatalaksana secara cepat, baik,
dan pengobatan yang optimal.

• Prognosis kurang baik / buruk bila gej klinis berat:


1. panas tinggi (hiperpireksia) / febris kontinu
2. kesadaran ↓: sopor, koma, delirium
3. komplikasi berat: dehidrasi & asidosis,
peritonitis, bronkopneumoni, dll
4. gizi buruk (malnutrisi energi protein)
Terima Kasih

You might also like