You are on page 1of 28

Kelompok Diskusi 2

PLENO PEMICU 3
NAMA ANGGOTA
 Solafide Binsar Hamonangan L. I11107069
 Muhammad Redha Ditama I1011131046
 Briegita Adhelsa M. Dommy I1011131057
 Nur Al-Huda I1011151023
 Muhammad Faisal Haris I1011151024
 Swiny Anniza I1011151029
 Rhaina Dhifaa Maswibowo I1011151036
 Muhammad Okti Ichsandra I1011151042
 Nadya Siti Syara I1011151051
 Irmaningsih I1011151063
 Devi Oktavitalis I1011151067
TRIGGER
A 25 year old male was brought to the emergency departement with
complaints of severe pain on his left lower leg and ankle. He stated
that he was involved in a traffic accident one day prior to his ED visit,
his leg was trapped under his motorcycle. Soon after the accident, he
was brought by his parents to the traditional massage therapist since
he felt a sharp pain inhis leg. Four hours later he started to feel
worsening pain in his left leg and ankle, as well as increased walking
difficulty. Upon arrival in the ED, he stated that the pain was
intolerable, accompanied by swelling, thighness, and numbness.
On physical examination, the patient was only able to move his toes
slightly and plantarflexion of the ankle intensified the pain in the front
of the calf. The calf was swollen, pale, and very sensitive to palpation.
The left dorsalis pedis or posterior tibial pulses were palpable but
weak.
Anteroposterior view of the leg demonstrated a transverse fracture of
mid tibial shaft with minor displacement and soft tissue swelling.
KLASIFIKASI DAN DEFINISI
 Fracture: a breaking of a part, especially bone

 Transverse fracture: a fracture at right ankle to the


axis of the bone

 Numbness: inplecise term for abnormal sensation


including abrent or reduced sensory perception as
well as parathesias

 Tightness: lack a moment or room for movement


KATA KUNCI
 A 28 year old male
 Traffic accident
 Traditional massage therapist
 Lower leg and ankle
 Worsening pain
 Transverse fracture
 Sharp pain
 Walking difficulty
 Dorsalis pedis still palpable
 Soft tissue
RUMUSAN MASALAH

What happened with 28 year old male with


worsening pain at the regio tibia once the
traffic accident?
ANALISIS MASALAH
HIPOTESIS

28 year old male suffered complete, simple and


close fracture
PERTANYAAN DISKUSI

1. Fracture
a. Definisi g. Manifestasi Klinis
b. Klasifikasi h. Diagnosis
c. Etiology i. Treatment
d. Epidemiology j. Prognosis
e. Pathogenesis k. Komplikasi
f. Pathophysiology
PERTANYAAN DISKUSI

2. Case study
a. Bagaimana pengaruh pijitan terhadap
kasus?

b. Bagaimana tatalaksana yang tepat pada


kasus?

c. Bagaimana prognosis pada kasus?


PERTANYAAN DISKUSI

3. Bone nutrition
a. Makronutrien
b. Mikronutrien

4. Fracture healing
DEFINISI FRAKTUR

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas


struktur tulang berupa retakan, pengisutan
ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen
tulang bergeser. Fraktur merupakan suatu
keadaan dimana terjadi disintegritas tulang,
penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan,
tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga
dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur.
KLASIFIKASI FRAKTUR
 Fraktur tertutup (closed)
 Fraktur terbuka (open/compound)
 Derajat I

 Derajat II

 Derajat III

 Berdasarkan bentuk patahan tulang


 Transversal, spiral, oblik, segmental, kominuta,
greenstick, fraktur impaksi, fraktur fissura
 Berdasarkan lokasi pada tulang fisis
 Tipe I, Tipe II, Tipe III, Tipe IV, Tipe V
ETIOLOGI FRAKTUR

 Peristiwa Trauma
 Kekerasan langsung

 Kekerasan tidak langsung

 Kekerasan akibat tarikan otot

 Peristiwa Patologis

 Kelelahan atau stress fraktur

 Kelemahan tulang
EPIDEMIOLOGI
 WHO, 2007: Fraktur ekstremitas sebanyak 46,2%
dari 10 juta insiden kecelakaan

 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2007:


 Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami
fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%)
 Dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang
mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%)
 Dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang
mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%)
EPIDEMIOLOGI

 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2007:


2.700 orang mengalami insiden fraktur

 Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), 2010:


 2007 ada 22.815 insiden fraktur

 2008 menjadi 36.947

 2009 menjadi 42.280

 2010 menjadi 43.003


PATOGENESIS
Densitas massa tulang dan ayunan tubuh menjadi
predicator untuk terjadinya patah tulang
osteoporotic. Resiko patah tulang yang lebih tinggi
dapat terjadi bila densitas massa tulang rendah
dengan kombinasi ayunan tubuh yang meningkat.
Beban yang terus-menerus meningkat pada tulang
membuat stress tulang sehingga perlahan-perlahan
dalam waktu yang lama menjadi kumpulan fraktur
mikro dan berkembang menjadi fraktur yang meluas
yang dapat berakibat pecahnya tulang.
PATOFISIOLOGI

Fraktur  sel-sel tulang mati  perdarahan


di tempat patahan  penigkatan sel-sel
darah putih dan sel mast pada tempat
fraktur  terbentuk bekuan fibrin
(hematom fraktur)  Osteoblas
membentuk kalus  remodelling  tulang
sejati
MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri terus menerus


 Deformitas

 Ekstremitas tidak berfungsi dengan baik

 Pemendekan tulang yang mengalami fraktur

 Pada palpasi didapatkan adanya derik tulang


atau krepitus
 Pembengkakan atau perubahan warna
DIAGNOSIS
 Autoanamnesis atau alloanamnesis

 Pemeriksaan fisik: Look, Feel,Move

 Pemeriksaan vaskularitas: warna, suhu,


perfusi, perabaan denyut nadi, capillary return
(normalnya < 3 detik) dan pulse oximetry.

 Pemeriksaan neurologi
TREATMENT
 Pemberian obat penghilang rasa nyeri

 Imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang


fraktur)

 Pembidaian atau pemasangan gips

 Penarikan (traksi)

 Fiksasi internal
KOMPLIKASI

 Sindrom emboli lemak


 Sindrom kompartemen

 Nekrosis avaskular (nekrosis aseptik)

 Osteomyelitis

 Gangren gas
HUBUNGAN PIJATAN DENGAN KELUHAN YANG
TERJADI PADA KASUS
Prinsip pengobatan patah tulang secara tradisional:

1. Penarikan/traksi
2. Pemberian bidai dari anyaman kelapa, anyaman
alang-alang, baluran daun sereh
3. Adanya kompres dengan daun-daun segar
4. Adanya pemijatan/urut-urut yang dilakukan
dalam penanggulangan patah tulang
Efek semakin parah dari fraktur dapat
terjadi apabila terdapat kesalahan pada
saat retraksi. Komplikasi juga dapat terjadi
karena tindakan pemijatan pada daerah
fraktur penderita, karena tidak sesuai
dengan penatalaksanaan yang tepat bagi
penderita fraktur
TATALAKSANA YANG TEPAT PADA KASUS

 Survey primer yang meliputi Airway, Breathing,


Circulation,
 Meminimalisir rasa nyeri

 Mencegah cedera iskemia-reperfusi

 Menghilangkan dan mencegah sumber-


sumber potensial kontaminasi
NUTRISI PADA TULANG

Kalsium, Vitamin D, Vitamin K, Magnesium, Zinc,


Vitamin C, Vitamin E, Protein, Fosfor, Vitamin B,
Asam Folat, Flouride, Omega 3, Glukosamin &
Chondroitin, Air
PENYEMBUHAN LUKA PADA TULANG
 Fase hematoma (1-3 hari)
 Fase proloferasi (3 hari-2 minggu)
 Fase pembentukan kalus (2-6 minngu)
 Pembersihan tulang yang mati (4 minggu)
 Fase Konsolidasi (3 minggu-6 bulan)
 Remodelling (6 minggu-1 tahun)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan


fraktur antara lain: usia pasien, banyaknya
displacement fraktur, jenis fraktur, lokasi fraktur,
pasokan darah pada fraktur, dan kondisi medis yang
menyertainya.
28 years old man suffers complete, simple and
close fracture with complication compartement
syndrome
KESIMPULAN

You might also like