Professional Documents
Culture Documents
Presentasi #1 Halal MUI
Presentasi #1 Halal MUI
(Muchith A Karim (Edit), Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan Dalam Mengonsumsi Produk Halal (Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Kemenag RI, cet. I, 2013), hlm. 108.)
Oleh karena itu, untuk menghilangkan atau setidaknya untuk
mengurangi kesulitan ini, umat Islam hendaknya meneliti terlebih
dahulu apakah produk yang akan dikonsumsi itu sudah memperoleh
Sertifikat Halal (SH) dari lembaga yang berkompeten atau belum.
Lembaga ini adalah Lembaga Pengawasan dan peredaran Obat
dan Makanan-Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Jika sudah,
kiranya tidak perlu meragukan kehalalannya. Sebab pada
umumnya, lembaga tersebut sangat berhati-hati dan tidak akan
memberikan Sertifikat Halal (SH) kecuali untuk produk yang sudah
benar-benar diyakini kehalalannya. Di sinilah letak urgensi sertifikat
halal.
B. al-Hadis
- HR. at-Thabrani
- HR. at-Tirmidzi dan Ibn Majah
- HR. Abu Na’im
- dll
#3: Makanan Halal dan Hukum Syari’at
Islam
Makanan ( )الطعامadalah: barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum
oleh manusia, serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman.
Sedangkan Halal ( )حاللadalah sesuatu yang jika digunakan tidak mengakibatkan
mendapat siksa (dosa).
Makanan halal adalah sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat Islam untuk
dimakan, diminum, dilakukan, digunakan, atau diusahakan, karena telah terurai
ikatan yang mencegahnya atau unsur yang membahayakannya dengan disertai
perhatian cara memperolehnya.
#Pada Asalnya, segala sesuatu yang diciptakan Allah Swt itu halal, tidak ada yang
haram, kecuali jika ada nash ()دليل yang shahih dan sharih (jelas
maknanya) yang mengharamkannya. Sebagaimana dalam sebuah kaidah fikih:
.تحريمه قبل الدليل على,األصل في األشياء اإلباحة
“Pada asalnya, segala sesuatu itu boleh (mubah) sebelum ada dalil yang
mengharamkannya”.
#Hukum Syari’at Islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah Swt untuk hamba-
Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan
(aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan ‘amaliyah (perbuatan).
Benda-benda yang dimakan di permukaan bumi ini, secara terperinci terangkum pada tiga
bagian:
1. Dari hewan-hewan atau binatang (hewani)
2. Adakalanya dari tumbuh-tumbuhan (nabati)
3. Dan adakalanya terdiri dari tambang seperti garam, tanah liat dan lain sebagainya.
(Ardiansyah (Edit), Kitab Al-Majmu’ Jilid IX: Kumpulan Makalah Muzakarah MUI Sumatera Utara (Medan:
MUI Prov.Sumut, 2017), hlm. 77.)
#6: Langkah-Langkah Memperoleh Sertifikasi Halal
MUI
Produsen yang menginginkan sertifikasi halal mendaftarkan ke sekretariat
LPPOM MUI dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langsung mendatangi kantor sekretariat LPPOM MUI terdekat untuk melakukan
pendaftaran dan pembelian formulir.
2. Mendaftar dan mengisi form pendaftaran serta melengkapi dokumen-dokumen
seperti data perusahaan, jenis dan nama produk, bahan-bahan yang digunakan
serta mempersiapkan sistem jaminan halal. Form yang telah diisi beserta
dokumen pendukung diserahkan ke kantor sekretariat LPPOM MUI terdekat.
3. Pada saat pelaksanaan audit ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh
perusahaan atau yang mengajukan permohonan pembuatan sertifikasi halal
seperti honor auditor, transportasi dari dan menuju pabrik, akomodasi
(penginapan dan makanan).
4. Pembahasan laporan hasil audit dalam rapat auditor LPPOM MUI dan analisa
laboratorium bila diperlukan.
5. Rapat penentuan halal produk dalam sidang komisi fatwa MUI berdasarkan
laporan temuan hasil audit.
6. Membayar biaya sertifikasi halal.
7. Sertifikasi halal dikeluarkan oleh MUI setelah ditetapkan status kehalalannya
oleh komisi fatwa MUI
#Logo resmi Halal MUI–dibumbuhi “No: [Sertifikat Number]“