You are on page 1of 9

Validasi Konkuren

• Dalam kondisi khusus, dimungkinkan tidak menyelesaikan program


validasi sebelum produksi rutin dilaksanakan.
• Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus dijustifikasi,
didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
• Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama seperti validasi
prospektif.
Validasi Retrospektif
• Hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah mapan, namun tidak berlaku jika terjadi
perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau peralatan.
• Proses validasi harus didasarkan pada riwayat produk karena memerlukan pembuatan protokol
khusus dan laporan hasil kajian data untuk mengambil kesimpulan dan memberikan rekomendasi.
• Sumber data harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets, rekaman pengawasan proses, buku log perawatan alat, catatan penggantian
personil, studi kapabilitas proses, data produk jadi termasuk catatan data tren dan hasil uji
stabilitas.
• Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif harus mewakili seluruh bets yang dibuat selama
periode pengamatan, termasuk yang tidak memenuhi spesifikasi, dan hendaklah dalam jumlah
yang cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Pengujian tambahan sampel pertinggal
mungkin perlu untuk mendapatkan jumlah atau jenis data yang dibutuhkan untuk melakukan
proses validasi retrospektif.
• Pada umumnya, memerlukan data dari 10 - 30 bets berurutan untuk menilai konsistensi proses,
tapi jumlah bets yang lebih sedikit dimungkinkan bila dapat dijustifikasi.
VALIDASI PEMBERSIHAN
• Validasi pembersihan harus dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas
kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional harus didasarkan pada
bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi.
• Harus digunakan metode analisis tervalidasi yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas
deteksi masing-masing metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu atau cemaran yang
dapat diterima.
• Biasanya dilakukan hanya untuk permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Harus dipertimbangkan
juga untuk bagian alat yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Interval waktu antara penggunaan alat dan
pembersihan harus divalidasi demikian juga antara pembersihan dan penggunaan kembali serta ditentukan metode
dan interval pembersihannya.
• Prosedur pembersihan untuk produk dan proses yang serupa, dapat dipertimbangkan untuk memilih suatu rentang
yang mewakili produk dan proses yang serupa. Studi validasi tunggal dapat dilakukan menggunakan pendekatan
kondisi terburuk dengan memerhatikan isu kritis.
• Harus dilakukan tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa prosedur
pembersihan tersebut telah tervalidasi.
• ”Uji sampai bersih” (test until clean) bukan merupakan pilihan untuk melakukan validasi prosedur pembersihan
• Untuk produk yang beracun atau berbahaya dalam keadaan tertentu dapat disimulasikan dengan produk lain yang
mempunyai sifat fisika-kimia yang sama
PENGENDALIAN PERUBAHAN
• Harus tersedia prosedur tertulis yang merinci langkah yang diambil jika ada usul
perubahan terhadap bahan awal, komponen produk, peralatan proses, lingkungan kerja
(atau pabrik), proses produksi atau pengujian ataupun perubahan yang berpengaruh
terhadap mutu atau reprodusibilitas proses. Prosedur pengendalian perubahan
hendaklah memastikan bahwa data pendukung cukup untuk menunjukkan bahwa proses
perubahan yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang diinginkan
dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
• Semua perubahan yang dapat memengaruhi mutu produk atau reprodusibilitas proses
hendaklah secara resmi diajukan, didokumen-tasikan dan disetujui. Kemungkinan
dampak perubahan fasilitas, sistem dan peralatan terhadap produk hendaklah dievaluasi,
termasuk analisis risiko. Hendaklah ditentukan kebutuhan dan cakupan untuk melakukan
kualifikasi dan validasi ulang.
VALIDASI ULANG VALIDASI METODE ANALISIS
• Fasilitas, sistem, peralatan dan proses • Tujuan validasi metode analisis adalah
termasuk proses pembersihan untuk menunjukkan bahwa metode
hendaklah dievaluasi secara berkala analisis sesuai tujuan penggunaannya.
untuk konfirmasi keabsahannya. Jika Perlu dipertimbangkan tabel
tidak ada perubahan yang signifikan mengenai karakteristik yang berlaku
terhadap status validasi, peninjauan untuk identifikasi, pengujian terhadap
dengan bukti bahwa fasilitas, sistem, impuritas dan prosedur penetapan
peralatan dan proses memenuhi kadar.
persyaratan yang ditetapkan akan
kebutuhan revalidasi.
Parameter validasi Identifikasi Pengujian Impuritas Penetapan Kadar
Kuantitatif Batas - Disolusi*
- Kandungan/potensi
Akurasi - + - +

Presisi
Ripitabilitas - + - +
Presisi Intermediat - + (1) - + (1)
Spesifisitas (2) + + + +
Limit Deteksi - - (3) + -
Limit Kuantitasi - + - -
Linearitas - + - +
Rentang - + - +

(-) Tidak dipersyaratkan.


(+) Dipersyaratkan.
(1) Dalam hal telah dilakukan test reprodusibiltas, maka presisi intermediat tidak dipersyaratkan.
(2) Kekurangan spesifisitas dari salah satu prosedur analisis dapat dikompensasikan dengan prosedur analisis yang
lain yang dapat menunjang.
(3) Hanya diperlukan pada kasus tertentu.
*) Hanya untuk mengetahui kadar zat terlarut.
Jenis Metode Analisis yang harus divalidasi
• Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap 4 jenis:
1. uji identifikasi;
bertujuan untuk memastikan identitas analit dalam sampel. Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan
karakteristik sampel (misal: spektrum, profil kromatogram, reaksi kimia, dan lain-lain) terhadap baku pembanding
2. uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity);
3. uji batas impuritas
4. uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen tertentu dalam obat
• Metode analisis lain, seperti uji disolusi untuk obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan aktif obat juga harus
divalidasi.
• Pengujian impuritas dapat dilakukan melalui uji kuantitatif atau uji batas impuritas dalam sampel. Masing-masing
pengujian tersebut bertujuan merefleksikan secara tepat karakteristik kemurnian sampel. Karakteristik validasi yang lain
diperlukan untuk uji kuantitatif dibanding untuk uji batas impuritas;
• Prosedur penetapan kadar bertujuan untuk menentukan kadar analit dalam sampel. Dalam hal ini penetapan kadar
menunjukkan pengukuran komponen utama yang terkandung dalam bahan aktif obat. Untuk obat, karakteristik validasi
yang serupa juga berlaku untuk penetapan kadar zat aktif atau komponen tertentu. Karakteristik validasi yang sama juga
dapat dilakukan untuk penetapan kadar yang berkaitan dengan metode analisis lain (misal uji disolusi).
• Tujuan prosedur analisis harus jelas dan dimengerti karena akan menentukan
karakteristik validasi yang perlu dievaluasi. Karakteristik validasi yang
umumnya perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. akurasi
2. presisi
3. ripitabilitas
4. intermediate precision
5. spesivisitas
6. batas deteksi
7. batas kuantitasi
8. linearitas
9. rentang.
Validasi ulang mungkin diperlukan pada kondisi sebagai berikut:
1. perubahan sintesis bahan aktif obat;
2. perubahan komposisi produk jadi; dan
3. perubahan prosedur analisis.
Tingkat validasi ulang yang diperlukan tergantung pada sifat
perubahan. Perubahan tertentu lain mungkin juga memerlukan validasi
ulang.

You might also like