You are on page 1of 12

TETANUS

PENDAHULUAN
• Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang
menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun
tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.
Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh
melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga,
bekas suntikan dan pemotongan tali pusat. Dalam tubuh
kuman ini akan berkembang biak dan menghasilkan
eksotoksin antara lain tetanospasmin yang secara umum
menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris
Etiologi
• Kuman tetanus yang dikenal sebagai
Clostridium Tetani; berbentuk batang yang
langsing dengan ukuran panjang 2–5 um dan
lebar 0,3–0,5 um, termasuk gram positif dan
bersifat anaerob
PATOGENESIS
• Chlostridium Tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang
terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang, pupuk.
• Cara masuknya spora ini melalui luka yang terkontaminasi antara lain luka
tusuk (oleh besi: kaleng), luka bakar, luka lecet, otitis media, infeksi gigi,
ulkus kulit yang kronis, abortus, tali pusat, kadang–kadang luka tersebut
hampir tak terlihat.
• Bila keadaan menguntungkan di mana tempat luka tersebut menjadi
anaerob disertai terdapatnya jaringan nekrotis, lekosit yang mati, benda–
benda asing maka spora berubah menjadi vegetatif yang kemudian
berkembang.
• Kuman ini tidak invasif. Bila dinding sel kuman lisis maka dilepaskan
eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmin sangat
mudah mudah diikat oleh saraf dan akan mencapai saraf melalui dua cara:
1. Secara lokal: diabsorbsi melalui mioneural junction pada ujung–ujung
saraf perifer atau motorik melalui axis silindrik kecornu anterior susunan
saraf pusat dan susunan saraf perifer.
`2. Toksin diabsorbsi melalui pembuluh limfe lalu ke sirkulasi darah untuk
seterusnya susunan saraf pusat.
• Aktivitas tetanospamin akan menghambat pelepasan asetilkolin, tetapi
tidak menghambat alfa dan gamma motor neuron sehingga tonus otot
meningkat dan terjadi kontraksi otot berupa spasme otot.
• Tetanospamin juga mempengaruhi sistem saraf simpatis pada kasus yang
berat, sehingga terjadi overaktivitas simpatis berupa hipertensi yang labil,
takikardi, keringat yang berlebihan dan meningkatnya ekskresi
katekolamin dalam urine.
Manifestasi klinik
• Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat singkat
hanya 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa
inkubasi makin jelek prognosanya.
• Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi Clostridium Tetani dengan
susunan saraf pusat dan interval antara luka dan permulaan penyakit,
dimana makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin panjang
• Tetanus memiliki gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas otot,
spasme otot, dan ketidakstabilan otonom.
• Gejala awalnya meliputi kekakuan otot, lebih dahulu pada kelompok otot
dengan jalur neuronal pendek, karena itu yang tampak pada lebih dari
90% kasus saat masuk rumah sakit adalah trismus, kaku leher, dan nyeri
punggung.
• Keterlibatan otot-otot wajah dan faringeal menimbulkan ciri khas risus
sardonicus, sakit tenggorokan, dan disfagia. Peningkatan tonus otot-otot
trunkus meng akibatkan opistotonus. Kelompok otot yang berdekatan
dengan tempat infeksi sering terlibat, menghasilkan penampakan tidak
simetris.
Terapi
Ada tiga sasaran penatalaksanaan tetanus,
yakni:
• (1) membuang sumber tetanospasmin;
• (2) menetralisasi toksin yang tidak terikat;
• (3) perawatan penunjang (suportif ) sampai
tetanospasmin yang berikatan dengan
jaringan telah habis dimetabolisme
Membuang Sumber Tetanospasmin
• Luka harus dibersihkan secara menyeluruh dan didebridement untuk
mengurangi muatan bakteri dan mencegah pelepasan toksin lebih lanjut
• Metronidazole diberikan secara iv dengan dosis inisial 15 mg/kgBB
dilanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari.
Metronidazole efektif mengurangi jumlah kuman C. tetani bentuk
vegetatif.
• Sebagai lini kedua dapat diberikan penicillin procain 50.000-100.000
U/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika hipersensitif terhadap penicillin dapat
diberi tetracycline 50 mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8
tahun). Penicillin membunuh bentuk vegetatif C. Tetani.
Netralisasi toksin yang tidak terikat
• Antitoksin harus diberikan untuk menetralkan toksin-toksin yang belum
berikatan. Setelah evaluasi awal, human tetanus immunoglobulin (HTIG)
segera diinjeksikan intramuskuler dengan dosis total 3.000- 10.000 unit.
• Untuk bayi, dosisnya adalah 500 IU intramuskular dosis tunggal.
• Kontraindikasi HTIG adalah riwayat hipersensitivitas terhadap
imunoglobulin atau komponen human immunoglobulin sebelumnya;
trombositopenia berat atau keadaan koagulasi lain yang dapat merupakan
kontraindikasi pemberian intra muskular.
Pengobatan suportif
• Penatalaksanaan lebih lanjut terdiri dari terapi suportif sampai efek toksin
yang telah terikat habis. Semua pasien yang dicurigai tetanus sebaiknya
ditangani di ICU agar bisa diobservasi secara kontinu.
• Untuk meminimalkan risiko spasme paroksismal yang dipresipitasi
stimulus ekstrinsik, pasien sebaiknya dirawat di ruangan gelap dan tenang.
• Penanganan jalan napas merupakan prioritas. Spasme otot, spasme laring,
aspirasi, atau dosis besar sedatif semuanya dapat mengganggu respirasi.
Sekresi bronkus yang berlebihan memerlukan tindakan suctioning yang
sering.

You might also like