You are on page 1of 63

PERSPEKTIF PSIKOLOGI: upaya

memahami manusia
“Orang sering berkata tentang sesamanya, ‘Dia belum
menemukan jati dirinya’. Tapi jati diri – jati diri kita sendiri –
bukanlah sesuatu yang kita temukan. Itu adalah sesuatu yang
kita bentuk.”

THOMAS SZASZ
Perspektif dalam Psikologi
1. Perspektif biologis : bagaimana kondisi tubuh
mempengaruhi perasaan & pikiran
2. Perspektif belajar : bagaimana lingkungan dan
pengalaman mempengaruhi tindakan seseorang
3. Perspektif kognitif : menekankan proses mental yang
berlangsung / terjadi
4. Perspektif sosial budaya : fokus pada faktor sosial
budaya
5. Perspektif psikodinamika : peran ketidak sadaran dalam
perilaku
6. Perspektif ekologi: manusia berkembang dengan
interaksi dinamis antara diri dan konteksnya  level
mikro (keluarga, teman, sekolah), meso (inter-
relasi mikro), makro (ekonomi, sistem pendidikan,
budaya, politik, dll)

Perspektif lainnya :
- Perspektif humanistik
- Perspektif feminist
PERSPEKTIF
BIOLOGIS
5 sudut pandang utama psikologi
PERSPEKTIF BIOLOGIS: Menekankan sejumlah fakta biologis
berkaitan dengan perilaku, pikiran, perasaan, sekaligus faktor
genetik yang berkontribusi pengaruhi perilaku.
Lahir psikologi evolusi, mengikuti jejak
fungsionalisme.

Psikologi Masa Kini:


Perilaku, Tubuh, Pikiran, Budaya
HIPOCRATES
 1) Melancholicus (melankolis),
yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,
sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap
murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh
rasa curiga.

 2) Sanguinicus (sanguinis),
yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga
orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-
seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap
optimistis.
3) Flegmaticus (plegmatis),
yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang- orang
seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu
pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak
mudah berubah.

4) Cholericus (koleris),
yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini
bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar
mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
Kretschmer, ahli penyakit jiwa
berkebangsaan Jerman
 , mengemukakan adanya hubungan yang erat antara tipe
tubuh dengan sifat dan wataknya.
 Ia memebagi manusia dalam empat golongan menurut tipe
atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :
 1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar
dan tegap, berdada lebar.
 2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu
sempit, lengan, dan kaki kecil.
 3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka
bulat, leher pejal.
 4) Displastis, merupakan bentuk tubuh campuran dari
ketiga tipe diatas.
 Tipe watak orang yang berbentuk atletis dan astenis
adalah schizothim, yang menurut Kretschmer mempunyai
sifat-sifat, antara lain : sulit bergaul, mempunyai kebiasaan
yang tetap, sukar menyesuaikan diri dengan situasi baru,
kelihatan sombong, egoistis dan bersifat ingin berkuasa,
kadang-kadang optimis, kadang pula pesimis, selalu
berpikir terlebih dahulu masak-masak sebelum bertindak.
 Lain halnya dengan orang yang memiliki bentuk tubuh
piknis, atau tipe wataknya sering disebut siklithim. Sifat
orang-orang ini adalah mudah bergaul, suka humor, mudah
berubah-ubah stemming-nya, mudah menyesuaikan diri
dengan situasi yang baru, lekas memaafkan kesalahan
orang lain, tetapi kurang setia, dan tidak konsekuen.
PERSPEKTIF
PSIKODINAMIKA
PSIKODINAMIKA
 SIGMUND FREUD (TEORI
PSIKOANALISIS KLASIK)
-Id. Ada sejak lahir, energi semua psikhe:
dorongan dasar untuk makan, minum,
pelepasan, kehangatan, afeksi & seks.

-Id mengandung 2 insting: eros & thanatos.


(Eros: kekuatan integrasi kehidupan,
termasuk seks energinya disebut
libido. Thanatos: insting mati)

-Id mencari pemuasan segera, bekerja atas


dasar prinsip kenikmatan (pleasure Aspek2 perilaku
principle) dengan aktivitas refleks & bersumber dari
proses primer (membayangkan). daya
kepribadian,
Sebag besar
daya itu tidak
disadari.
 Ego. Bagian kesadaran: mulai
berkembang dari id setelah
bulan ke 6 kelahiran. Tugasnya
menghadapi realitas, bekerja
atas dasar realita (reality
principle), upayanya berupa
proses sekunder: perencanaan &
pengambilan keputusan.

 Superego. Membawa standar


moral masyarakat seperti yang
dinterpretasikan orangtua anak
(disebut conscience)
Tahap
Tahap oral (0 bl – 1 th): kepuasan di perkembangan
sekeliling area mulut psikoseksual
Tahap anal (> 1 th – 3 th): kepuasan
dianus/pembuangan
Tahap falik (> 3 th – 5/6 th):
kepuasan di alat kelamin
Periode laten (>6 th – 12 th): impuls
id kurang mendalam
Tahap genital (> 12 th):
heteroseksual mendominasi
Aliran Post Freudian
Apakah tipe
kepribadianmu?

Garl Gustav Jung


(psikologi analitik)

Ketidaksadaran personal &


ketidaksadaran kolektif.
Bedakan tipe kepribadian:
ekstraver-introver.
Pencetus teori aktualisasi diri
yang akan menjadi konsep
pokok Carl Rogers
PERSPEKTIF
KOGNITIF
Ada di posisi manakah
Anda? Alfred Adler (psikologi
individual)
 Usaha menuju superioritas
(konteks positif) demi
kebaikan masyarakat.
 Style of Life
 Fenomena perilaku kognitif:
agar merasa lebih baik,
orang harus mengubah
kehidupan & keyakinan
rasional dengan berpikir
lebih rasional
Erik Erikson (psikologi
ego) Sampai pada tahap
manakah Anda?
Tekanan:
perkembangan
identitas ego &
psikososial,
individu terus
berubah (life-span
developmetal)
Ada 8 tahap
perkembangan,
masing-masing
ditandai krisis
tertentu:
Tahap 1 2 3 4 5 6 7 8

Basic trust
Oral Vs
mistrust

Autonomy
Vs
Anal
Shame/doubt

Initiative
Genital Vs
Guilt
Industiry
Laten Vs
Inferiority

Identity ach
Remaja/
Vs
puber
Diffusion

Intimacy
Dewasa
Vs
muda
Isolation

Dewasa Generactivity
Vs
madya
Stagnation

Ego
Dewasa integrity
lanjut Despair

Gambar 1: Tahap perkembangan identitas ego dan fase krisis


Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

 Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan


 Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran
sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
 Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan
pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.
 Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman
dalam dunia
 Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak,
dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan
dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan
kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-
ragu (shame and doubt)
 Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
 Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi
selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari
pengendalian diri.
 Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian
yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda
dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh
seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
 Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni
atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
 Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri,
sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu
terhadap diri sendiri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa
bersalah (Guilt)
 Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
 · Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan
kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial
lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih
luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.
 · Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam
memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan
prakarsa.
 · Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah,
perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak
menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan
dibuat merasa sangat cemas.
 · Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan
cepat oleh rasa berhasil.
Tahap 4. Industry vs inferiority
(tekun vs rasa rendah diri)
 Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
 ·Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap
keberhasilan dan kemampuan mereka.
 Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan
kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
 Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru,
atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
 Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan
pengalaman-pengalaman baru.
 · Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan
energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
 Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya
rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
 ·Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan
ketekunan anak-anak.
Tahap 5. Identity vs identify confusion
(identitas vs kebingungan identitas)
 Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
 ·Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepekaan dirinya.
 Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan
kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
 Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa –
pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi
banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
 Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif
untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
 Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai
menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka
kebingungan identitas merajalela.
 Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal,
kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
 Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul
rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
Tahap 6. Intimacy vs isolation
(keintiman vs keterkucilan)
 Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
 Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun
hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.
 Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang
komit dan aman.
 Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk
mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa
mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan
komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara
emosional, kesendirian dan depresi.
 Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak
dalam interaksi dengan orang
Tahap 7. Generativity vs Stagnation
(Bangkit vs Stagnan)

 Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an


tahun).
 · Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun
hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
 · Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan
merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia
dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
 · Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak
produktif dan tidak terlibat di dunia ini.
Tahap 8. Integrity vs depair
(integritas vs putus asa)
 Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)
 · Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap
masa lalu.
 · Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa
hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
 · Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
 · Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat
mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
 · Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat
menghadapi kematian.
PERSPEKTIF
SOSIOKULTURAL
SOSIOKULTURAL
Tekanan pada pengaruh faktor budaya
terhadap perilaku. Eksplorasi cara konteks
sosial & berbagai aturan budaya pengaruhi
keyakinan & perilaku individu

Persepsi, perasaan sangat besar dipengaruhi


sistem sosial & kultural. Misal: KDRT
MULTIKULTURAL

Pelajari aspek-
aspek perilaku
dipengaruhi oleh
faktor-faktor
budaya identitas
etnis, misal:
kasus
minoritas ras
Sistem keluarga
Pola kepribadian tidak lepas dari hasil interaksi dalam keluarga; individu, bagian
dari suatu sistem. Jika ada salah seorang anggota keluarga teridentifikasi miliki
simtom “gangguan”, bukan hanya individu itu sendiri yang “sakit”, tetapi ada
sesuatu yang salah pada sistem keluarga tersebut

Struktur hubungan
Pola komunikasi
Kunci utama pahami perilaku
manusia sebagai media yang
pengaruhi interaksi sistemik.
Komunikasi paradoks (pesannya
kandung 2 pengertian sekaligus
tapi saling bertentangan =
double bind), hasilkan
psikopatologi
Sebagai
sistem
Keluarga adalah
sistem terintegrasi
yang mengelola
keseimbangan
internal agar
perilaku stabil. Jika
ditemukan “pasien
teridentifikasi” harus
segera ditangani
agar sistem kembali
stabil
PERSPEKTIF
BELAJAR
Classical conditioning
(Ivan Pietrovich Pavlov)

PERILAKU

Fokusnya
perilaku yang
tampak/dapat
Satu stimulus memicu munculnya stimulus lain. diobservasi,
Selama proses kondisioning, individu peroleh konsep dianggap
informasi hubungan antara berbagai stimulus, berguna hanya
bukan sekedar asumsi sederhana diantaranya. jika dapat
dikaitkan dengan
perilaku yang
Stimulus: peristiwa-peristiwa fisik yang tampak.
berimbas pada perilaku
Sketsa percobaan Pavlov
Modifikasi dari Metode Pavlov
Pada alat dalam gambar di sebelah bawah, didasarkan pada teknik Pavlov, air liur dari
pipi anjing mengalir ke sebuah tabung, diukur dari gerakan jarum pada tabung
berputar.
Skema proses
prakondisioning
Reaksi minim
1. atau tiada reaksi

2. Aroma masakan (USC) Air liur (UCR)

proses kondisioning
Aroma masakan (USC) Air liur (UCR)
+
poskondisioning
3. Air liur (CR)
UCS = Stimulus memicu kehadiran respon tidak terkondisi ketika pertama kali disajikan
UCR = Respon dipicu oleh UCS
CS = Stimulus yang berulang-ulang dipasangkan dengan UCS
CR = Respon terhadap CS (stimulus berkondisi)
Kondisioning Klasik dalam
Kehidupan Nyata

Kondisioning klasik membantu jelaskan


respons-respons emosional positif
terhadap benda-benda atau kejadian-
kejadian tertentu, rasa takut & fobia,
pengembangan rasa suka & tidak suka,
reaksi terhadap pengobatan medis/ Dalam film seri TV
placebo. Monk, tokoh utama
memiliki fobia
terhadap kuman.
Bagaimana caranya
dia bisa seperti itu?
JB Watson menunjukkan bagaimana rasa
takut dapat dipelajari & kemudian
dapat dihilangkan dengan proses
kontrakondisioning.
“Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke
sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya”.

“Psychology as the Behaviourist view it” (1913)


Manusia (dan juga spesies lainnya)
secara biologis siap peroleh
beberapa respons adaptif
dengan mudah, seperti rasa
tidak enak yang terkondisi
maupun ketakutan-ketakutan
tertentu.
Anda merasa perut Anda penuh
setelah makan, tapi Anda tiba-tiba
merasa masih ada ruang untuk
hidangan penutup. Mengapa terjadi
hal ini?
Perkembangan kondisioning klasik: gabungkan temuan tentang
motivasi, pembelajaran, dan biologi.

Penelitian jelajahi perubahan aktivitas otak di amigdala & korteks


orbitofrontal sebagai respons terhadap stimulus terkondisi dari
nafsu makan atau kenikmatan, bagaimana respons tersebut
mempengaruhi motivasi seseorang untuk makan (contoh:
“fenomena restoran”).
Penelitian lain: penggunaan obat untuk tingkatkan aktivitas
reseptor tertentu di amigdala percepat terjadinya extinction
fobia (takut akan ketinggian) selama perawatan dengan
gunakan virtual reality.
KONDISIONING OPERAN

Menguat/melemahnya perilaku tergantung


pada konsekuensi yang mengikutinya.
Respons-respons yang terbentuk bukan
sesuatu yang sifatnya refleks & lebih
rumit daripada yang terjadi di
kondisioning klasik.
Diasosiasikan dengan B.F. Skinner, yang
menyebutnya sebagai “behaviorisme
radikal.”
Reinforcement perkuat/tingkatkan kemungkinan
terjadinya respons ; hukuman perlemah/turunkan
kemungkinan terjadinya respons.

Konsekuensi langsung berdampak & berpengaruh lebih


besar pada respons daripada konsekuensi yang
ditunda.
Reinforcement primer: memiliki karakteristik
alami perkuat perilaku (karena penuhi kebutuhan
biologis)
Reinforcement sekunder: memiliki kemampuan
tingkatkan kemungkinan terjadinya respons melalui
asosiasi dengan reinforcement lainnya.

Perbedaan serupa juga berlaku untuk hukuman.


Reinforcement positif:
sesuatu yang menyenangkan
mengikuti sebuah respons.
Apakah contohnya?

Reinforcement negatif:
sesuatu yang tidak
menyenangkan dihilangkan.
Sebutkan contohnya!
Premack principle: tekanan pada aktivitas yang lebih
dapat perkuat perilaku yang kurang menimbulkan minat

Satu metode untuk


tingkatkan perilaku
diharapkan
Hukuman positif: sesuatu yang
tidak menyenangkan mengikuti
respons. Sebutkan contohnya!

Hukuman negatif: sesuatu yang


menyenangkan dihilangkan. Istilah
lain “omission training”.
Misalnya?
Pola respon pada kondisioning operan sebagian tergantung
jadwal pemberian reinforcement.
Continuous reinforcement membuat respons lebih cepat dipelajari.
Partial reinforcement membuat sebuah respons tahan terhadap
extinction (menjelaskan tetap munculnya perilaku takhayul).
Pola partial reinforcement yang berbeda hasilkan pola respons yang berbeda.
Kesalahan yang umum dilakukan: berikan penghargaan secara tidak tentu pada
respons yang ingin dihilangkan.
Shaping: melatih perilaku yang kemungkinannya kecil terjadi
secara spontan.
Reinforcement diberikan untuk setiap successive approximation
(menuju respons yang diharapkan hingga akhirnya respons yang
diharapkan dapat dicapai).

Teknik shaping miliki banyak penerapan berguna. Monyet-monyet dilatih


membantu para pemiliknya yang lumpuh untuk bukakan pintu, membantu
beri makan, & balikkan halaman buku. ”Kuda penuntun” berukuran mini
bantu orang buta susuri jalanan kota.
Kondisioning Operant dalam Kehidupan
Nyata
Modifikasi perilaku: terapan prinsip-prinsip kondisioning operan,
sukses pada berbagai situasi, meski reinforcement & hukuman
miliki kekurangan.

Gambar kiri, seorang reinforcement polisi di Palo Alto, California, berikan reinforcement
pada yang taat aturan lalu lintas dengan sertifikat hadiah pada pejalan kaki. Gambar
kanan,seorang ibu perkuat perilaku belajar anak autisnya dengan berikan tepuk
tangan.
Hukuman, ketika digunakan
dengan tepat, dapat menekan
munculnya perilaku tidak
diharapkan, termasuk perilaku
kriminal.

Tetapi hukuman sering


disalahgunakan, sehingga
dengan tidak sengaja berikan
dampak tidak diharapkan.
Extinction perilaku tidak diharapkan dikombinasikan
reinforcement pada perilaku diharapkan lebih dipilih
daripada hukuman semata.
Penghargaan dengan tidak membedakan (usaha tingkatkan harga
diri anak), tidak akan perkuat perilaku diharapkan 
tergantung penuh pada reinforcement ekstrinsik dapat lemahkan
kekuatan reinforcement intrinsik.
Tetapi uang & pujian tidak ganggu kepuasan intrinsik (diberi
penghargaan karena berhasil capai kemajuan, bukan sekadar
telah berpartisipasi dalam sebuah aktivitas, atau orang memang
telah sangat tertarik dengan aktivitas tersebut).
BELAJAR & PIKIRAN (KOGNITIF)
Tahun ‘30-an, Edward Tolman pelajari pembelajaran laten, tidak ada
reinforcement nyata dalam proses belajar & respons tidak
dimunculkan sampai ketika reinforcement telah tersedia (bukan
respons spesifik, tetapi pengetahuan mengenai respons-respons
beserta konsekuensinya).

Tahun ‘60-an & ‘70-an tjd peningkatan pengaruh teori sosial-kognitif


dalam pembelajaran, tekankan pada pembelajaran observasional
& peranan keyakinan, interpretasi kejadian, & kognisi lainnya.
Pembelajaran Laten
Eksperimen klasik: tikus-tikus yang selalu temukan makanan di akhir labirin, semakin sedikit kesalahan
capai makanan (kurva berwarna hijau), Tikus-tikus yang tidak pernah terima makanan tunjukkan
sedikit peningkatan (kurva berwarna biru). Tikus kelompok ketiga tidak peroleh makanan selama 10
hari, lalu diberi makanan mulai hari ke11 (kurva berwarna merah) tunjukkan peningkatan cepat dari
saat mulai diberikan makanan & dengan cepat samai kinerja kelompok tikus penerima makanan dari
awal penelitian. Pembelajaran: perubahan kognitif yang dapat ter jadi meskipun tidak ada
reinforcement & hasil belajar ini tidak terlihat hingga muncul reinforcement yang jelas (Tolman &
Honzik, 1930).
Ahli sosial-kognitif nyatakan:
pembelajaran berdasarkan
observasi (seperti
pembelajaran laten), apa
yang diperoleh merupakan Karena pembelajaran laten,
ketika gadis kecil ini makin
pengetahuan & bukan dewasa & siap buat sendiri
respons spesifik. hidangannya, dia sudah
miliki pengetahuan
bagaimana cara
membuatnya
Orang dewasa /anak-anak, dengan cara sama, belajar melalui observasi. Albert
Bandura dkk: anak-anak saksikan film yang tunjukkan orang dewasa menendang,
memukul, & memalu sebuahboneka karet besar (gambar atas). Anak-anak tirukan
perilaku orang dewasa tersebut; beberapa di antaranya tirukan dengan hampir
sempurna.
Orang berbeda persepsi & keyakinan, peroleh pelajaran yang
berbeda atas kejadian/situasi yang sama. Contoh, beberapa
orang jadi lebih agresif setelah dihadapkan pada gambar-gambar
kekerasan di media, tetapi kebanyakan orang tidak.
Faktor-faktor: atensi, retensi, proses produksi,
motivasi

Lebih jauh, hubungan sebab – akibat bekerja dalam


arah sebaliknya: Orang agresif cenderung pilih tayangan &
gambar kekerasan & lebih cenderung terpengaruh daripada
orang lain.
Penyebab psikopatologi: pandangan &
interpretasi maladaptif; ada keyakinan Albert Ellis:
irasional & pikiran tidak logis.
rumus A-B-C
activating
Aaron Beck: distorsi negatif persepsi event (A) 
tentang realita
private belief
(B) 
emotional
consequency
(C)
Tidak semua pendekatan psikologi dapat digolongkan secara
tepat ke dalam salah satu di antara kelima perspektif utama
tersebut.
2 gerakan penting, psikologi humanistik &
psikologi feminis, telah pengaruhi pertanyaan peneliti,
metode yang digunakan, kesadaran mengenai bias dalam
psikologi.
Penelitian khusus kontemporer yang disebut psikologi positif
ikuti tradisi humanistis, fokus pada aspek positif perilaku
manusia.
PENDEKATAN
HUMANISTIK
HUMANISTIK
Keberadaan manusia: sifatnya bebas, tidak dikendalikan faktor
internal/eksternal; individu punya kesempatan/kecenderungan
capai yang terbaik; pandang dunia dari sisi positif (optimisme);
pembentukan konsep diri favorabel sangat penting sebagai
dasar perkembangan.
Tokoh: Abraham Maslow; Carl Rogers; Frederick Pearls; Joseph
Frankl

Abraham Maslow
(hirarki
kebutuhan)
Carl Rogers (person-centered therapy)
Terapis:
-genuineness (tulus)
-empathy (empati)
-uncounditional positive regard
(penghargaan tak bersyarat)

Frederic Pearls (terapi gestalts)

Victor E. Frankl (konsep kebermaknaan hidup)

You might also like