“NILAI NORMA HUKUM

BUDAYA DAN AGAMA”

SENIN, 8 OKTOBER 2012

PENYAJI :
AN AN FAUZI
Nilai :
Penghargaan terhadap
sesuatu yang dapat menjadi
dasar penentu bagi tingkah
laku seseorang
 Keyakinan /Anggapan
Macam-Macam Nilai :
ETIKA (Kebaikan)
ESTETIKA (Keindahan)
RELIGI (Agama)
SOSIAL (Kemanusiaan)
TEORI (Kebenaran)
EKONOMI (Materi)
VITAL (Kesehatan)
Norma : Aturan yang berisi perintah, larangan dan
sanksi-sanksi bagi yang melanggarnya.

NILAI

NORMA
Kebudayaan :
KOENTJARANINGRAT : keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang di dapat dengan belajar
dan dijadikan untuk manusia sendiri
SELO SOEMADJAN : Semua hasil karya,
rasa dan cipta masyarakat
Para ahli umumnya sepakat bahwa
kebudayaan adalah hal-hal yang
dilepajari/Learwing Beha vior
 DEFINISI AGAMA

1. Dalam Bahasa Indonesia kita mengenal beberapa kata yang

mengambil pengertian yang sama dengan agama, yaitu din
(bahasa Arab) dan religi (bahasa Latin). Dalam Kamus Besar
bahasa Indonesia, kata agama mengandung pengertian
“kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dsb)”.

2. Definisi agama pertama kali ditemukan oleh EB Taylor (1832-

1917), religion is the belief in spiritual being. Dan Ogburn dan
Nimhoff memberikan pengertian :

Agama adalah suatu pola kepercayaan-kepercayaan,

sikap-sikap emosional dan praktek-praktek yang
dipakai oleh sekelompok manusia untuk mencoba
memecahkan soal-soal “ultimate” dalam kehidupan
manusia.

3. Harun Nasution : Intisari yang terkandung dalam

pengertian agama adalah ikatan, yang harus dipegang
dan dipatuhi oleh manusia.
  Lanjutan ……………….

4. Redeliffe Brown : Agama adalah ekspresi dalam satu atau

lain bentuk tentang kesadaran terhadap ketergantungan
kepada suatu kekuatan di luar diri kita yang dapat
dinamakan dengan kekuatan spiritual atau moral.

5. Taylor dan frazer : Memandang agama sebagai

kecenderungan primitive atau terbelakang. Paandangan
yang sinis terhadap agama ini sangat dipengaruhi oleh
semangat reneissans. Semangat menyingkirkan peran
agama Katolik Roma dari kehidupan nyata, tetapi
kemudian dinisbahkan sama dengan semua agama.

6. August Comte : Memahami berpikir religius sebagai berpikir

yang cenderung mencari jawaban yang mutlak tentang
segala hal, seperti mengembalikan sebab segala peristiwa
yang terjadi kepada kehendak Tuhan. Pola pikir seperti ini
amat primitif dalam perkembangan pemikiran manusia.
Sedangkan Emile Durkheim mengemukakan esensi agama
sebagai kehendak masyarakat, karena agama adalah
ciptaan masyarakat. Di sisi lain Sigmund Freud
mengatakan bahwa agama adalah ilusi manusia.