Professional Documents
Culture Documents
ANTIBIOTIKA
ANTIBIOTIKA
Antibiotika
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dapat dibedakan menjadi 8 golongan, yaitu penisilin,
aminoglikosida, fluoroquinolon, peptida, makrolida, tetrasiklin, sulfonamida dan
diaminopirimidin.
Penisilin
Penisilin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid (membunuh). Turunan terbaru dari
antibiotik yang ditemukan pertama kali pada tahun 1928 tersebut efektif membasmi bakteri
Gram (+) dan Gram (-). Antibiotik hasil penemuan Fleming ini mudah diserap oleh tubuh
melalui usus dan cepat masuk ke darah.
Antibiotik -laktam ini bekerja pada dinding sel bakteriyang termasuk antibiotik dan berikatan
dengan penicillin binding protein. Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati.
Amoxitin dan Ampicol mempunyai kandungan aktif antibiotik ini.
Aminoglikosida
Antibiotik yang mengandung amino dan glikosida ini bekerja secara langsung pada ribosom
bakteri, membran sel dan menghambat sintesa protein sehingga bakteri akan mati (bakterisid).
Antibiotik ini tidak bisa diserap melalui usus sehingga untuk tujuan pengobatan yang bersifat
sistemik aplikasinya dilakukan secara injeksi (suntikan), baik subkutan (bawah kulit) maupun
intramuskuler (tembus dinding atau otot).
Saat diberikan, antibiotik ini akan bekerja optimal membasmi bakteri Gram (+) dan Gram (-).
Hanya saja saat terjadi gangguan ginjal, seperti pada kasus infeksi Gumboro maupun infectious
bronchitis (IB) pemakaian antibiotik ini hendaknya dihindari karena akan memicu kerusakan
ginjal yang lebih parah. Contoh obat yang mengandung antibiotik golongan aminoglikosida
adalah Gentamin, Kanamin dan Vet Strep.
Fluoroquinolon
Antibiotik ini mulai dikenal tahun 1962 oleh Lesher. Pada aplikasinya, sediaan obat yang
mengandung antibiotik golongan fluoroquinolon banyak tersedia. Proxan-S, Proxan-C, Neo
Meditril, Doctril dan Coliquin merupakan contoh sediaan antibiotik dari golongan
fluoroquinolon.
Ketika “kontak” dengan bakteri, flouroquinolon akan menyerang inti sel (DNA) bakteri dengan
menghambat enzim DNA gyrase. Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati (bakterisid).
Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, baik terhadap bakteri Gram (+), Gram (-) dan
Mycoplasma.
Aplikasi pemberiannya dapat dilakukan secara oral (melalui saluran pencernaan) maupun
injeksi, baik subkutan atau intramuskuler. Agar obat bekerja optimal hindari adanya
mineral/logam seperti Ca2+, Mg2+ dan Al3+ dalam air minum yang digunakan untuk melarutkan
obat karena bisa menurunkan penyerapan obat di saluran pencernaan.
Peptida
Antibiotik ini bekerja aktif membunuh (bakterisid) bakteri Gram (-) dengan cara merusak atau
menghambat membran sel. Antibiotik golongan ini tidak diserap oleh usus sehingga lokasi
kerjanya bersifat lokal. Obat yang hanya mengandung antibiotik golongan peptida relatif
jarang, biasanya dikombinasikan dengan golongan lain untuk meningkatkan potensi dan
spektrum kerjanya, seperti Amoxitin dan Tycotil.
Makrolida
Golongan antibiotik ini efektif untuk mengatasi bakteri Gram (+) dan Mycoplasma.
Pemberian antibiotik ini akan bekerja mengganggu proses sintesis protein melalui
mekanisme berikatan dengan ribosom 30S.
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) dengan cara menghambat sintesis protein dengan berikatan
pada ribosom 30S. Antibiotik yang ditemukan pertama kali oleh Lloyd Conover ini
memiliki spektrum kerja yang luas, dimana bisa mengatasi infeksi bakteri Gram (+),
Gram (-) dan Mycoplasma.
Cara aplikasi antibiotik golongan tetrasiklin bisa dilakukan melalui oral maupun
suntikan (subkutan atau intramuskuler). Hanya saja jika diberikan melalui oral
sebaiknya memperhatikan kandungan logam Ca2+, Mg2+ dan Al3+ karena dapat
menurunkan daya serap saat berada di usus. Feed supplement yang mengandung
mineral sebaiknya diberikan pada waktu yang berbeda dengan pemberian antibiotik
fluoroquinolon dan tetrasiklin, misalnya pemberian antibiotik pada pagi hingga sore
hari dan supplement pada malam hari atau setelah pengobatan berakhir.
Medion telah memproduksi obat dengan kandungan antibiotik dari golongan
tetrasiklin, diantaranya Doxyvet, Koleridin maupun Vita Tetra Chlor.
Sulfonamida
Sulfamix, Coxy, Trimezyn dan Respiratrek adalah produk
Medion yang mengandung antibiotik dari golongan sulfonamida.
Antibiotik yang ditemukan Gerhard Domagk ini telah dikenal luas
oleh masyarakat, termasuk masyarakat peternakan.
Antibiotik ini bersifat bakteriostatik, yaitu bekerja menghambat
pertumbuhan bakteri. Mekanismenya melalui hambatan pada
sintesis asam folat sehingga mengganggu perkembangan bakteri.
Saat diberikan pada ayam baik secara oral maupun suntikan
(subkutan, intramuskuler), antibiotik yang telah digunakan sejak
1933 ini akan mampu mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-)
dan protozoa. Agar daya kerja lebih optimal, saat pemberian obat
dengan kandungan antibiotik ini sebaiknya tidak diberikan
suplemen berupa vitamin B dan atau asam amino. Selain itu, saat
ayam mengalami gangguan ginjal sebaiknya penggunaan antibiotik
ini dihindari.
Diaminopirimidin
Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik. Mekanisme
kerja dari antibiotik ini ialah menghambat sistesis
(pembentukan) asam folat. Pemberiannya efektif untuk
mengatasi serangan bakteri Gram (+) dan Gram (-).
Aplikasinya dapat dilakukan secara oral maupun suntikan,
baik subkutan maupun injeksi.
Antibiotik ini biasanya dikombinasikan dengan golongan
sulfonamida untuk meningkatkan daya kerjanya dan
menurunkan tingkat resistensi bakteri terhadap kedua
antibiotik ini. Kedua antibiotik ini memiliki mekanisme kerja
yang sinergis, saling menguatkan. Trimezyn, Respiratrek,
Erysuprim dan Antikoksi ialah produk Medion yang
mengandung kombinasi kedua antibiotik tersebut.
Golongan antibiotik yang telah disebutkan sebelumnya bisa diformulasikan dalam
bentuk tunggal maupun kombinasi. Tujuan kombinasi ini antara lain meningkatkan
daya kerja dan spektrum kerja, menurunkan efek samping serta meminimalkan
terjadinya resistensi. Hanya saja kombinasi ini tidak serta merta bisa dilakukan,
alih-alih kombinasi yang tidak sesuai akan menurunkan daya kerjanya.
Syarat kombinasi antibiotik ini haruslah dapat tercampur secara fisik, kimia dan
farmakologi.
Tercampur secara fisik artinya kedua antibiotik dapat tercampur homogen
Tercampur secara kimia : saat antibiotik dicampurkan tidak terjadi reaksi kimia
yang merugikan diantara keduanya, yang biasanya ditandai dengan perubahan
warna yang berbeda dari kedua warna produk, adanya endapan atau terbentuknya
gas
Tercampur secara farmakologi yaitu tidak terjadi interaksi antara kedua antibiotik
yang menyebabkan turunnya potensi atau meningkatnya efek samping atau
toksisitas
Melihat persyaratan tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita membatasi
pencampuran antibiotik yang dilakukan sendiri, tanpa pengetahuan yang lengkap.
Bukan sebuah keniscayaan jika kombinasi antibiotik tidak tepat malah akan
menurunkan potensi atau daya kerjanya
Aplikasi Antibiotik