Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. Pujiati Abbas, Sp.A
Oleh :
Wahyu Jati Utoro
30101307096
IDENTITAS
Nama : An. S
Umur : 8 tahun 10 bulan
Berat Badan : 30 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sawah besar timur
Bangsal : Baitun Nisa 1
Masuk RS : 24 Desember 2017
Nama Ayah : Tn. T
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : S1
Anamnesis ( Alloanamnesis )
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan pasien dan dengan ibu
pasien dilakukan pada tanggal 24 Desember 2017pukul 14.30 WIB
di Bangsal B. Nisa 1 dan didukung dengan catatan medis.
Anak perempuan lahir dari ibu P2A0, hamil 39 minggu, lahir spontan di rumah sakit,
langsung menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan saat lahir, lingkar kepala
dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat,tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : neonatus aterm, lahir spontan per vaginam
Perkembangan :
Senyum : 2 bulan - Berbicara 5-10 kata : 18 bulan
Miring : 3 bulan - Naik turun tangga : 24 bulan
Tengkurap : 5 bulan - Meloncat : 3 tahun
Duduk : 8 bulan - Berpakaian sendiri : 4 tahun
Berdiri : 10 bulan - Menari : 5 tahun
Berjalan : 12 bulan
Pasien duduk di kelas 3 SD dan mampu mengikuti pelajaran dengan
baik
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur.
Riwayat Makan dan Minum Anak
ASI diberikan sejak lahir, setelah usia 6 bulan, selain ASI anak juga mendapat diberikan
makanan pendamping ASI berupa pisang yang dilumat halus, bubur susu, nasi tim, dan
buah. Setelah 1 tahun anak diberikan makanan padat seperti anggota keluarga yang lain
(nasi,saur,lauk,roti).
Pada usia 8 tahun penderita makan makanan keluarga. Menu makanan setiap hari terdiri
dari sayur dan daging. Anak sulit makan dan suka jajan sembarangan di luar rumah, anak
juga suka makan makanan pedas, kecut, dan snack ringan.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan baik
1. BCG 1x 1 bulan
4. DPT 3x 2, 4, 6 bulan
5. Campak 1x 9 bulan
6. Polio 1x 2 tahun
7. Hepatitis B 1x 6 tahun
8. DPT 1x 2 tahun
9. Campak 1x 6 tahun
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
Pemeriksaan Status Gizi
Anak perempuan usia : 8 tahun 10 bulan
Berat badan : 30 kg
Tinggi badan : 137 cm
Kepala : Normocephale
Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-),
petechie (-)
Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 4mm/ 4mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
Mulut : bibir kering (+), sianosis (-), pendarahan gusi (-), lidah kotor
di tengah, tepi hiperemis, tidak tremor.
Tenggorok : tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak
melebar, tidak hiperemis, faring hiperemis (-)
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Thorax
Paru
Inspeksi: Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis
Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler suara tambahan : ronki (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tak tampak
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid clavicula sinistra, tidak
melebar, tidak kuat angkat
Perkusi batas jantung :
atas: ICS II linea parasternalis sinistra
pinggang: ICS III linea parasternalis sinistra
kanan bawah: ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah: ICS V, 2 cm medial linea mid claviculasinistra
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : Hipertimpani
- Palpasi : Supel, hepar dan lien dalam batas normal
Ekstremitas
Superior Inferior
Ht 39,4 % 33 – 45 %
IMUNOSEROLOGI
Widal :
- S.paratyphi A O : (+) 1/160
- S.paratyphi C O : (+) 1/160
- S.paratyphi B H : (+) 1/320
ASSESMENT
Demam Tifoid
Status Gizi Baik
INITIAL PLAN DIAGNOSIS
ISK
Ip..Dx :
S:-
O: Darah Rutin, Widal, Gall kultur
Ip.Tx :
Infus 2 A ½ N 18 tpm
Injeksi :
Inj. Amikacin 2 x 1 gram
Inj. Fortison 2 x 50 mg
Inj. Sanmol 400 mg k/p
Inj. Ondan 3 x 3 mg
IP Mx :
KU, Vital Sign
IP Ex
Tirah baring
Jika anak panas, segera berikan obat penurun panas dan di kompres dengan
air biasa. Jika tidak turun segera bawa ke pelayanan kesehatan.
Diet lunak (bisa bubur atau nasi, dengan syarat dikunyah hingga lembut)
Rendah serat (sayur bayam, sop wortel,buncis muda)
Tinggi protein ( hati ayam, daging, telur rebus, tempe,tahu, susu)
Menghindari makanan pedas, berbumbu tajam atau merangsang, banyak
minum air putih.
Menjaga higiene personal, keluarga dan sanitasi lingkungan termasuk cuci
tangan sebelum dan sesudah makan,memotong kuku, setelah BAB dan BAK.
Mengurangi jajan sembarangan.
Menjelaskan kepada keluarga mengenai perjalanan penyakit dan komplikasi
yang bisa terjadi.
Assestment : Gizi baik
DD :
Organik : defek anatomi, gangguan
menelan
Nonorganik : nutrisi inadekuat
Ip. Mx :
Ip. Dx:
S: Kualitas dan kuantitas makanan Penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan secara rutin
O : -
dan teratur)
IP Tx :
Ip. Ex :
Kebutuhan kalori umur 8 tahun 10 bulan ,
BB : 30 kg Makan teratur
(22,5 x 30) + 499 = 1174 kkal Asupan makanan yang bergizi
Terdiri dari : Menjaga kebersihan diri dan
Karbohidrat: 60% x 1174= 704,4 kkal lingkungan
Lemak : 35% x 1174 = 410,9 kkal
Protein : 5% x 1174 = 58,7 kkal
TANGGAL S O A P
2A1/2N 18 tpm
25 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Muntah (-) KU : Tampak lemas Febris tyfoid
Desember
2017 Inj. Fortison 2x50 mg
Batuk Tanda vital :
berkurang Inj. Ondansetron 3x3
N : 85 x/mnt
mg
RR : 22
Inj. Sanmol 400 mg
x/mnt
S : 36,5 ˚C
Oral (Puyer 3x1)
Triamcinolone 1,5 mg
Lapifed ½ tab
Vestein 250 mg
Codein 2 mg
Cetirizine 2 mg
PEMBAHASAN
Definisi
Demam tifoid (Tifus abdominalis, Enteric fever, Eberth
disease) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi pada usus halus (terutama didaerah
illeosekal) dengan gejala utama demam selama 7 hari atau
lebih, gangguan saluran pencernaan, dan gangguan
kesadaran.
Epidemiologi
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di
Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang
dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan
wabah. Demam tifoid tercantum dalam undang-undang
wabah dan wajib dilaporkan. Umur penderita yang terkena
di Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara 3-19 tahun
mencapai 91% kasus.
Etiologi
Salmonella sering bersifat patogen bagi manusia maupun hewan ketika bakteri
tersebut masuk ke dalam tubuh secara oral. Bakteri ini ditularkan dari hewan atau
produk hewan ke manusia yang dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti
gastroenteritis, infeksi sistemik sampai dengan demam tifoid.
Bakteri berbentuk batang, non spora, gram negatif dengan ukuran bervariasi.
Kebanyakan spesies Salmonella dapat bergerak aktif dengan flagel peritrik. Bakteri
tumbuh pada suasana aerob dan anaerob fakultatif, dengan suhu 15-41 derajat celcius
(suhu optimum 37,5 derajat celcius) dan pH pertumbuhan 6-8.
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
Antigen O (Ohne Hauch; tidak menyebar) merupakan somatik antigen atau berasal
dari tubuh S.typhi, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida. Kenaikan titer O
menunjukkan adanya infeksi aktif.
Antigen H (Hauch; menyebar) yang berasal dari flagel atau rambut getar S.typhi
(flagelar antigen), terdiri dari protein. Titer H yang tinggi menunjukkan bahwa
penderita pernah terinfeksi atau divaksinasi sebelumnya.
Antigen Vi (envelope antigen) yang berasal dari simpai S.typhi, terdiri dari
polisakarida dan berfungsi melindungi O antigen terhadap fagositosis. Titer Vi yang
tinggi terdapat pada carrier.
Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar
dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.
patogenesis
Manifestasi klinis
Gejala demam tifoid pada anak-anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari, selama dalam masa
inkubasi dapat ditemukan gejala prodromal, yaitu: anoreksia, letargia, malaise,
nyeri kepala, batuk tidak berdahak, bradikardi.
Kemudian menyusul gejala-gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada minggu I, suhu tubuh cenderung meningkat
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore hari dan
malam hari. Dalam minggu II, penderita terus berada dalam keadaan demam.
Dalam minggu III suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu III.
Gangguan saluran cerna
Pada mulut didapatkan nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah- pecah
(rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor (coated tongue)., ujung dan
tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat dijumpai adanya kembung
(meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya terdapat juga konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja, akan
tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih muda.
Gangguan kesadaran
px.penunjang
Pemeriksaan yang menyokong diagnosis.
Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif,
neutropenia pada permulaan sakit. Mungkin juga terdapat anemia dan
trombositopenia ringan.
Pemeriksaan untuk membuat diagnosa
Deteksi S. Typhi
Kultur merupakan pemeriksaan baku emas namun sensitifitasnya rendah.
Hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Hasil negatif palsu dapat terjadi
bila jumlah spesimen sedikit, waktu pengambilan spesimen tidak tepat atau
telah mendapat pengobatan antibiotik.
Keterlibatan biakan strain Salmonella biasanya merupakan dasar untuk
diagnosis.
Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit.
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4
Biakan sumsum tulang merupakan metode yang paling sensitif
Kultur tinja biasanya positif pada minggu ke-3 sampai ke-5
Deteksi DNA S.typhi
Metode yang digunakan yaitu PCR dimana DNA S.typhi dilipat gandakan.
Metode PCR dapat mendeteksi DNA bakteri baik yang hidup maupun mati.
Hasil positif tidak selalu menunjukkan adanya infeksi aktif, sedangkan hasil
negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi karena terdapat beberapa zat
yang dapat menghambat reaksi
Tes Widal
Tes Widal merupakan pemeriksaan serologis yang pertama kali diperkenalkan
dan masih banyak digunakan. Uji widal klasik mengukur antibodi terhadap
antigen O dan H S typhi. Diagnosis demam tifoid ditegakkan bila kenaikan
titer S. Typhi titer O ≥1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase
konvalesens. Deteksi anti O dan anti H dalam serum tidak selalu menunjukkan
adanya infeksi S.typhi. S.typhi memiliki beberapa antigen O dan H yang sama
dengan Salmonella lain, sehingga peningkatan titer tidak spesifik untuk
S.typhi. Anti O dan H negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi. Hasil
negatif palsu dapat disebabkan antibodi belum terbentuk karena spesimen
diambil terlalu dini atau antibodi tidak terbentuk akibat defek pembentukan
antibodi.5
Penatalaksanaan
PerawatanTujuan dari perawatan adalah mencegah terjadinya
komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Diet Pasien pertama kali diberi diet bubur saring, kemudian bubur
kasar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien.
Medikamentosa
Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. kloramfenikol. 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi
penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).