You are on page 1of 14

PENYAKIT ASMA PADA ANAK

Grace abigaelni harefa


102016085
C6
SKENARIO

Seorang anak laki – laki berusia 6 tahun dibawa ibunya ke poliklinik Rumah sakit karena sering batuk sejak 3 bulan yang lalu.

■ Hasil anamnesis :
 Pasien tidak demam
 Batuk terutama pada malam hari
 Riwayat atopi pada keluarga (+)

Hasil PF :
 TTV : Nadi 85x/menit, Suhu 36’C, R 30x/menit.
 Pernafasan cuping hidung (-)
 Retraksi minimal (+)
 Mengi (wheezing) (+)
Pemeriksaan penunjang (PP)
1. Spirometri

Faal Paru Normal : Gangguan Faal Paru Obstruksi :


Gangguan Faal Paru Restriksi:
 VC dan FVC >80% dari  VC atau FVC <80% dari nilai  FEV1 <80% dari nilai prediksi
nilai prediksi prediksi  Rasio FEV1/FVC <70%
 Restriksi ringan jika VC atau  Obstruksi ringan jika rasio
 FEV1 >80% dari nilai FVC 60% - 80% FEV1/FVC 60% - 80%
prediksi  Restriksi sedang jika VC atau  Obstruksi sedang jika rasio
FVC 30% - 59% FEV1/FVC 30% - 59%
 Restriksi berat jika VC atau  Obstruksi berat jika rasio
 Rasio FEV1/FVC >70%
FVC <30% FEV1/FVC <30%.

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru.
Spirometri merekam secara grafis atau digital, volume ekspirasi paksa (forced expiratory volume in 1 second/FEV1) dan kapasitas
vital paksa (forced vital capacity/FVC).

•Gangguan fungsi obstruktif (hambatan aliran udara) : bilai nilai rasio FEV1/FVC <70%
•Gangguan fungsi restriktif (hambatan pengembangan paru) : bila nilai kapasitas vital (vital capacity/VC) <80% dibanding dengan
nilai standar.
2. Peak Expiratory Flow Rate

 merupakan salah satu parameter yang diukur pada spirometri yaitu kecepatan aliran udara
maksimal yang terjadi ada tiupan paksa maksimal yang dimulai dengan paru pada keadaan
inspirasi maksimal

• Peak Expiratory Flow Rate adalah suatu cara atau tanda


sederhana pada pasien dengan penyakit asma atau penyakit
obstruksi jalan nafas.
• Peak flow meter adalah alat yang digunakan untuk memonitor
PEFR pada anak-anak dan dewasa.
• Peak expiratory flow rate yang normal tergantung pada umur,
tinggi badan dan jenis kelamin.
• Peak expiratory flow rate yang normal memiliki peak flow rate
yang lebih tinggi di bandingan dengan peak expiratory flow rate
yang di miliki oleh penderita asma
3. Radiologi

■ Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun
Tabel petunjuk WHO untuk diagnosis tuberkulosis anak.
Differentsial diagnosis (DD)
Dicuigai Tuberkulosis Mungkin Tuberkulosis Pasti Tuberkulosis

1. -Tuberkulosis
Anak sakit dengan riwayat - Anak yang dicurigai - Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan
• Basil tahan asam
kontak penderita tuberkulosis tuberkulosis ditambah: langsung atau biakan
• Lokasi infeksi primer : paru
dengan diagnosis pasti (BTA +)
• Penularan melalui droplet - Uji tuberculin + (10mm/>) - Identifikasi Mycobacterium tuberculosis pada
• Pada semua usia
Anak dengan : karaktereristik biakan
- Keadaan klinis tidak membaik - Foto rontgen paru sugestif
Gejala klinis :
setelah menderita campak/ TB
batuk rejan
• -BB menurun tanpa sebab yang jelas
BB menurun, batuk & mengi yg - atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penangan gizi
Pemeriksaan biopsi
• Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat
tidak membaik dengan sugestif TB
• Demam lama dan berulang dapat disertai keringat malam
pengobatan AB untuk penyakit
• Pembesaran kelenjar limfe yang tidak
- sakit
pernapasan Respon yg baik pada
• Batuk lama lebih dari 30 hari, diare persisten dan mengi
pengobatan dengan OAT
2. Bronkhitis
 Bronkitis : inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan atau hambatan jalan nafas di
tandai peningkatan produksi sputum mukoid.
 virus rhinovirus
 Respiratory Syncitial Virus (RSV)
 virus influenza
Tanda dan gejala bronchitis :
 Coxsackie virus.
•Sesak nafas / dispnea
•Nafas berbunyi mengi
Bronkhitis terbagi menjadi 2 : •Batuk dan sputum
1. Bronkhitis akut •Nyeri dada
•Nafas cuping hidung
2. Bronkhitis kronis • Gejala bertambah malam hari
3. Asma Bronkial

• Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem
pernapasan yang menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak
napas, batuk, sesak di dada ketika dini hari atau malam hari.

• Menurut Canadian Lung Association : muncul akibat faktor pencetus

• Reaksi penyempitan saluran nafas dan hipersensitivitas

• Lebih banyak pada anak


Epidemiologi
Menurut para ahli prevalensi asma pada anak – anak dan dewasa akan terus meningkat dimana lebih banyak
terkena pada anak – anak.
Sekitar 100-150 juta penduduk dunia terserang asma dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya.
Di Indonesia sendiri prevalensi asma menurut Survei Kesehatan Rumah tangga 2004 sebesar 4% sedangakan
menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 sebesar 3,5 % pada semua usia, dengan pravelensi pada
anak 1 – 4 tahun sebesar 2,4 % dan pada usia 5 – 14 tahun sebesar 2,0 %.

Etiologi
Belum diketahui, faktor pencetus adalah alergen, infeksi ( terutama saluran nafas bagian atas), iritan, cuaca,
kegiatan jasmani, psikis.
Patofisiologi

Masuk ke Bereaksi
Allergen saluran dengan sel TH 2
nafas dendritic

Melepaskan
sitokin
inflamasi

IL- IL-
4 13
IL-5

Produksi IgE Stimulasi


Aktivasi produksi
eosinofil mukus
Manifestasi Klinis

■ Timbulnya batuk
■ mengi berulang
■ sesak napas
■ rasa dada tertekan dan batuk khususnya pada malam atau dini hari.
■ Gejala dan serangan asma biasanya timbul pada pasien terpajan dengan faktor
pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual
Tatalaksana
■ Secara umum, terdapat dua jenis obat dalam penatalaksanaan asma :

1. pengendali ( controller) kortikosteroid, kromolin, antileukotiren


2. pereda (reliever) yaitu teofilin, agonis β.

Dosis pakai :
1. Asma episodik jarang (asma ringan) : obat pereda beta antagonis atau teofilin >3x dosis/minggu (inhalasi atau
oral) bila perlu (serangan) <3X dosis/minggu.
2. Asma episodik sering (asma sedang) : Tambahka obat pengendali : kromoglikat/nedokromil hirupan 6-8
minggu, bila respon negatif maka :
3. Asma persisten (asma berat) : obat pengendali : ganti dengan steroid inhalasi dosis rendah, obat pereda beta
agonis teruskan 6-8 minggu

Edukasi
Kesimpulan

■ Berdasarkan skenario, hasil anamnesis, pf dan pp pasien anak umur 6


tahun tersebut didiagnosa asma bronkial yang sesuai dengan
manifestasi klinis dari pasien. Dilakukan edukasi dan mecegah faktor
allergen yang dapat memicu terjadinya kekambuhan asma. Umumnya
prognosis baik, akan hilang atau jarang dengan bertambahnya usia.

You might also like