You are on page 1of 99

PENGENDALIAN

VEKTOR MALARIA
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN PENGENDALIAN
PELAKSANAAN VEKTOR
PENGENDALIAN (1)
VEKTOR

 Berdasarkan data Epidemiologi,


Entomologi & Perilaku pddk
setempat

Keterpaduan antar program dan
lintas sektor
 Melibatkan peran aktif masyarakat
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN PENGENDALIAN
PELAKSANAAN VEKTOR
PENGENDALIAN (1)
VEKTOR

 Penggunaan insektisida harus


memenuhi syarat : Terdaftar di
KOMPES dengan memperhatikan
rekomendasi WHO.

 Mengacu pada pedoman/


informasi teknis insektisida yg
diterbitkan oleh DEPKES, termasuk
manajemen resistensi
TUJUAN
UMUM:
Menurunkan angka kesakitan & kematian
malaria melalui pencegahan dan pemutusan
rantai penularan penyakit.

KHUSUS:
- Meminimalkan potensial breeding place.
- Menurunkan kepadatan & umur vektor.
- Mengurangi kontak manusia dengan
vektor.
PENGENALAN WILAYAH (Geographical
Reconnaissance = GR)

Situasi wilayah desa

Mengumpulkan data-data yang


berkaitan dengan penduduk,
topografi serta keadaan
rumahnya, antara lain:
PENGENALAN WILAYAH (Geographical
Reconnaissance = GR)

Situasi wilayah desa

 Bangunan
 Keadaan jalan
 Sifat topografi (daerah datar, daerah
bergunung, sumber air seperti sungai,
danau, rawa-rawa, sumur serta
tempat perindukan vektor).
Pemetaan wilayah desa dengan
faktor resikonya
Peta kerja malaria:
 Menolong setiap petugas malaria untuk
mengenal daerah yang terjangkit
malaria, sehingga memudahkan dalam
melakukan PE, supervisi dan operasi
pemberantasan.
 Membatasi daerah malaria (peta
epidemiologi)
 Melakukan tindakan anti larva misalnya
oiling, pengeringan, irigasi, penyebaran
ikan pemakan jentik, dll.
Membuat Peta

 Dalam pembuatan peta terlebih dahulu


menentukan Skala
 Skala adalah perbandingan jarak antara
2 titik di peta dengan jarak yang
sebenarnya. Misalnya akan dibuat peta
wilayah kampung A yang ukuran jarak
utara - selatan 1,5 km dan jarak timur
ke barat 1 km dengan menggunakan
kertas gambar 30 x 40 cm. Skalanya
ditentukan dengan cara sebagai berikut :

Membuat Peta

 Skala maksimum menurut panjang wilayah


kampung A dan panjang kertas gambar:
Panjang wilayah/panjang kertas = 150.000 cm/40 cm =
3.750/1

 Skala maksimum menurut lebar wilayah


kampung A dan panjang kertas gambar:
Panjang wilayah/ Panjang kertas = 100.000 cm/30 cm =
3.333 / 1
Skala pada Peta


Maka skala peta harus lebih kecil dari 1 :
3.750, misalnya 1 : 4.000 atau 1 : 5.000
atau 1 : 6.000 dst.

 Skala yang terbaik adalah 1 : 5.000, sehingga


ukuran gambar wilayah kampung A di peta
nanti adalah :

 Utara – Selatan = 150.000 cm/5.000 cm = 30 cm

 Timur – Barat = 100.000 cm/5.000 cm = 20 cm


Pelaksanaan pemetaan
 Titik Awal
Titik awal adalah titik di tanah dimana pembidikan dengan
kompas lensatik dimulai. Titik awal bisa berupa : Ujung
jalan desa, persimpangan jalan, jembatan dan sebagainya.

 Sudut jurusan (Azimuth)


Azimuth adalah sudut yang diukur dari arah Utara jarum
magnit kompas ke arah garis observasi, sesuai dengan
arah putaran jarum jam.

 Garis Observasi
Garis observasi adalah garis imajiner dari titik tempat
pembidikan dengan kompas ke titik berikutnya di lapangan.
Cara pemetaan
 Observasi Wilayah
Dilakukan dengan cara jalan kaki atau naik
sepeda motor melewati jalan poros untuk
membuat sket wilayah desa/kampung secara
kasar. Dengan orientasi wilayah juga dapat
ditentukan titik awal pembidikan, panjang dan
lebar maksimum wilayah untuk menentukan
skala peta.
 Membidik dengan Kompas Lensatik
Minimal dilakukan oleh 2 orang, satu orang
sebagai pembidik dan yang lainnya sebagai objek
yang dibidik dari jarak tertentu.
Cara melihat besarnya sudut jurusan pada
kompas
 Tegakkan bagian tutup kompas yang ada garis rambutnya
sehingga tegak lurus dengan jarum magnit kompas.
 Putar kaca penutup jarum magnit kompas sehingga
kedudukan tanda garis pada kaca penutup tersebut satu
garis lurus dengan garis rambut dan celah pengintip.
 Lempeng celah pengintip ditegakkan sehingga obyek dapat
dibidik dari celah pengintip dan angka-angka dalam
kompas jelas terbaca.
 Setelah letak obyek yang dibidik berada dalam satu garis
lurus dengan garis rambut dan celah pengintip, maka
segera diintip (melalui lensa pembesar kompas) besarnya
angka yang berada tepat di bawah tanda garis pada kaca
penutup jarum kompas.
 Angka tersebut menunjukkan besarnya sudut jurusan
antara tempat pembidikan dengan titik berikutnya (tempat
obyek yang dibidik) dan hasilnya dicatat dalam formulir.
Mengukur Jarak
 Menggunakan alat ukur roll meter (50 m)
atau roda ukur.
 Melangkah dengan panjang langkah yang
stabil.
 Misalnya jarak 100 langkah 70 m, maka
rata-rata jarak 1 langkah adalah 70 cm.
Sebaiknya yang melangkah dari titik awal
sampai titik yang paling akhir adalah
orang yang sama.
 Jarak antara 2 titik dicatat dalam formulir.
Membuat Sket Dasar

 Untuk memudahkan membuat peta, maka obyek


penting (rumah, kandang, bangunan umum) di
kanan dan kiri jalan diantara 2 titik yang dibidik
sebaiknya digambar secara kasar pada kertas
konsep.
 Jarak antara 2 titik pada jalan tersebut tergantung
pada banyaknya obyek penting di kanan dan kiri
jalan.
 Bila obyek harus dicatat jumlahnya, sebaiknya
jarak antara 2 titik jangan terlalu jauh.
 Nomor rumah dan bangunan yang ditentukan
dalam pemetaan ini sebaiknya juga dicatat dalam
konsep tersebut.
Menggambar di Peta

 Tentukan titik awal di kertas milimeter.


 Cara menentukan titik awal: dengan melihat sudut jurusan dari
titik-titik pada catatan pada formulir yang sudah dicatat. Bila
sudut jurusan titik-titik tersebut antara 0 -180 derajat, berarti
arah titik-titiknya ke kanan, maka titik awal dimulai dari sebelah
kiri kertas milimeter. Bila sudut jurusan antara 180 - 360 derajat
berarti akan mengarah ke sebelah kiri, sehingga titik awal dimulai
dari sebelah kanan kertas milimeter.
 Titik pusat busur derajat diletakkan berhimpitan dengan titik awal
0 derajat, busur harus diarahkan tepat ke utara dan 180 derajat
busur mengarah ke selatan.
 Tarik garis melalui titik awal ke arah titik berikutnya sesuai
dengan sudut jurusannya.
 Tentukan titik berikutnya dengan mengukur jarak antara ke dua
titik tersebut, yaitu jarak sesungguhnya dibagi dengan skalanya.
 Dengan cara yang sama, titik-titik berikutnya dapat dipetakan dari
titik sebelumnya.
Cara menghitung jarak untuk digambarkan
pada peta
Contoh :
 Sudut jurusan dari titik A ke B = 45 derajat

 Jumlah langkah dari A ke B = 150 langkah


 Panjang rata-rata 1 langkah = 70 cm
 Skala peta = 1 : 5.000
 Panjang garis A - B di peta = (150 x 70 cm) :

5.000 = 2,1 cm
 Cara meletakkan titik B (Gambar 1).
Menghitung Luas
 Luas Segitiga = Alas x ½ Tinggi

U
U B
C

A1 F1 B1
F2 D

G D1

E
Cara menghitung luas tempat
perindukan
 Luas TP = jumlah luas 5 segitiga
 Dari 5 segitiga diatas ABG, BCG,
CFG, CEF, CDE dengan masing-
masing tingginya AA1, BB1, FF1,
FF2 dan DD1
 Panjang garis masing-masing
segitiga dapat diukur dengan
ukuran yang tersedia
Cara menghitung luas tempat
perindukan
 Setelah itu perhitungan dari 5
segitiga, dikalikan dengan skala yang
digunakan
 Misalnya luas segitiga ABG: alas 4 cm,
tinggi 2 cm, maka luasnya: 4 cm²
 Bila skala 1 : 2.000, maka luas
segitiga yang sebenarnya : 4 x 2.000
= 8.000 cm² = 0,8 m²
Sket peta Desa
survey
Menggambarkan :
 Jalan, sungai, tpp,

pesawahan, hutan
(yg ada
hubungannya dg.
Ekologi vektor)
 Tata letak rumah

dg. Tanda terdapat


penderita p;ositif.
Jenis Kegiatan

 Penyemprotan rumah (IRS)


 Penggunaan kelambu
 Larviciding
 Penebaran ikan pemakan
jentik
Jenis Kegiatan
Modifikasi ling (permanen)
• Penimbunan dan atau Pengeringan

Manipulasi ling (sementara)


• Pembersihan tempat perindukan
vektor
• Pembuatan saluran penghubung
• Pengeringan sawah berkala.
IRS
menyemprotkan insektisida dg
dosis tertentu secara merata
pada permukaan rumah/
bangunan dengan
menggunakan alat semprot
standar pemb. Malaria.
Lokasi:
- Daerah/desa endemis malaria

tinggi
- Daerah potensial KLB

= Pernah terjadi KLB 2 tahun


terakhir
= Daerah penebangan bakau
= pembukaan lahan baru
= kelompok transmigran baru di
daerah endemis
= Daerah bencana
Lokasi:
Penanggulangan KLB:

- Daerah yang terjadi


peningkatan kasus

- Adanya kematian karena


malaria
Penyemprotan efektif bila :


Penularan terjadi di dalam

rumah (indoor biting)

 Vektor resting di dinding


Kualitas penyemprotan

1) Konsentrasi suspensi

2) Nozzle (8002 HSS)

3) Tekanan dalam tangki (40 PSI)

4) Jarak nozzle dan permukaan

5) Kecepatan (9 kolom dlm 1 menit)


Penyemprotan
 Untuk menghabiskan isi tangki spray can
sebanyak 8,5 liter, dilakukan sbb :
a. Pompa sebanyak 55 kali.
Semprotkan selama 3 menit, cairan
yang telah keluar sebanyak 2,3 liter.
c. Pompa lagi sebanyak 25 kali.
Penyemprotan

d. Semprotkan lagi selama 3 menit, cairan


yang telah keluar sebanyak 4,5 liter.
e. Pompa sebanyak 25 kali.
f. Semprotkan terus sampai cairan dalam
tangki habis.
Panjang
Panjang =
= 6,35
6,35 meter
meter
Tinggi
Tinggi =
= 33 meter
meter

1 2 3 4 5 6 7 8 9

70 cm 70 cm 70 cm 70 cm 70 cm 70 cm 70 cm 70 cm 75 cm
PELATIHAN IRS
LEBAR SEMPROTAN
75 cm
80
Sudut Penyemprotan
 Nozzle Tip yang dipakai berkode 8002 E HSS
(Hardened Stainless Steel/tahan karat) yang
berarti :
 a. Mempunyai sudut pancaran 80 derajat
pada tekanan 2,8 kg/cm2 (40 Pound
per Square Inch = PSI).
 b. Memancarkan 0,2 galon (757 cc)
suspensi setiap menitnya.

JENIS INSEKTISIDA

- Bendiocarb
- L Cyhalotrin
- Etofenprox
- Bifentrin
- Alfa Cypemetrin
SYARAT PENYEMPROTAN

• CAKUPAN BANGUNAN DISEMPROT

• CAKUPAN PERMUKAAN DISEMPROT

• PEMENUHAN DOSIS

• KETERATURAN
Syarat IRS

Regularity
waktu:
- 2 bln sblm puncak kasus
- 1 bln sblm puncak vektor
Syarat IRS
Sufficiency/kecukupan

- Bendiocarb dosis 0,2 g/m2


(0,18-0,22).

- Hit:
44.000 g
--------------- x 80% = 0,26 g/m2
530 x 250
KEBUTUHAN INSEKTISIDA

Jumlah rumah x rata2 luas rumah x


dosis x insektisida bentuk murni
(100%)/insektisida yang dipakai (…)
ICON 100 CS
(Lamda Cyhalotrin 100 g/l)
- Insektisida racun kontak
- Berbentuk mikro kapsul pekat yg dpt di
suspensikan
- Warna: putih kecoklatan
- Formulasi CS (Capsule Suspension)
- Dosis: 2,5 ml per 10 m2
JUMLAH TENAGA PENYEMPROT

Jumlah rumah
Output x HKS

1 (satu) kepala regu membawahi 5


orang tenaga penyemprot
HARI KERJA SEMPROT (HKS)

Jumlah rumah (target)


Output x Jumlah Penyemprot
KELAMBU
KELAMBU

Insecticide Treated Net (ITN)


Melindungi penduduk dari
gigitan dan membunuh nyamuk
yang hinggap pada kelambu
untuk mencegah terjadinya
penularan.
Ukuran
Net Mesh (lubang kelambu)
Mesh: 4 x 4 mm
KELAMBU
Insecticide Treated Net (ITN)

 Adalah kelambu yang dicelupkan


dengan larutan insektisida tertentu

 Cakupan: semua penduduk dalam


satu dusun/desa
KELAMBU LLINS
LLINs = Long Lasting Insecticidal Nets

Kelambu yang serat benangnya


telah dicampur insektisida tertentu di
pabriknya
Kelambu
untuk Pencegahan Malaria

berfungsi mencegah nyamuk menggigit


Kelambu konvensional tidak menjamin bebas dari
gigitan nyamuk karena anggota tubuh yang menempel
pada kelambu masih bisa digigit nyamuk


Kelambu bisa diaplikasi bahan aktif/ insektisida dengan
cara dicelup atau disemprot namun efeknya tidak
bertahan lama
Kelambu LLINs
Teknologi terbaru pembuatan LLIN
dengan aplikasi insektisida dari
pabriknya

Efektifnya bertahan lama (minimum


20 kali cuci atau > 3 tahun)
Cara Kerja Kelambu Malaria LLIN


Bahan aktif/ insektisida yang terdapat
pada kelambu bersifat racun terhadap
saraf nyamuk

Bila nyamuk berkontak dengan kelambu
racun akan masuk melalui kaki-kaki
nyamuk dan mengakibatkan nyamuk
lumpuh (knock down)

Kelambu juga bersifat repellant (mengusir
nyamuk) sehingga nyamuk tidak nyaman
berada dekat kelambu
Kelambu LLIN sebagai Perlindungan
terhadap Malaria


Kelambu malaria LLIN hanya digunakan di
daerah endemis malaria


Kelambu malaria LLIN bisa dipakai didalam dan
diluar ruangan


Kelambu dilengkapi kantong penyimpan
sehingga mudah dilipat dan disimpan dalam
ransel
Apa itu KELAMBU BERINSEKTISIDA?

• Kelambu yang sudah dilapisi

dengan racun serangga

• Kelambu ini dapat membunuh

nyamuk, tapi tidak berbahaya

bagi kesehatan manusia


LLINs

Insektisida pada kelambu


dpt bertahan lama sampai
5 tahun: masih efektif
membunuh nyamuk, meski
dicuci sampai 20 kali.
KELAMBU

Lokasi
- Daerah atau desa endemis tinggi

malaria
- Desa terpencil (remote)

- Desa/dusun terjadi KLB


KELAMBU LLINs

Sasaran:
- Ibu hamil

- Bayi dan anak balita

- Keluarga miskin.

Satu kelambu untuk 2 orang dewasa.


MANFAAT KELAMBU
BERINSEKTISIDA

Efektif memberikan
perlindungan pada masyarakat
dari gigitan nyamuk malaria
KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN
KELAMBU BERINSEKTISIDA

 Nyamuk akan menjauh, karena


mempunyai efek repelen
(mengusir nyamuk)

 Nyamuk akan mati bila hinggap


pada kelambu
CARA MENGGUNAKAN KELAMBU
BERINSEKTISIDA (1)

 Bukalah kantong plastik


pembungkus dengan cara
menggunting/menyobek ujungnya

 Keluarkan kelambu dari dalam


kantong plastik
CARA MENGGUNAKAN
KELAMBU BERINSEKTISIDA (2)

 Sebelum menggunakan
kelambu pertama kali, diangin-
anginkan selama 24 jam (1
hari) dan pastikan kelambu
tidak terkena sinar matahari
langsung.
CARA MENGGUNAKAN
KELAMBU BERINSEKTISIDA (3)

 Pasanglah kelambu di atas tempat


tidur dengan cara mengikatkan
ke-4 ujungnya pada dinding atau
tiang
 Pastikan kelambu bagian bawah
diselipkan di bawah kasur atau
alas tidur
CARA MENGGUNAKAN
KELAMBU BERINSEKTISIDA (4)

 Jika siang hari, naikkan kelambu


tsb supaya tidak dimainkan atau
robek saat sedang tidak
digunakan
 Gunakan kelambu anti nyamuk
setiap hari
CARA MENGGUNAKAN
KELAMBU BERINSEKTISIDA (5)

 Sebelum tidur periksalah


apakah kelambu sudah
terpasang dengan benar
CARA PERAWATAN
KELAMBU BERINSEKTISIDA

 Jahit atau tambal kelambu


yang sobek agar nyamuk tidak
masuk
 Cuci setiap 4 bulan
CARA MENCUCI KELAMBU
BERINSEKTISIDA (1)

 Gunakan air dingin dengan sabun


atau bubuk diterjen. Jangan
menggunakan sabun colek, obat
pemutih dan air panas
 Cuci kelambu dengan
mencelupkannya. Jangan direndam,
disikat maupun dikucek
CARA MENCUCI
KELAMBU BERINSEKTISIDA (2)

 Keringkan kelambu dengan


menggantungnya di tempat
teduh, di bawah pohon atau di
dalam rumah
CARA MENCUCI
KELAMBU BERINSEKTISIDA (3)

 Jangan menjemur kelambu di


bawah sinar matahari langsung

 Jangan mencuci kelambu di


sungai atau kali, karena dapat
mencemari air
WHO

Menyakan bahwa:
Kelambu berinsektisida aman
untuk digunakan
Full Recommendation
by WHO Pesticide Evaluation Scheme (WHOPES)
on Long-Lasting Insecticidal Nets (LLINs)

Updated May 2013



Olyset® : Permethrin incorporated into polyethylene


PermaNet® 2,0 : Deltamethrin coated on polyester


Interceptor® : Alpha-cypermethrin coated on polyester


Yorkool® LN : Deltamethrin coated on polyester
PENGENDALIAN

HAYATI
PENEBARAN IKAN PEMAKAN LARVA

•Sasaran: daerah endemis dan reseptif


•Lokasi penebaran:

(mata air, anak sungai, persawahan, rawa-


rawa, dll)
Ikan pemakan larva
Jenis Ikan pemakan larva

Aplocheilus panchax (ikan kepala timah)

 Ikan ini mudah dikenali yaitu dengan adanya


bintik-bintik putih (seperti warna timah) di
kepalanya.

 Dapat dengan mudah berkembang biak di


sawah, kolam, rawa-rawa dan lain-lain.
Poecelia reticula (Guppy/ Wader Ceto)

 Cara berkembangbiaknya bertelur


beranak (ovoviviporous).

 Seekor ikan betina sekali melahirkan


sekitar 44-180 ekor

 Dijumpai di air tergenang, air tawar


jernih maupun keruh dan air dengan
suhu dingin maupun hangat.
Gambusia affinis (Mosquito Fish)

 Ikan ini hidup di berbagai tipe habitat


perkembangbiakan

 Berkembangbiak dengan cara bertelur, beranak,


dengan ukuran panjang ikan betina dewasa 2,6-
6,35 cm, dan jantan dewasa 3,2 cm.
Gambusia affinis (Mosquito Fish)

 Ikan ini mirip dengan water ceto/guppy

 Ciri khas: terdapat titik-ttik hitam pada sirip


punggung dan sirip ekornya. Tanda-tanda ini tidak
ada pada wader ceto. Ciri lainnya adalah duri sirip
pertama pada sirip punggung yang terletak lebih
belakang daripada sirip perut. Sedangkan pada
wader ceto duri tersebut umumnya terletak sejajar.
Jumlah ikan ditebarkan

Jumlah rata-rata ikan ditebarkan


di mata air, anak sungai, dam dan
rawa-rawa di pedalaman dan pantai
cukup 2-5 ekor/100 m2 atau 200-
500 ekor/ha.
Jenis ikan dan
habitat perkembangbiakan

 Di sawah berteras sering cocok ditebari ikan


kepala timah, dan ikan mujair atau ikan nila
merah sebagai kegiatan mina padi

 Habitat perkembangbiakan yang ditumbuhi


lumut atau gulma air sebaiknya ditebari ikan
grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau
ikan bandeng dan dikombinasi dengan ikan
nila merah
PENYEBARAN JENIS IKAN

Jenis ikan yang ditebarkan adalah:


 Untuk seluruh Indonesia dapat
ditebarkan ikan kepala timah dan guppi
(wader ceto).
 Untuk Papua ditebarkan Gambusia affinis
karena secara alamiah ikan ini sudah ada
disana.

CATTLE BARRIER

• Menggunakan hewan (sapi, kerbau,


kambing dll) sbg umpan, shg nyamuk
tidak menggigit orang
Cattle Barrier
LARVICIDING
LARVICIDING
 Larviciding adalah aplikasi larvisida pada
tempat perindukan potensial:
- Kimia ( Methoprene, Pyriproksifen)
- Biologis Bacillus thuringiensis H-14
(Bti H-14).

 Bahan-bahan ini dibuat dalam berbagai


formulasi: cair, butiran (granula), briket,
dll
LARVICIDING
Methoprene dan Pyriproksifen adalah
suatu zat penghambat pembentukan
chitin.

Apabila larva nyamuk terkena dosis yang


cukup, maka larva akan mati pada waktu
menjadi pupa atau dapat menetas
menjadi nyamuk tidak normal yang tidak
dapat terbang.
Bti H-14
 Bti H-14 = sejenis bakteri yang
sporanya bersifat racun
terhadap larva
 Larva nyamuk akan mati apabila
memakan toksin ini
 Racun perut
 Karena itu tidak berpengaruh
terhadap larva instar IV akhir
dan pupa yang istirahat makan
Methoprene (Altosid) dan Pyriproksifen
(Sumilarv)
Bersifat IGR (Insect Growth
Regulator) yaitu tidak
menyebabkan kematian larva
secara langsung,tapi mencegah
berlangsungnya siklus hidup secara
normal di air. Atau sebagai
penghambat perkembangan hidup
nyamuk (developmental inhibitors).
ALTOSID (BRIKET)
S-metopren IGR

Cara aplikasi: menempatkan


pada tempat perindukan
relatif sulit dan terpencil
dan dibungkus dengan
jaring yang diikat pada
pasak (tiang) kemudian
masukkan ke dalam air ±
15-20 cm.
Altosid ini sangat cocok untuk
mengendalikan populasi nyamuk di
areal perkembangbiakan yang terpencil.

Briket ini akan terurai secara perlahan


di air sampai kurang lebih 3 bulan dan
mengendalikan hampir semua populasi
nyamuk termasuk Anopheles, Aedes,
Culex, Mansonia.

Dosis aplikasi:
1 briket untuk 10 m² luas permukaan air
(kedalaman air < 100)
1 briket untuk 1 m³ luas volume air
(kedalaman air > 100)
Sumilarv 0,5 G (Pyriproxifen)

Bahan aktif Pyriproxyfen 0,5%. IGR


seperti Altosid. Larvisida ini
berbentuk butiran berwarna kuning
coklat yang dapat larut dalam air

Lokasi aplikasinya:
Genangan air pada sungai yang
mengering. Tambak terbengkalai,
rawa, lagun atau kubangan yang
tidak terlalu luas.
Dosis Aplikasi: Sumilarv 0,5 G
(Pyriproxifen)

2 gram per 10 m2 luas permukaan.


(1 sendok teh 4 gram dan 1 sendok
makan 14 gram)
LARVICIDING
TINDAKAN ANTI LARVA
(LARVISIDA)

 Bacillus thuringiensis var israelensis


(Bti) atau Racun Perut
Bti bekerja sebagai racun perut, setelah larva
menelan kristal endotoksin, maka kristal
tersebut akan mengikatkan diri pada reseptor
yaitu dinding usus larva nyamuk. Kristal
endotoksin akan larut pada cairan usus yang
bersifat alkali (basa), sehingga mengakibatkan
sel epitel usus rusak dan larva berhenti makan,
lalu mati.
Bacillus thuringiensis var israelensis (Bti)

Cara aplikasi: Penyemprotan

 Lokasi aplikasi
Lagun permanen atau yang terbentuk
dari muara sungai yang tertutup pasir
 Dilakukan setiap 2 minggu
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

MODIFIKASI LINGKUNGAN:
Mengubah ling yang bersifat
permanen. Misalnya: penimbunan,
pengeringan, perataan permukaan
tanah dan pembuatan bangunan
(dam, pintu air dan tanggul).
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

MANIPULASI LINGKUNGAN:
Mengubah lingkungan bersifat sementara.
Misalnya : pembersihan tanaman air yang
mengapung (ganggang dan lumut) di lagun,
akan mengubah lagun tersebut menjadi tidak
baik untuk perkembangan nyamuk Anopheles
sundaicus.

You might also like