Professional Documents
Culture Documents
By : Kelompok 4
A. CAMPAK
1. Definisi Campak
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular
yang disebabkan oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili,
atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui droplet ataupun
kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13
hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek,
dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak
kemerahan pada kulit (rash).
2. Epidimologi
Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara
terutama di negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia
mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3
kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di negara maju.
Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari
10 penyakit utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun)
berdasarkan laporn SKRT tahun 1985/1986. KLB masih terus
dilaporkan.
3. Etiologi
Campak disebabkan oleh paramyxovirus, virus
dengan rantai tunggal RNA yang memiliki satu tipe
antigen. Manusia merupakan satu-satunya pejamu alami
bagi penyakit ini.
4. Pencegahan
A. PENCEGAHAN PENULARAN
B. PENCEGAHAN PENYAKIT
Health Promotion terhadap host.
Bila terjadi kontak dengan penderita
Pencegahan virus campak menular campak dibawah 3 hari Langsung
melalui percikan air ludah memberikan imunisasi campak dapat
penderita campak memberikan kekebalan apabila
belum timbul gejala penyakit.
Mengisolasi klien setelah muncul
rash pada 4 hari kontak agar Bila terjadi kontak dengan penderita
campak setelah 3-6 hari Memberikan
mencegah penularan. imuno globulin 0,25ml/kgBB.Pada
individu immuno compromized yang
diberikan adalah imuno globulin
0,5ml/kgBB dengan dosis maksimal
15 ml atau IGIV 400mg/kgBB.
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Campak
1. Pengkajian
Identitas penderita
Keluhan utama
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat imunisasi
Riwayat nutrisi
Riwayat tumbuh kembang anak
2. Pemeriksaan fisik (Had to Toe)
Status kesehatan umum
Kepala dan leher
Mulut
Toraks
Abdomen
Kulit
3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak
kurang baik.
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Monitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi.
Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh sperti lakukan
kompres, berikan pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan.
Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu
dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.
Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan anak tentang hypertermia
Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan antipiretik dan antibiotic
sesuai dengan ketentuan.
Diagnosa II : Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan
secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.
Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan
kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
Catat kemampuan untuk batuk efektif.
Berikan posisi semi fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan
napas dalam.
Bersihkan secret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai keperluan.
Pertahankan masukan cairan
Berikan lingkungan yang aman
Diagnosa III : Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet, warna dan suhu, kelembaban
dan kekeringan yang berlebih, area kemerahan dan rusak.
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit.
Balikkan atau ubah posisi dengan sering.
Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit,
jika diperlukan.
Konsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori
dan vitamin.
Diagnosa IV : Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Pantau berat badan, suhu, kelembaban pada rongga oral, volume
konsentrasi urin.
Ukur berat jenis urine.
Observasi kulit/membrane mukosa untuk kekeringan, turgor.
Hilangkan tanda bau dari lingkungan.
Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering dan
pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.
Berikan bentuk-bentuk cairan yang menarik (sari buah, sirup tanpa es,
susu).
Diagnosa V : Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainya (atas resep
dokter).
Tidurkan anak ditempat yang agak jauh dari lampu (jangan tepat dibwah
lampu).
Diagnosa VI : Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan
umum anak kurang baik.
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak perawatan dilakukan. Intruksikan
klien / orang terdekat untik memcuci tangan sesuai indikasi.
Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik.
Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan
kesehatan pribadi.
Pantau tanda-tanda vital.
Kaji frekuensi /kedalaman pernapasan, perhatikan batuk spasmodic kering
pada inspirasi dalam, perubahan karakteristik sputum dan adanya mengi
atau ronchi. Lakukan isolasi pernapasan bila etiologi batuk produktif tidak
diketahui.
Ubah sikap baring beberapa kali sehari dan berikan bantal utnuk
meninggikan kepala.
Dudukkan anak pada waktu minum.
Berikan obat yang tepat.
Bawa berobat kembali jika anak terlihat selalu tidur, tidak mau makan
minum, semakin lemah, suhu tetap tinggi, kesadaran menurun.
B. TETANUS
1. Pengertian Tetanus
Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang
susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang
dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus
masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi
telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat.
2. Karekteristik Clostridium Tetani
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram
Positif Anaerob, clostidium Tetani, dengan mula mula 1 hingga 2 minggu
setelah inokulasi bentuk spora ke dalam tubuh yang mengalami cedera atau
luka (masa inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang
manisfestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin
(tetanus, gas, ganggren, difteri, botulisme).
3. Etiologi
Kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium Tetani; berbentuk
batang yang langsing dengan ukuran panjang 2–5 um dan lebar 0,3–0,5 um,
termasuk gram positif dan bersifat anaerob. Clostridium Tetani dapat
dibedakan dari tipe lain berdasarkan flagella antigen.
Kuman tetanus tidak invasif. tetapi kuman ini memproduksi 2 macam
eksotoksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmin disebut juga
neurotoksin karena toksin ini melalui beberapa jalan dapat mencapai susunan
saraf pusat dan menimbulkan gejala berupa kekakuan (rigiditas), spasme otot
dan kejang–kejang. Tetanolisin menyebabkan lisis dari sel–sel darah merah.
4. Epidemiologi
Di negara yang telah maju seperti Amerika Serikat, tetanus sudah
sangat jarang dijumpai, karena imunisasi aktif telah dilaksanakan dengan baik di
samping sanitasi lingkungan yang bersih, akan tetapi di negara sedang
berkembang termasuk Indonesia penyakit ini masih banyak dijumpai, hal ini
disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang, mudah terjadi
kontaminasi, perawatan luka kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus.
5. Patogenesis
Chlostridium Tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka
yang terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang, pupuk. Cara masuknya
spora ini melalui luka yang terkontaminasi antara lain luka tusuk (oleh besi:
kaleng), luka bakar, luka lecet, otitis media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis,
abortus, tali pusat, kadang–kadang luka tersebut hampir tak terlihat.
6. Manisfestasi Klinik
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat
singkat hanya 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek
masa inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak
tempat invasi Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan interval
antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka
inkubasi makin panjang.
Secara klinis tetanus ada 3 macam :
Tetanus umum
Tetanus local
Tetanus cephalic
7. Komplikasi
Pada Saluran Pernapasan
Pada Kardiovaskuler
Pada tulang dan otot
Komplikasi yang lain :
Laserasi lidah akibat kejang.
Dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja.
Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar
luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
1. Pengkajian
Identitas pasien
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang pernah diderita dan Penyakit apa saja yang
pernah diderita.
Riwayat imunisasi
Riwayat gizi
Kondisi lingkungan
Pola kebiasaan
2. Pemeriksaan Fisik (Had to Toe)
Pemeriksaan Fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik
anak adalah sebagai berikut :
Grade l: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
Grade Il: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade lIl: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
Hb dan PCV meningkat (2 20%).
Trambositopenia (> 100.000 / ml).
Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis).
lg. D. dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
Urium dan pH darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolik: pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
SGOT/SGPT mungkin meningkat.
3. Masalah/Diagnosis
Diagnosa medis: dugaan (suspect) DHF.
Masalah yang dapat ditemukan pada pasien DHF antara lain:
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia).
Nyeri
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, sehingga kurang dan
kebutuhan.
Potensial terjadi perdarahan intra abdominal.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan perawatan
pasien DHF.
Gangguan aktivitas sehari-hari
Potensial untuk terjadinya reaksi transfusi.
4. Perencanaan
Apabila terdapat tanda-tanda DHF, segera rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan
segera. Sementara untuk mengatasi permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah :
1) Peningkatan suhu tubuh
Kajilah saat timbulnya demam.
Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, dan pernapasan setiap 3 jam atau lebih sering
lagi.
Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
Berikan penjelasan kepada pasien / keluarga tentang hal hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam dan menganjurkan kepada pasien/ keluarga untuk bersikap kooperatif.
Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
Anjurkan pasien untuk banyak minum, paling tidak +- 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi pasien.
Berikan kompres dingin pada daerah axilla dan lipatan paha.
Anjurkan agar pasien tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
Catatlah asupan dan keluaran cairan.
Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter
2) Gangguan rasa nyaman nyeri :
Kajilah tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan skala nyeri
(0-10). Biarkan pasien memutuskan tingkat nyeri yang dialami, tipe nyeri
yang dialami, dan respons pasien terhadap nyeri.
Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
Berikan suasana yang gembira pada pasien, alihkan perhatian pasien dari
rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar
musik, dan menonton TV.
Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-
temannya atau orang terdekat.
Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) :
Kajilah keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh
pasien.
Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta
dihidangkan selagi masih hangat.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Jelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi pasien terutama saat sakit.
Catatlah jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
4) Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan
trombositopenia :
Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis.
Monitor jumlah trombosit setiap hari.
Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
5) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :
Monitor keadaan umum pasien.
Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.
Perhatikan keluhan pasien, seperti mata berkunang-kunang, pusing,
lemah, ekstremitas dingin, dan sesak napas.
Apabila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan pasien
terlentang tanpa bantal.
Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan
(kolaborasi dengan dokter).
6) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, diet, dan
perawatan :
Berikan kesempatan pada pasien/ keluarga untuk menanyakan hal-hal
yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakitnya.
Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi
pasien dan keluarga.
Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pada
pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
7) Gangguan aktivitas sehari-hari :
Bantulah pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari
seperti; mandi, makan, dan eliminasi sesuai dengan tingkat
keterbatasan pasien.
Berikan penjelasan mengenai hal-hal yang dapat membantu dan
meningkatkan kekuatan fisik pasien.
Siapkan bel di dekat pasien.
8) Potensial untuk terjadinya reaksi transfuse :
Pesan darah / komponen darah sesuai dengan instruksi medis.
Cek ulang formulir permintaan darah sebelum dikirim.
Sebelum pemberian transfusi yakinkan bahwa pada daerah tusukan infus tidak tampak
tanda-tanda plebitis dan aliran infus lancar.
Gunakan blood set untuk pemberian transfusi.
Berikan cairan normal saline (NaCl) sebelum pemberian transfusi.
Jangan tunda pemberian transfusi lebih dari 30 menit setelah darah diterima dari bank
darah.
Cek ulang/yakinkan bahwa darah yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien
(perhatikan jenis darah, golongan darah, jumlah darah dan masa kadaluwarsa).
Perhatikan dan cocokan kode yang tertulis pada kantung darah dengan label darah
yang ada.
Minta perawat lain untuk bersama-sama mengecek ulang, jangan mengecek seorang
diri.
Jelaskan tentang tanda-tanda atau reaksi yang mungkin terjadi selama pemberian
transfusi.
Anjurkan pasien/ keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda atau reaksi
transfusi.