You are on page 1of 15

KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN

AGREGAT

Kelompok 2 :
1. Yoga Dwi Adyatama
2. Ibnu Jabar Asujai

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
A. Agregat Pipih

Agregat pipih yaitu agregat yang memiliki dimensi lebih kecil


dari 0,6 kali rata-rata dari lubang saringan yang membatasi
ukuran fraksi partikel tersebut. Suatu partikel agregat dapat
dikatakan pipih apabila agregat tersebut memiliki dimensi
(ukuran) lebih kecil dari dua dimensi lainnya.

B. Agregat Lonjong

Suatu partikel agregat dapat dikatakan lonjong apabila


agregat tersebut memiliki dimensi (ukuran) lebih besar dari dua
dimensi lainnya. Agregat lonjong yaitu agregat yang memiliki
dimensi lebih besar dari 1.8 kali rata-rata ukuran lubang
saringan yang membatasi ukuran fraksi partikel tersebut.

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
 Tollist (1985) mendefinisikan bahwa agregat berbentuk pipih jika agregat

tersebut lebih tipis minimal 60% dari diameter rata-rata.

 Menurut Cece mengutip Galloway; 1994, Agregat pipih mempunyai antara

panjang lebar ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat digambarkan sama

dengan uang logam.

Berdasarkan SNI 03-4137-1996 untuk agregat pipih dan lonjong maksimal dalam

penggunaannya dibatasi yaitu 20 % :

1) Jika perbandingan antara rata-rata diameter dengan diameter terpanjang

kurang dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut lonjong.

2. Jika perbandingan antara diameter terpendek dengan rata-rata diameter

kurang dari 0,60 maka bentuk agregat termasuk pipih.


TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
Gambar Pembagian Bentuk Agregat Menurut BSI (1975)

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
INDEK KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN
 Indeks Kepipihan

Pemeriksaan terhadap indeks kepipihan dilakukan dengan memasukan


agregat kedalam lubang pada flackiness gauge, Agregat yang lolos adalah
agregat yang pipih, kemudian ditimbang beratnya dan indeks kepipihan yang
dipakai adalah 0,6 kali diameter saringan yang digunakan.

 Indeks Kelonjongan

Pemeriksaan terhadap indeks kelonjongan sama seperti indeks kepipihan


tetapi yang diapakai adalah ukuran terpanjang 1,8 kali diameter saringan yang
digunakan. Kemudian agregat dimasukan satu persatu kedalam elonginess
gauge, agregat yang tertahan adalah agregat yang lonjong, kemudian di
timbang beratnya dan dihitung indeks kelonjongan nya.
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
Gambar Alat Pengukur Kepipihan Agregat

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
TUJUAN

 Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk agregat dan juga untuk
mengetahui presentase jumlah agregat yang pipih dan yang lonjong dari
suatu sampel agregat

 Untuk mengatahui bisa atau tidak nya agregat tersebut digunakan pada
suatu campuran ( beton maupun aspal ).

 Mengetahui kemampuan campuran agregat tersebut dalam menahan atau


menerima beban kerja. Dari komposisi agregat yang ada

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
BENTUK AGREGAT

Terdapat 3 macam bentuk agregat dengan pengertian sebagai berikut :

1) Butiran agregat berbentuk lonjong

Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar
dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.

2) Butiran agregat berbentuk pipih

Butiran agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal besar dari
nilai yang ditntukan dalam spesifikasi.

3) Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong

Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap tebal besar dari
nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
Lanjutan....
Dari ketiga bentuk indeks bentuk agregat dapat dibedakan atas :

1. Butir memanjang
Dikatakan seperti ini apabila panjangnya melebihi dua sumbu pokok.
Butir ini juga dikatakan panjang apabila panjangnya lebih besar 3 kali
lebarnya.

2. Butir pipih
Dikatakan pipih apabila tebalnya jauh lebih kecil dari 2 dimensi lainnya
dan biasanya tebal agregat kurang dari 1/3 tebal ukuran agrerat rata-rata.

3. Butir bulat
Dikatakan bulat apabila rasio permukaan volume kecil.

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
Lanjutan....
4. Butir Bersudut
Dikatakan butir bersudut apabila permukaan agregat bersudut agak
tajam.

5. Butir Tidak Beraturan


Dikatakan butir tidak beraturan karena benuk alaminya memang tidak
beraturan sebagian terjadi karena pengerasan dan mempunyai sisi atau
tepi yang berat.
6. Butir Panjang dan Pipih
Dikatakan seperti ini karena jenis ini mempunyai panjang yang jauh
lebih besar dari semua tebalnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari
tebalnya.
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
Kelemahan

 kepipihan berpengaruh buruk kepada daya tahan atau keawetan beton


aspal karena agregat ini cenderung berkedudukan pada bidang rata,
sehingga terdapat rongga udara dibawahnya.

 Terdapat rongga diantara agregat yang dapat mengurangi kekutan


campuran.

 Resiko terhadap bleeding besar.

 Ikatan antar agregat kurang mengunci.

 Mudah patah atau hancur saat menerima beban kerja.

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
PENGUJIAN PARTIKEL PIPIH DAN LONJONG

Pengujian dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :


1. Berdasarkan berat, benda uji sebelumnya
dikeringkan dalam oven pada temperatur
(110 ± 5)°C sampai beratnya tetap.
2. Berdasarkan jumlah butiran, pengeringan
agregat tidak diperlukan

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
Pengujian butiran berbentuk lonjong
(panjang terhadap lebar)

Pengujian butiran berbentuk pipih


(lebar terhadap tebal)
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA

SEKIAN............
& TERIMAKASIH ATAS PERHATIAnNYA

You might also like