You are on page 1of 38

TRANSFORMATOR

Magnetic circuit analysis


• The magnetic circuit consists of a laminated iron
core and a winding.

• The AC current in the winding generates an AC


magnetic flux in the core. I

I
• The magnetic field is calculated by Ampere’s law:
F = I N = H Lc 
where: F is the magnetomotive force N
N is the number of turns
I is the current
H is the magnetic field
Lc is he magnetic path length

Lc

2
Magnetic circuit analysis
2
• Magnetic flux density (Weber/m or Teslas)
B = m H = m I N / Lc
where:

– m is the permeability in H/m. m = mo mr


– mo = 4 p 10-7 H/m free space permeability (air)
– mr relative permeability (air mr =1, and iron mr=
5000-8000)
– The actual value of mr is determined from the B -
H magnetization curve of the magnetic material.

3
Magnetic circuit analysis
• The next step of the analysis is the calculation of the
magnetic flux.
• The flux is measured by Weber
• The majority of the flux is in the iron core.
• The flux is:
f m = B A = m H A = I m NA / Lc

Where: B is the flux density in Tesla


A is the cross section of the iron core

4
Magnetic circuit analysis
• The sinusoidal AC, flux induces voltage in the coil (Faraday’s Law)

• This voltage is equal to the supply voltage if the ohm voltage drop is neglected.

• The induced voltage is: df d


e( t )  N 
dt dt

• The equation for the sinusoidal flux is: f(t) = fm sin(w t)

df
• Therefore, the expression for the induced voltage becomes: e(t )  N  N fm w cos (w t )
dt

N  fm  w
• The rms value of the induced voltage is: E  4.44  N  f fm
2

where: V is in volts, f = 60 Hz, and f m in Weber

5
Transformator : peralatan listrik elektromagnetik statis
yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya
listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik
lainnya,dengan frekuensi yang sama dan perbandingan
transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet
dan bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis

Dalam bidang teknik listrik pemakaian transformator


dikelompokkan menjadi:
 Transformator daya
 Transformator distribusi
 Transformator pengukuran; yang terdiri dari
transformator arus dan transformator tegangan.
 Transformator untuk rangkaian elektronika.
• Keadaaan Transformator Tanpa beban

I0


N1 N2
E1 E2 I0

V1 E1

Transformator tanpa beban


Vektor transformator tanpa beban
Keadaan Tanpa Beban

• Bila kumparan primer suatu transformator


dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang
sinusoid, akan mengalirlah arus primer Io yang juga
sinusoid dan dengan menganggap belitan N1 reaktif
murni (beban induktif), Io akan tertinggal 90o dari V1.
Arus primer Io menimbulkan fluks (f) yang sefasa
dan juga berbentuk sinusoid.

• f = fmaks sin wt
• Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1
(Hukum Faraday). Fluks yang berubah-ubah memotong suatu
kumparan maka pada kumparan tersebut akan di induksikan
suatu tegangan listrik :
df
e1   N 1
dt

d (fmaks sin wt )
e1   N1   N1fmaks cos wt (tertinggal 90o dari f)
dt

N 1 2pff maks
Harga efektifnya E1   4,44 N 1 ff maks
2
Tanda negatif pada persamaan di atas menunjukkan persesuaian dengan hukum Lenz sebagai berikut :
Arah arus induksi dalam penghantar sedemikian rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan melawan
perubahan garis-garis gaya maget yang menimbulkannya.
• Pada rangkaian sekunder, fluks (f) bersama tadi
menimbulkan

df E1 N1
e2   N 2 e2   N 2 wfm cos wt E2  4,44 N 2 ffmaks 
E2 N 2
dt

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor,

E1 V1 N1
  a a = perbandingan transformasi
E2 V2 N 2

Dalam hai ini tegangan E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi


berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.
Arus Penguat
• Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani
disebut arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer Io bukanlah
merupakan arus induktif murni, hingga ia terdiri atas dua komponen:
(1) Komponen arus pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks (f).
(2) Komponen arus rugi tembaga IC, menyatakan daya yang hilang akibat
adanya rugi histeris dan ‘arus eddy’. IC sefasa dengan V1, dengan
demikian hasil perkaliannya (IC x V1) merupakan daya (watt) yang hilang

 I0

I0 IM RC IC IM XM
V1

V1 IC E1

Vektor hubungan fasor Io, IM dan IC Rangkain pengganti Io, IM dan IC


Keadaaan Transformator Berbeban

1

2
I1 I2

N1 N2

V1 E1 E2 ZL V2

• Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2


mengalir pada kumparan sekunder, di mana I2 = V2/ZL .
• Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak
magnet (ggm) N2 I2 yang cenderung menentang
fluks (f) bersama yang telah ada akibat arus
pemagnetan IM. Agar fluks bersama itu tidak
berubah nilainya, pada kumparan primer harus
mengalir arus I’2, yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga
keseluruhan arus yang mengalir pada primer
menjadi :
I1  I o  I '2
I o  I1  I '2
• Bila rugi besi diabaikan (IC diabaikan) maka Io = IM
I1 = IM + I’2
• Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm
yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku
hubungan :
N1IM = N1I1 – N2I2
N1IM = N1(IM + I’2) – N2I2
Sehingga
N1I’2 = N2I2
• Karena nilai IM dianggap kecil maka I’2 = I1
N1I1 = N2I2 atau I1/I2 = N2/N1
Rangkaian Ekivalen
Dari model rangkaian diatas dapat pula diketahui hubungan
penjumlahan vektor :
V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 = I2R2 + I2X2

E1 / E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2
E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)
Karena I’2 / I2 = N2 / N1 = a atau I2 = aI’2

Maka E1 = a2 ( I’2ZL + I’2R2 + I’2X2)


Dan V1 = E1 = a2 ( I2ZL + I2R2 + I2X2) + I1(R1 + X1 )
Menentukan parameter

1. Pengukuran Beban Nol


2. Pengukuran Hubung Singkat
Pengaturan Tegangan

V2,nl  V2, fl
VR  100%
V2, fl
Rugi Tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis
sbb :
Pcu = I2 R

Karena arus beban berubah ubah, rugi tembaga juga tidak konstan
bergantung pada beban

Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri dari :
(1) Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti besi,
yang dinyatakan sebagai :
Ph = Kh fBmaks watt
Kh = konstanta
Bmaks = fluks maksimum (weber)

(2) Rugi ‘eddy current’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai:
Pa = Ka ƒBmaks watt
Jadi rugi besi (rugi inti) adalah :
Pi = Ph + Pa
Efisiensi:
Perubahan Efisiensi terhadap beban:

Untuk beban tertentu, efisiensi maksimum terjadi ketika rugi


tembaga = rugi inti.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja (cos φ )
Beban.

Perubahan efisiensi terhadap cos φ beban

Hubungan antara efisiensi dan beban pada cos φ yang berbeda-


beda dapat dilihat pada gambar di atas.
Rangkaian Tiga Fasa
Sistem Terhubung Delta
Arus LINE :

I a  I ab  I ca Ia
a
a
I b  I bc  I ab
I c  I ca  I bc Vab Zab
Iab Zca
• Pada beban setimbang: b
Ib Ibc Ica
Vca
Vbc
b Zbc c
I a  3 I ab   30

c
Ic
Sistem dihubungkan Wye Ia
• Tegangan LINE to LINE berbeda
dg tegangan FASA
Va n Va b
Vb n
n
Vab  Van - Vbn  3 Van   30 Ib Vc a

Vc n
Vbc  Vbn - Vcn  3 Vbn  - 90

Vb c
Vca  Vcn - Van  3 Vcn   150
Ic

Besar Tegangan LINE to LINE adalah  tegangan FASA


(rms)
The usual connections for three-phase transformers are:

wye / wye seldom used, unbalance and 3th harmonics


problem
wye / delta frequently used step down.(345 kV/69 kV)

delta / delta used medium voltage (15 kV), one of the


transformer can be removed (open delta)

delta / wye step up transformer in a generation station

For most cases the neutral point is grounded.

You might also like