Professional Documents
Culture Documents
Bab Iii. Transformator
Bab Iii. Transformator
I
• The magnetic field is calculated by Ampere’s law:
F = I N = H Lc
where: F is the magnetomotive force N
N is the number of turns
I is the current
H is the magnetic field
Lc is he magnetic path length
Lc
2
Magnetic circuit analysis
2
• Magnetic flux density (Weber/m or Teslas)
B = m H = m I N / Lc
where:
3
Magnetic circuit analysis
• The next step of the analysis is the calculation of the
magnetic flux.
• The flux is measured by Weber
• The majority of the flux is in the iron core.
• The flux is:
f m = B A = m H A = I m NA / Lc
4
Magnetic circuit analysis
• The sinusoidal AC, flux induces voltage in the coil (Faraday’s Law)
• This voltage is equal to the supply voltage if the ohm voltage drop is neglected.
df
• Therefore, the expression for the induced voltage becomes: e(t ) N N fm w cos (w t )
dt
N fm w
• The rms value of the induced voltage is: E 4.44 N f fm
2
5
Transformator : peralatan listrik elektromagnetik statis
yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya
listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik
lainnya,dengan frekuensi yang sama dan perbandingan
transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet
dan bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis
I0
N1 N2
E1 E2 I0
V1 E1
• f = fmaks sin wt
• Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1
(Hukum Faraday). Fluks yang berubah-ubah memotong suatu
kumparan maka pada kumparan tersebut akan di induksikan
suatu tegangan listrik :
df
e1 N 1
dt
d (fmaks sin wt )
e1 N1 N1fmaks cos wt (tertinggal 90o dari f)
dt
N 1 2pff maks
Harga efektifnya E1 4,44 N 1 ff maks
2
Tanda negatif pada persamaan di atas menunjukkan persesuaian dengan hukum Lenz sebagai berikut :
Arah arus induksi dalam penghantar sedemikian rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan melawan
perubahan garis-garis gaya maget yang menimbulkannya.
• Pada rangkaian sekunder, fluks (f) bersama tadi
menimbulkan
df E1 N1
e2 N 2 e2 N 2 wfm cos wt E2 4,44 N 2 ffmaks
E2 N 2
dt
E1 V1 N1
a a = perbandingan transformasi
E2 V2 N 2
I0
I0 IM RC IC IM XM
V1
V1 IC E1
1
2
I1 I2
N1 N2
V1 E1 E2 ZL V2
E1 / E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2
E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)
Karena I’2 / I2 = N2 / N1 = a atau I2 = aI’2
V2,nl V2, fl
VR 100%
V2, fl
Rugi Tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis
sbb :
Pcu = I2 R
Karena arus beban berubah ubah, rugi tembaga juga tidak konstan
bergantung pada beban
Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri dari :
(1) Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti besi,
yang dinyatakan sebagai :
Ph = Kh fBmaks watt
Kh = konstanta
Bmaks = fluks maksimum (weber)
(2) Rugi ‘eddy current’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai:
Pa = Ka ƒBmaks watt
Jadi rugi besi (rugi inti) adalah :
Pi = Ph + Pa
Efisiensi:
Perubahan Efisiensi terhadap beban:
I a I ab I ca Ia
a
a
I b I bc I ab
I c I ca I bc Vab Zab
Iab Zca
• Pada beban setimbang: b
Ib Ibc Ica
Vca
Vbc
b Zbc c
I a 3 I ab 30
c
Ic
Sistem dihubungkan Wye Ia
• Tegangan LINE to LINE berbeda
dg tegangan FASA
Va n Va b
Vb n
n
Vab Van - Vbn 3 Van 30 Ib Vc a
Vc n
Vbc Vbn - Vcn 3 Vbn - 90
Vb c
Vca Vcn - Van 3 Vcn 150
Ic