You are on page 1of 58

Mata Kuliah

Teknik Lahan
Urug TLI-354
Dosen:
Slamet Raharjo, Dr. Eng.
Kuliah 7

Pengelolaan Lindi
(Leachate)
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

PENGERTIAN LINDI
 Lindi atau leachate dapat didefenisikan sebagai limbah
cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-
materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil
proses dekomposisi biologis 

 Kuantitas dan kualitas lindi sangat bervariasi dan


berfluktuasi
DIDASARKAN ATAS KOMPONEN SAMPAH YANG DITIMBUN, MAKA
KEMUNGKINAN TERLEPASNYA KOMPONEN-KOMPONEN PENCEMAR
DARI SEBUAH TPA ADALAH:

 Komponen sisa makanan, kayu,dan  kertas
 Dapat terbilas dalam lindi:CO2, asam organik, fenol, N-NH4, N-NO2,
N-NH3, SO4, fosfat, karbonat dsb
 Sbg protoplasma mikrobial: C, NH4, P dan K
 Muncul ke atmosfer sbg: CO2, CH4, volatil berantai pendek dari asam
lemak, NH3, H2S, merkaptan dsb
 Komponen plastik dan karet
 Plastik tidak terdegradasi
 Karet sintetis tidak terdegradasi
 Karet alamiah terdegradasi secara lambat
 Komponen Kain dan tekstil
 Materi-materi sintetis sulit terdegradasi
 Sbg biomassa: NH4, S, C, P dan K
 Terlarut dalam lindi: CO2, asam-asam organik, fosfat, N-NH4, N-NO2,
N-NH3
 Muncul sbg gas: CO2, CH4, asam-asam volatil, NH3, H2S, merkaptan
dsb

 Komponen Logam
 Berbentuk oksida logam : Al2O3, Al(OH)3, CrO2, CrO3, HgO, dsb
 Terlarut dalam lindi: senyawa sulfat dari Ca, Mg, senyawa bikarbonat
dari Fe, Ca, Mg serta senyawa oksida dari Sn, Zn, Cu, dst
KUANTITAS LINDI
 Kuantitas lindi tergantung pada banyaknya air yang
masuk dari luar (sbgn besar dari hujan) dan aspek
operasional spt aplikasi tanah penutup, kemiringan
permukaan, kondisi iklim, kemampuan tanah dan
sampah untuk menahan uap air
 Air eksternal yang masuk ke dalam timbunan sampah
tersebut melalui dua jenis media, yaitu:
 Tanah penutup akan langsung berinteraksi dengan udara luar dan
akan menentukan jumlah infiltrasi air ke lapisan di bawahnya
 Timbunan sampah itu sendiri, yang mempunyai kemampuan cukup
besar dalam menahan kelembaban akan menentukan jumlah dan
waktu pertama kali lindi muncul 
KUALITAS LINDI
 Kualitas lindi tergantung pada:
 Variasi dan proporsi komponen sampah yang ditimbun
 Umur timbunan
 Pola operasional
 Waktu dilakukannya sampling

 Tipikalkualitas lindi di luar negeri mempunyai


karakteristik yang khas yaitu:
 Lindi dari TPA yang muda bersifat asam, kandungan organik yang
tinggi, mempunyai ion-ion terlarut yang juga tinggi serta rasio
BOD/COD relatif tinggi.
 Lindi dari TPA yang sudah tua sudah mendekati netral, mempunyai
kandungan karbon organik dan mineral yang relatif menurun serta
rasio BOD/COD yang relatif menurun.
Tabel Rentang Kualitas lindi di Luar Negeri
Landfill < 2 Tipikal Landfill >10
Parameter Tahun Tahun
BOD 2.000-30.000 10.000 100-200
COD 3.000-60.000 18.000 100-500
pH 4,5-7,5 6 6,6-7,5
SS 200-2.000 500 100-400
N-NH3 10-800 200 20-40
N-NO3 5-40 25 5-10
P-total 5-100 30 5-10
Alkalinitas 1.000-10.000 3.000 200-1.000
Sulfat 50-100 300 20-50
Kalsium 200-3.000 1.000 100-400
Magnesium 50-1.500 250 50-200
Khlorida 200-2.500 500 100-400
Natrium 200-2.500 500 100-200
Besi total 50-1.200 60 20-200
Tabel Gambaran Variasi Kualitas Lindi dari
Beberapa TPA di Indonesia
Kota pH COD N-NH4 N-NO2 DHL
Bogor 7,5 28.723 770 0 40.480
8 4.303 649 0,075 24.085
Cirebon 7 3.648 395 0,0225 10.293
7 13.575 203 0,375 12.480
Jakarta 7,5 6.839 799 0 13.680
7 413 240 0,075 3.823
8 1109 621 0,350 1073
Bandung 6 58.661 1356 6,1 26.918
7 7.379 738 2,775 20.070
Solo 6 6.166 162 0,225 3.540
Magelang 8,03 24.770 - - 6.030
Dapat disimpulkan kekhasan lindi sampah di Indonesia
adalah:
• karakteristik tidak asam
• mempunyai nilai COD (kandungan organik) yang tinggi
Tabel Nilai Beberapa Konstituen TPA Pada Waktu yang
Hampir Bersamaan
LOKASI WAKTU pH BOD COD DHL mhos/Cm
(mg/l) (mg/l)
LPA Sep-91 8,5 18.450 29.959 4.650
Denpasar
LPA Nov-91 6 - 3.648 26..918
Leuwigajah Des-91 7 - 7.379 20.070
(Bandung)
LPA Grenjeng Nov-91 7 - 3.648 10.292
(Cirebon) Des-91 7 - 13.575 12.480

LPA Des-91 7 - 413 24.085


B.Gebang Feb-91 7,9 - 1.109 5.590
(Jakarta)
LPA Putri Des-91 6 - 6.166 3.450
Cempo
(Solo)
LPA Ranca Des-91 8 - 4.303 24.085
Maya (Bogor)
 Kualitas lindi yang tercantum ini dianggap
mewakili periode terdapatnya masalah lindi yang
paling menonjol pada suatu TPA yaitu musim
hujan.
 Air hujan di suatu sisi dapat mengencerkan
leachate yang ada, tetapi air hujan jugalah yang
berfungsi membilas lindi yang terbentuk di
timbulan
 Untuk mengatasi variabilitas kuantitas dan
kualitas pada lindi akan diperlukan suatu sarana
penyeimbangnya, seperti kolam penampung,
yang berfungsi untuk menyeimbangkan dan
menyangga aliran dan beban cemaran yang akan
ditangani di pengolah lindi lebih lanjut
KARAKTERISTIK LINDI
 Karakteristik dari suatu lindi meliputi karakteristik
fisika, kimia dan biologi.
 Ketiga parameter ini penting dalam penentuan cara
dan metoda pengolahan lindi yang tepat dan sesuai.
 Ketiga parameter ini untuk tiap TPA berbeda dan
bervariasi nilainya. Hal ini tergantung pada komposisi
sampah dan juga musim yang ada pada daerah
tersebut.
 Secara umum, lindi mengandung zat organik dan
anorganik dengan konsentrasi yang tinggi, termasuk
juga logam berat, terutama pada timbunan sampah
yang masih baru (Damanhuri, 1995).
KARAKTERISTIK FISIKA
 pH
 adalah suatu indikator yang menunjukkan tingkat
keasaman.
 Tinggi rendahnya nilai pH dalam lindi dipengaruhi oleh
komposisi sampah dan faktor lingkungan, akan sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat bakteri.
 Daya Hantar Listrik (Konduktivitas)
 adalah kemampuan air lindi untuk mengantarkan arus
listrik.
 Arus listrik di dalam lindi disebabkan oleh zat padat
anorganik yang terlarut yang terdiri dari anion dan kation,
misalnya natrium, kalsium, magnesium, besi dan lain-lain,
sehingga daya hantarnya sangat ditentukan oleh
konsentrasi ion-ion terlarut tersebut. 
KARAKTERISTIK KIMIA
• Chemical Oxygen Demand (COD)
 Angka COD akan menunjukkan banyaknya oksigen dalam ppm (mg/l)
yang diperlukan dalam kondisi khusus untuk menguraikan zat organik
secara kimia.
 Kandungan COD dalam lindi sangat dipengaruhi oleh keberadaan
sampah organik dalam suatu lahan LPA.

• Alkalinitas
 adalah kapasitas air lindi untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH dari lindi.
 Alkalinitas berkaitan dengan keberadaaan garam-garam karbonat,
sulfat, klorida, fosfat dan lain-lain pada lindi
 Biochemical Oxygen Demand (BOD)
 BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasikan zat organik secara
biokimia dalam kondisi aerob.
 Dalam lindi keberadaan BOD sangat dipengaruhi oleh adanya
sampah organik

 Logam-Logam Berat
 Di dalam lindi terkandung logam-logam berat seperti Fe, Pb,
Zn, Mn, Na, Ca, Kalium dan lain-lain sebagai akibat dari
degradasi sampah yang ada di TPA
KARAKTERISTIK BIOLOGI
 Bakteri Coli
 Bakteri Coli terdapat dalam tubuh
manusia dalam jumlah yang besar.
 Indikator Bakteri Coli umum dipakai
karena jika pada suatu lindi sudah
ada Bakteri Coli berarti air tersebut
juga telah mengandung bakteri
pencemar lainnya. 
TAHAPAN DEGRADASI SAMPAH
DI TPA
 Tahap degradasi sampah yang terjadi selama
pengoperasian TPA, dapat dibagi menjadi lima
fase/tahap.
 Durasi untuk masing-masing fase ini tergantung kepada
distribusi kandungan organik di landfill, ketersediaan
nutrien dan kelembaban sampah.
 Fase yang terjadi akan mempengaruhi kualitas lindi yang
dihasilkan oleh suatu landfill.
 Fase- I Initial Adjusment Phase ( Fase
Awal)
Pada fase ini, komponen organik biodegradabel
dalam sampah mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme, yang terjadi pada kondisi aerob
karena sebagian kecil udara terperangkap di
dalam landfill.
 Fase - II Transition Phase (Fase Transisi)
Pada fase II, kandungan oksigen mulai menurun
dan kondisi anaerob mulai terbentuk. pH lindi
pada fase ini menurun dengan terbentuknya
asam organik dan meningkatnya konsentrasi CO2
pada landfill.
 Fase - III Acid Phase (Fase Asam)
Aktivitas mikroorganisme pada tahap ini semakin
meningkat dengan jumlah asam organik semakin
tinggi dan jumlah gas hidrogen mengalami
penurunan. pH lindi turun sampai kurang dari 5,
nilai BOD5, COD dan daya hantar listrik
meningkat selama fase ini.
 Fase - IV Methane Fermentation Phase
(Fase Fermentasi Metan)
Pada fase ini, mikroorganisme akan mengubah
asam dan gas hidrogen yang terbentuk pada
fase asam menjadi CH4 dan CO2. pH lindi kembali
naik pada range 6,8-8. Seiring peningkatan pH,
maka nilai BOD-5,COD, logam berat dan daya
hantar listrik akan berkurang.
 Fase - V Maturation Phase (Fase Maturasi)
Fase ini terjadi setelah material organik
biodegradabel dikonversi menjadi CH4 dan CO2
pada fase sebelumnya. Pada fase ini jumlah gas
yang dihasilkan berkurang secara signifikan
karena sebagian besar nutrien telah terbawa
oleh lindi selama fase IV dan kandungan substrat
yang tinggal dalam landfill adalah yang bersifat
slowly biodegradable. Sejumlah gas N2 dan O2
mulai ditemukan pada fase ini dan kandungan
lindi akan terdiri dari zat organik non
biodegradable yang sulit diolah secara biologi
Hubungan Fase Perkembangan TPA
dengan Karakteristik Lindi
PRODUKSI LINDI
Produksi lindi bervariasi tergantung pada kondisi
tahapan pengoperasian lahan urug, yaitu :
 Setelah pengoperasian selesai (tertutup seluruhnya).
 Dalam kondisi ini sampah telah dilapisi tanah penutup akhir. Tanah
penutup akhir berfungsi untuk mengurangi infiltrasi air hujan,
sehingga produksi lindi juga akan berkurang.
 Dalam tahap pengoperasiannya (terbuka sebagian)
 Pada tahapan ini bagian-bagian yang belum ditutup tanah penutup
akhir, baik lahan yang sudah dipersiapkan maupun sampah yang
hanya ditutup tanah penutup harian, akan meresapkan sejumlah
hujan yang jauh lebih besar.
KRITERIA SALURAN PENGUMPUL LINDI
 Saluran Sekunder:
 Dipasang memanjang ditengah blok/zona penimbunan
 Menerima lindi dari dasar landfill dengan kemiringan
minimal 2%
 Saluran Primer:
 Dapat dihubungkan dengan hilir saluran sekunder oleh
bak kontrol yang dapat berfungsi pula sebagai ventilasi
yang dikombinasikan dengan pengumpul gas vertikal  
 Pipayang digunakan dapat berupa rangkaian pipa PVC
berlubang dengan diameter lubang 8 mm dan jarak antar
lubang 5 cm (kecuali dari pipa ke bak pengumpul lindi)
TIPE PEMASANGAN SALURAN
PENGUMPUL LINDI
Dapat berupa:
 Pola tulang ikan 

 Pola garis lurus
SYARAT PENGALIRAN LINDI
 Gravitasi
 Kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/detik

 Rasio tinggi air (d) terhadap diameter pipa (D)


maksimum 0,8
PERENCANAAN PENGELOLAAN AIR
LINDI TERDIRI DARI:

1. Perencanaan kuantitas Lindi


(Debit Lindi)
2. Perencanaan IPL (Instalasi
Pengolahan Lindi)
PERENCANAAN DEBIT
LINDI 
 Menggunakanmodel atau dengan perhitungan
dengan asumsi:
 Perhitunganintensitas hujan dengan asumsi Van
Breen, hujan terpusat sebanyak 90% selama 4
jam dengan faktor puncak 5,4
 Debitlindi dihitung dari 20-30% intensitas hujan
maksimum, diasumsikan pada musim hujan, 1
bulan 20 hari hujan
 Datapresipitasi diambil dari data monitoring
hujan terdekat, intensitas hujan harian atau
tahunan selama 5 tahun terakhir
• Rancangan praktis yang sering digunakan di
Indonesia untuk perancangan pengumpul dan
pengolah lindi antara lain :
• Debit pengumpul lindi :
– Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian dari data beberapa
tahun.
– Dengan asumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jam
sebanyak 90 % (Van Breen).

• Debit pengolah lindi


– Dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data beberapa
tahun.
– Dihitung dari neraca air, kemudian diambil perkolasi kumulasi bulanan
yang maksimum.
1. METODA RASIONAL
 Sistem open dumping tidak memiliki sel-sel
sampah, sehingga sampah yang dibiarkan
menumpuk menghasilkan perkolasi lindi yang
lebih besar, tanpa adanya lapisan-lapisan
penahan lindi.
 Debit lindi dapat dihitung berdasarkan metode
rasional, dimana debit berbanding lurus dengan
intensitas hujan (ASCE dan WPCF, 1969).
Q=CIA
Dimana:
Q = Debit lindi (m3/detik)
C = Koefisien Run Off
I = Intensitas hujan
A = Luas catchment area
• Debit pengumpul lindi :
– Intensitas hujan (I) dihitung dari rata-rata
hujan maksimum harian dari data
beberapa tahun.
– Dengan asumsi bahwa curah hujan akan
terpusat selama 4 jam sebanyak 90 %
(Van Breen).
• Debit pengolah lindi
– Intensitas hujan (I) dihitung dari rata-rata
hujan maksimum bulanan, dari data
beberapa tahun.
2. METODA NERACA AIR
(WATER BALANCE METHOD) 
 dikenal dengan Model Thorntwaite

 Metode ini didasari oleh asumsi bahwa lindi hanya


dihasilkan dari curah hujan yang berhasil meresap
masuk ke dalam timbunan sampah (perkolasi).

 Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap


kuantitas perkolasi dalam Metode Neraca Air ini
adalah presipitasi, evapotranspirasi, aliran
permukaan (surface run off), dan kadar
kelembaban tanah (soil moisture storage)
PERENCANAAN IPL 
PENENTUAN DIMENSI PIPA LINDI
Diameter pipa pengumpul lindi dihitung dengan menggunakan
Grafik Hidraulic Elemen Of Circular Sewer dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
 Penentuan d/D berdasarkan grafik Manning.
 Perhitungan Qp/Qf dari grafik ”Design of Main Sewer”
sehingga diperoleh Qf.
 Penentuan kecepatan pengaliran (0,3 - 0,6 m/dt).
 Perhitungan diameter pipa dengan persamaan

4Qf
D=
πVf
dimana:
D = diameter pipa (m).
Qp = debit maksimum (m3/dt).
Qf = debit lindi (m3/dt). .
Vf = kecepatan pengaliran lindi (m/dt).
PENENTUAN KEMIRINGAN PIPA
LINDI
• Kemiringan pipa lindi dihitung mengunakan
persamaan Manning :
2
 
S =  Vf . n 
 (D ) 2 / 3 
 4 
dimana:
S = kemiringan pipa (m/m).
n = koefisien kekasaran,
untuk pipa PVC nilai n = 0,011 (Metcalf, 1990).
PENAMPUNG LINDI
 Lindi yang mengalir dari pipa primer dapat ditampung pada
bak penampung lindi, sebelum ke pengolahan lindi
 Kriteria desain bak penampung lindi:

Bak harus kedap air dan tahan asam


Ukuran bak dihitung berdasarkan debit lindi
dan kemampuan unit pengolahannya.
Pengaliran lindi ke dan dari bak penampung
diusahakan gravitasi
PENGELOLAAN LINDI
Usaha penanganan masalah lindi dapat dikelompokkan
dalam beberapa tahap, yaitu :
 pada tahap pemilihan site,
 pada tahapan perancangan dan penyiapan site,
 selama masa pengoperasian,
 selama jangka waktu tertentu setelah lahan TPA tidak
digunakan lagi
CARA PENANGANAN LINDI YANG SUDAH
DILAKUKAN:
 Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan
pengaturan air tanah sehingga lindi tidak menuju
ke air tanah
 Mengisolasi lahan urug agar air ekternal tidak
masuk dan lindinya tidak keluar
 Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar
dengan kemampuan baik untuk menetralisir
cemaran
 Mengembalikan lindi (resirkulasi) ke arah
timbunan sampah
 Mengalirkan lindi menuju pengolahan air
buangan domestik
 Mengolah lindi dengan pengolahan sendiri
 Cara resirkulasi lindi sudah banyak diterapkan dalam
pengelolaan lindi, dengan keuntungan:
Mempercepat proses evaporasi
Mereduksi cemaran organik lindi (hingga
90%)
Mempercepat stabilitas timbunan
Dapat mengurangi bau dan lalat
Memperbanyak biogas yang terbentuk
BAKU MUTU EFFLUEN INSTALASI
PENGOLAHAN LINDI
Komponen Satuan Baku Mutu
Zat padat terlarut mg/l 4000
Zat padat tersuspensi mg/l 400
pH 6–9
N-NH3 mg/l 5
N-NO3 mg/l 30
N-NO2 mg/l 3
BOD mg/l 150
COD mg/l 300
Senyawa aktif biru- mg/l 10
metilen DPU,
Sumber:
2006
DI NEGARA MAJU MASALAH LINDI
DITANGANI DENGAN DIOLAH, ANTARA LAIN
DENGAN:

 Pengolahan kimia fisik: koagulasi-flokulasi-


pengendapan
 Pengolahan secara aerobik: proses lumpur aktif,
kolam stabilisasi atau kolam aerasi
 Pengolahan secara anaerobik: kolam stabilisasi

 Pemanfaatan sifat-sifat sorpsi: karbon aktif


PENGOLAHAN LINDI YANG BAIK
DIPERTIMBANGKAN UNTUK TPA DI INDONESIA:

• Kolam stabilisasi aerobik, karena:


– Tersedianya sinar matahari yang cukup untuk proses
fotosintesis
– Pengoperasian relatif mudah
– Dibutuhkan pengelolaan rutin

• Lahan sanitasi/biofilter
– Mengacu pada kemampuan tanah dan tanaman (land limiting
constituents) dalam menetralisir pencemar
– Dibutuhkan pengaturan beban masuk ke fasilitas pengolah
lindi, misal dgn resirkulasi lindi ke timbunan sampah
ALTERNATIF SISTEM PENGOLAHAN 
LINDI DI INDONESIA (DEP. PU, 2006)

 Pengolahan dengan proses biologis


 Kombinasi proses pengolahan anaerobik – aerobik
 Pengolahan dengan proses fisika-kimia-biologi
 Evaporasi / penguapan lindi
PENGOLAHAN DENGAN PROSES
BIOLOGIS
Kombinasi Kolam Stabilisasi, untuk lokasi dengan
lahan yang memadai, yaitu:
 Kolam anaerobik, fakultatif, maturasi dan biofilter
(alternatif 1)
 Kolam anaerobik, fakultatif, maturasi dan
landtreatment/wetland (alternatif 2)
KRITERIA TEKNIS PENGOLAHAN LINDI
ALTERNATIF 1
Proses Pengolahan
Kriteria
Anaerobik Fakultatif* Maturasi Biofilter

Fungsi Removal BOD yang Removal Removal Menyaring


relatif tinggi (>1000 BOD mikroorganis efluen
mg/L), me patogen, sebelum
sedimentasi,stabilisasi nutrien dibuang ke
efluen badan air
Kedalaman (m) 2,5 – 5 1–2 1 – 1,5 2
Removal BOD (%) 50 – 85 70 – 80 60 – 89 75
Waktu detensi** 20 – 50 5 – 30 7 – 20 3–5
(hari)
Organic loading 224 – 560 56 – 135 ≤ 17 < 80
rate*** (kg/Ha hari)
pH 6,5 – 7,2 6,5 – 8,5 6,5 – 10,5 -
Bahan Pasangan batu Pasangan Pasangan Batu kerikil,
batu batu ijuk

Keterangan: * kolam dengan aerasi tambahan;

** tergantung kondisi iklim; *** nilai tipikal, nilai yang lebih tinggi telah diterapkan pada beberapa lokasi .
KRITERIA TEKNIS PENGOLAHAN LINDI
ALTERNATIF 2
Proses Pengolahan
Kriteria
Anaerobik Fakultatif1 Maturasi Wetland
Fungsi Removal BOD yang relatif Removal Removal Removal BOD,
tinggi (>1000 mg/L), BOD mikroorganisme removal nutrien
sedimentasi,stabilisasi patogen,
efluen nutrien

Kedalaman (m) 2,5 – 5 1–2 1 – 1,5 0,1 – 0,61


0,3 – 0,82

Removal BOD 50 – 85 70 – 80 60 – 89 -
(%)
Waktu detensi 20 – 50 5 – 30 7 – 20 4 – 15
(hari)

Organic loading 224 – 560 56 – 135 ≤ 17 < 67


rate
(kg/Ha hari)
pH 6,5 – 7,2 6,5 – 8,5 6,5 – 10,5 -
Bahan Pasangan batu Pasangan Pasangan batu Tanah dengan
batu permeabilitas
rendah3

Keterangan: 1 kedalaman air untuk tipe FWS (Free Water Flow System);
2 kedalam air untuk tipe SPS (Subsurface Flow System);
3 tumbuhan yang bisa digunakan: A. microphylla, enceng gondok, rumput gajah
KOMBINASI PROSES PENGOLAHAN
ANAEROBIK – AEROBIK,
untuk lokasi dengan ketersediaan lahan yang
terbatas, yaitu kombinasi antara Anaerobic Baflled
Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (Alternatif 3).
Proses Pengolahan
Kriteria
ABR Aerated Lagoon Pemisahan padatan
Fungsi Removal BOD yang relatif Removal BOD Removal solid
tinggi (>1000 mg/L),
sedimentasi,stabilisasi
efluen
Kedalaman (m) 2–4 1,8 – 6 3 –5
Removal BOD (%) 70 – 85 80 – 95 -
Waktu detensi (hari) 1–2 3 – 10 0,06 – 0,125
Organic Loading Rate 4 – 14 0,32 – 0,64 0,5 – 5 kg/ m2 jam
(kg/Ha hari)
Hydraulic Loading Rate 16,8 – 38,4 - 8 – 16
(m3/ m2 hari)
pH 6,5 – 7,2 6,5 – 8,0 -
Bahan Beton bertulang – bata Pasangan batu Pasangan batu
PENGOLAHAN DENGAN PROSES
FISIKA-KIMIA-BIOLOGI
 Pengolahan ini dapat digunakan apabila
dikehendaki kualitas efluen lindi yang lebih baik
sehingga dapat digunakan untuk proses
penyiraman, atau pembersihan peralatan dalam
lokasi TPA atau dibuang ke badan air Kelas II
(PP No.82 tahun 2001).
 Kombinasi sistem pengolahan yang digunakan :
 Proses Koagulasi – Flokulasi, Sedimentasi, Kolam
Anaerobik atau ABR (alternatif 4)
 Proses Koagulasi – Flokasi, Sedimentasi I,
Aerated Lagoon, Sedimentasi II (alternatif 5)
KRITERIA TEKNIS PENGOLAHAN LINDI
ALTERNATIF 4
Proses Pengolahan
Kriteria Koagulasi –
Sedimentasi Anaerobik Pond ABR
Flokulasi
Fungsi Pembentukan Removal flok Removal BOD yang Removal BOD yang
flok padatan relatif tinggi relatif tinggi (>1000
padatan (>1000 mg/L), mg/L), sedimentasi,
sedimentasi, stabilisasi efluen
stabilisasi efluen
Kedalaman (m) - 3–5 1 – 1,5 2–4
Removal BOD (%) - - 50 – 85 70 – 85

Waktu detensi (hr)2 0,5 1,5 – 3 20 – 50 1–2

Organic loading rate - - 224 – 560 4 – 14


(kg/Ha hari)3
Hydraulic LoadingRate - 8 – 16 - 16,8 – 38,4
(m3/ m2 hari)
pH - 6,5 – 8,5 6,5 – 7,2 6,5 – 7,2
Dosis koagulan 300 – 4500
(mg/L) : 100 – 5000
Kapur (CaOH) 0,2 ml/L
Tawas (Al2SO4)
Polimer kationik 1 %
KRITERIA TEKNIS PENGOLAHAN LINDI
ALTERNATIF 5
Proses Pengolahan
Kriteria
Koagulasi – Flokulasi Aerated Lagoon Sedimentasi I / II
Fungsi Pembentukan flok padatan Removal BOD Removal solid
Kedalaman (m) - 1,8 – 6 3 –5
Removal BOD (%) - 80 – 95 -

Waktu detensi (jam)2 0,5 3 – 10 0,06 – 0,125

Organic Loading Rate - 0,32 – 0,64 0,5 – 5 kg/ m2 jam


(kg/Ha hari)3
Hydraulic Loading Rate - - 8 – 16
(m3/ m2 hari)
pH - 6,5 – 8,0 -
Bahan Beton/baja Pasangan batu Pasangan batu
Dosis koagulan 300 – 4500
(mg/L) : 100 – 5000
Kapur (CaOH) 0,2 ml/L leachate
Tawas (Al2SO4)
Polimer kationik 1 %
EVAPORASI / PENGUAPAN LINDI

 Sistem pengelolaan lindi ini menggunakan kolam


evaporasi yang telah dilapisi dasarnya (lined
pond) untuk menghindari perkolasi leachate ke
dalam tanah.
 Proses yang diharapkan dari sistem ini adalah
penguapan lindi ke udara dan untuk lindi yang
tidak menguap disemprotkan lagi ke landfill yang
sedang beroperasi.
 Penguapan lindi membutuhkan lahan yang cukup
luas agar penyemprotan efluen dapat dilakukan
secara kontinu.
 Untuk mengontrol bau maka dilakukan aerasi di
permukaan.
PENENTUAN DIMENSI KOLAM
ANAEROBIK, FAKULTATIF, DAN
MATURASI
• Luas permukaan kolam (A)
Qt
A 
H
dimana :
H = Kedalaman kolam (m)
A = Luas permukaan kolam (m2)
• Surface loading Q xSo
kg. BOD/m2.detik =
A
dimana :
Q = Debit lindi (m3/det)
So = BOD influen
A = Luas permukaan kolam (m2)

You might also like