You are on page 1of 47

Trauma Capitis

Pembimbing :
Dr. Nur Hasan, Sp.BS

Oleh :
Gloria Benthamy Siamiloy
11.2016.028
Definisi
• Trauma Kapitis : trauma mekanik terhadap kepala
baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik
temporer maupun permanen
• Brain Injury Association of America
 suatu kerusakan pada kepala
 bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif
 tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik
dari luar
 yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
 menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.
Etiologi dan Epidemiologi
• Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh
• 15 - 44 tahun dengan usia rata-rata 30 tahun
• Lebih didominasi oleh kaum laki-laki.
Anatomi
• Kulit Kepala (SCALP)
• Tulang Tengkorak
• Meningen
• Otak
• LCS
• Tentorium
Anatomi Kulit Kepala
Tulang Tengkorak
Meningen
Tentorium
Klasifikasi Trauma Kapitis

• Mekanisme

• Beratnya cedera

• Morfologi
Berdasarkan Mekanisme
• Cedera Kepala Tumpul
– KLL
– Terjatuh
– Pukulan benda tumpul

• Cedera Tembus
– Luka tembak
– Luka tusuk
Berdasarkan Beratnya Cedera
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanganan Trauma
Kapitis dan Trauma Spinal, tahun 2006.
Kategori GCS Gambaran Klinis CT-scan Otak
Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologi (-) Normal

Ringan 13 – 15 Pingsan <10 menit, defisit Normal


neurologi (-)
Sedang 9 – 12 Pingsan >10 menit s/d 6 jam, Abnormal
defisit neurologi (+)
Berat 3–8 Pingsan > 6 jam, defisit neurologi Abnormal
(+)
Catatan :
1. Pedoman Triase di UGD
2. Jika abnormal pada CT-scan berupa perdarahan intrakranial, penderita
dimasukkan klasifikasi CKB
Cedera Kepala Ringan
• Skor GCS 13-15

• Kehilangan kesadaran (-), atau jika ada tidak lebih


dari 10 menit

• Pasien mengeluh pusing, sakit kepala, muntah,


amnesia (+)

• Pemeriksaan neurologis (-)


Cedera Kepala Sedang
• Skor GCS 9-12

• Pingsan lebih dari 10 menit (+)

• Pusing, sakit kepala, muntah, dan amnesia (+)

• Pemeriksaan neurologis (+)


Cedera Kepala Berat
• Skor GCS < 8

• Gejalanya serupa dengan CKS, hanya dalam


tingkat yang lebih berat

• Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif

• Dapat disertai adanya fraktur tulang tengkorak


dan jaringan otak yang terlepas
Berdasarkan Morfologi
A. Fraktur Kranium, klasifikasi :
• Gambaran Fraktur :
– Linier - Comminuted
– Diastase - Depressed

• Lokasi Anatomis
– Calvarium/Konveksitas
– Basis Cranii

• Keadaan Luka
– Terbuka
– Tertutup
Fraktur Basis Cranii
• E.c CKB

• ↓ kesadaran (koma slm beberapa hari), amnesia


retrograd & amnesia pascatraumatik

• Gejala, tergantung letak frakturnya :


Fr.Fossa Anterior Fr. Fossa Media Fr. Fossa Posterior
• darah keluar disertai • darah keluar disertai •Kebiru-biruan di
LCS dari LCS dari mastoid/ bilateral
hidung/rhinorea telinga/otorrhea mastoid echymosis /
•perdarahan bilateral • gangguan n. VII dan battle’s sign
periorbital echymosis/ VIII
racoon eye
•anosmia
B. Lesi Intrakranial
• Lesi Focal
– EDH
– SDH
– ICH
– Kontusio

• Lesi Difus
1. Perdarahan Epidural (EDH)
• Pengumpulan darah diantara tengkorak dengan duramater

• Cirinya berbentuk bikonveks (lensa cembung) di temporal /


temporo-parietal

• Penderita dengan EDH dapat menunjukkan Interval Lucid


yang klasik / penderita semula mampu bicara lalu tiba-tiba
meninggal (talk and die)
2. Perdarahan Subdural (SDH)
• Insiden SDH > EDH

• Terjadi akibat :
– Robeknya vena-vena jembatan yang terletak antara korteks
serebri dan sinus venosus tempat vena bermuara

– Laserasi pembuluh darah arteri permukaan otak

• Menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan


kerusakan otak di bawahnya lebih berat dan prognosis
lebih buruk
3. Sub-Dural Hematom
Hematom Subdural Akut Hematom Subdural Subakut Hematom Subdural Kronik

•gejala neurologik 24-48 jam post- • gejala neurologik >48 jam - <2 •Timbul gejala tertunda dalm bbrp
trauma minggu minggu, bulan/tahun.

•Tekanan Jaringan otak & herniasi •Ax : tidak sadar  perbaikan •Trauma pertama merobek salah
btg.otak dlm for.magnum  tek pd st.neurologik yg perlahan  tanda2 satu vena yg melewati ruangan
btg.otak  ggg neurologis progresif st.neurologik memburuk perlahan2 subdural
 henti nafas, hilangnya kontrol N dlm bbrp jam?
& TD •Terjadi perdarahan secara lambat

•↑ TIK seiring pembesaran dalam ruangan subdural. Dalam 7


•Subdural hematom biasanya hematoma  px sulit u/ sadar & sampai 10 hari setelah perdarahan
“unilateral” tdk memberikan respon thdp terjadi, darah dikelilingi oleh

rangsangan bicara maupun nyeri membrana fibrosa.


•Gejala neurologis :
-Pe↓ kesadaran •Hematoma subdural yang
- Dilatasi pupil ipsilateral hematom
bertambah luas secara perlahan
-Kegagalan ref.cahaya pada pupuil
paling sering terjadi pada usia
ipsilateral
lanjut (karena venanya rapuh) dan
-Hemiparesis kontralateral
-papiledema pada alkoholik
4. Subarachnoid Hematom
• Membran arakhnoid – piamater

• Disebabkan oleh fraktur tulang sekitar / kontusio intraserebral, aneurisma

• Gejala :
– kaku kuduk (6jam setelah onset perdarahan)

– nyeri kepala berat tiba2

– ↓ kesadaran

– Mual-muntah

– kejang
5. Intraserebral Hematom
• E.c pecahnya arteri besar di dalam jaringan otak
(CKB, kontusio berat)

• Gejala-gejala :
– Hemiplegi

– Papilledema (gejala TIK ↑)


6. Komosio Serebri (geger
otak)
• Benturan kepala  menggetarkan keras/
menggoyangkan otak  perubahan cepat fungsi otak

• Kehilangan Kesadaran >10menit

• Gejala :
– Hilang kesadaran - pening
– Sakit kepala berat - lemah
– Amnesia - diplopia
– Mata berkunang2
7. Kontusio Serebri
• Lebih serius drpd Komosio Serebri

 Memar & pembengkakkan pada otak


(PD Dalam otak pecah)  perdarahan  pasien
pingsan, jika berat  berhari2/berminggu2

• Terdapat amnesia retrograde, amnesia


pascatraumatik & kelainan neurologis
8. Cedera Difus
• Cedera otak difus merupakan kelanjutan kerusakan
otak akibat cedera akselerasi dan deselerasi yang
merupakan bentuk yang sering terjadi pada cedera
kepala.
Pemeriksaan
Glasgow Coma Scale (GCS) :
Eye (E) Spontan 4
Atas Perintah 3
Rangsangan Nyeri 2
Tidak Bereaksi 1
Verbal (V) Orientasi baik 5
Jawaban Kacau 4
Kata-kata tidak berarti 3
Mengerang 2
Tidak Bersuara 1
Movement (M) Kemampuan Menurut Perintah 6
Mengetahui lokasi/menapis rangsang nyeri 5
Reaksi Menghindar 4
Reaksi Fleksi 3
Reaksi Ekstensi 2
Tidak Ada Reaksi 1
Diagnosis

• Anamnesis

• Pemeriksaan Neurologis

• Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
• Trauma kapitis dengan atau tanpa gangguan
kesadaran atau dengan interval lucid

• Perdarahan/otorrhea/rhinorrhea

• Amnesia traumatika (retrograd atau


anterograd)
Pemeriksaan Neurologis
• GCS

• TTV

• Otorrhea/rhinorrhea

• Ecchymosis periorbital bilateral/eyes/hematoma

• Gangguan fokal neurologis

• Fungsi motorik, kekuatan otot


• Refleks patologis
• Pemeriksaan fungsi batang otak: pupil,
refleks kornea, doll’s eye
• Monitor pola pernafasan: cheyne stokes,
central neurogenic hyperventilation,
apneusitic breath, ataxic breath
• Gangguan fungsi otonom
• Funduskopi
Respons motorik Refleks fisiologis Refleks patologik
Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos kepalaAP/lateral

• Dari hasil foto perlu diperhatikan kemungkinan


adanya fraktur linier, impresi, terbuka/tertutup

• Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk foto


servikal

• EEG: Dapat digunakan untuk mencari lesi


• CT scan kepala untuk  kontusio, edema
otak, gambaran perdarahan(hiperdens),
hematoma epidural, hematoma subdural,
hematoma subarachnoid, hematoma
intraserebral.

• Lumbal Pungsi: Untuk menentukan ada


tidaknya darah pada LCS (< 6 jam post
trauma)
Indonesian Neurological Association
2010 Kesadaran menurun

Tanda-tanda trauma kepala (+) Tanda-tanda trauma (-)


• ABC
o Hati-hati trauma leher Tanda-tanda neurologi Tanda-tanda neurologi
o O2 2-3 L/menit fokal (+) fokal (-)
o I.V. line, infus NaCl 0,9 %/
1. Infark
Asering = 150 cc/jam
2. Hemoragik
• Tinggikan posisi kepala 300 3. Neoplasma
• Anamnesis (Allo) 4. Abscess/infeksi Tanda-tanda rangsang
• PF umum meningeal (-)
• PF neurologi
• Obs trauma primer & sekunder Tanda-tanda rangsang Ensefalopati metabolik
1. Hipoksik-iskemik
• Foley cateter (hematuria?, meningeal (+)
2. Endokrin
urinalisis) (hipo/hiperglikemia,
• NGT (Hati-hati pada perdarahan tiroid)
hidung masif) 1. Meningitis 3. Elektrolit(hiper/hiponatre
mia,hiperkalsemia)
• Usahakan TDS > 100 mmHg, 2. Meningoensefalitis
4. Toksin
berikan SA bila Nadi < 50 5. Obat-obatan
• Temperatur usahakan < 37,5 6. Epilepsi
• Lab hematologi (PDL), urinalisis, 7. Gg. behaviour
AGD, elektrolit, Ureum,/
Creatinin, GDS
• Radiologi: Ro Schedel, CT Scan tanpa
kontras
Penatalaksanaan
• Survei Primer  menstabilkan kondisi
pasien
Airway Breathing Circulation Disability

• membersihkan jalan • menentukan • otak yang rusak • mengetahui


nafas dari debris dan apakah pasien tidak mentolerir lateralisasi
muntahan, lepaskan gigi bernafas hipotensi
palsu •Pemberian O2
• mempertahankan melalui masker
tulang servikal dengan • Cek saturasi
memasang collar
cervikal,
• Survei Sekunder
Laboratorium Manajemen Terapi

• Darah : H2TL, hitung jeneis • Siapkan operasi pada pasien atas


leukosit, Ur,Cr, GDS, AGD, indikasi
Elektrolit • Penanganan luka luka
•Urin : perdarahan •Pemberian obat obatan sesuai
•Radiologi : CT Scan.dll kebutuhan
Konsensus ruang rawat
Kritikal ( SKG 3-4)
Perawatan di Unit itensif Neurologi ( neurologi
ICU)/ICU>>>> bila fasilitas tersedia

Trauma kapitis sedang dan berat ( SKG 5- 12)


1. Lanjutkan penanganan ABC
2. Pantau tanda vital , pupil, SKG, gerakan
ektremitas, sampai pasien sadar
3. Cegah terjadinya TIK
Konsensus ruang rawat
Trauma kapitis ringan
• Cedera kepala ringan
• Dirawat 2 x 24 jam
• Tidur dengan posisi kepala ditunggikan 30 derajat
• Obat- obat simptomastis
Indikasi Operatif
Kondisi pasien yang
semula sadar semakin
Volume masa hematom mencapai lebih
memburuk secara klinis,
dari 40 ml di daerah supratentorial atau
serta gejala dan tanda
lebih dari 20 cc di daerah infratentorial
fokal neurologis semakin
berat

Terjadi gejala sakit kepala,


Pendorongan garis tengah sampai
mual, dan muntah yang
lebih dari 3 mm
semakin hebat

terjadi penambahan ukuran hematom


(CT scan ulang)
Prognosis
• 80% CKR sembuh

• 10% CKS masih dapat mengikuti perintah sederhana tetapi


sering kali bingung dan somnolen, CT-scan ulangan tidak
memperlihatkan lesi massa yang memerlukan operasi,
penderita mungkin dapat dipulangkan dalam beberapa
hari kemudian.

• CKB, tidak dapat mengikuti perintah yang sederhana,


walaupun sudah dilakukan resusitasi kardiopulmoner.
Pencegahan (Menurunkan Tekanan
Intrakranial)
- Elevasi kepala 30
- Hiperventilasi
- Berikan manitol 20% 1gr/kgBB
- IV dalam waktu setengah jam – 1jam, drip cepat,
dilanjutkan pemberian dengan dosis 0,5 g/kgBB drip
cepat,
- setelah 6 jam dari pemberian pertama dan 0,25 g/kgBB
drip cepat, setengah jam – 1jam, setelah 12 jam dan 24
jam dari pemberian pertama.
Terima Kasih

You might also like