You are on page 1of 20

POTENSI BAHAYA ZAT KIMIA THINNER

DALAM MODIFIKASI BIDANG AMBULANS


PT CAKRA KEROJA MANDIRI
Kelompok A 11
◦ Ida Nurainun Adjad Makassar (1102012116)
◦ Giri Mahesa Putra Zatnika (1102012100)
◦ Kartika Pradipta (1102013144)
◦ Andhika Shahnaz (1102014023)
◦ Aulia Elma Azzahra (1102014049)
◦ Dayu Dwi Deria (1102014066)
◦ Diah Ayu Kusuma Wardani (1102014072)
◦ Ina Romantin (1102014128)
◦ Khaulah Nurul Fadhilah (1102014144)
◦ Laura Rahardini (1102014147)
Thinner

Solvent / thinner adalah suatu bahan kimia yang berbentuk cairan dan mengandung satu atau
beberapa jenis bahan kimia lain. Thinner / solvent biasa disebut juga dengan pelarut atau
diluent yang berfungsi sebagai bahan pengisi atau filler.

Thinner adalah zat cair yang biasanya berfungsi untuk mengencerkan cat kayu dan besi,politur
serta bahan-bahan finishing lain. Bahan-bahan finishing biasanya merupakan bahan padat yang
sifatnya kental sehingga sulit untuk diaduk dan diratakan tanpa diencerkan terlebih dahulu.
Fungsi
◦ Thinner berguna untuk menurunkan viskositas (kekentalan) dari bahan – bahan yang akan diaplikasikan
dengan menggunakan alat penyemprot maupun kuas. Alat penyemprot cat maupun kuas cat adalah alat
yang berguna untuk mengaplikasikan bahan finishing dan hanya dapat bekerja dengan batas viskositas
tertentu. Oleh karena itu suatu bahan finishing harus diencerkan terlebih dahulu degan thinner agar
viskositasnya turun, sehingga bahan – bahan tersebut bisa diaplikasikan dengan mudah. Selain berguna
untuk menurunkan viskositas, thinner juga berguna untuk mengatur sifat – sifat dari bahan finishing
sehingga bahan tersebut bisa diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggunakan thinner
suatu bahan finishing bisa diatur kecepatan waktu pengeringannya serta ketebalan lapisan finishing bisa
ditentukan dengan ukuran tertentu sesuai dengan kebutuhan.
◦ Sebagai campuran cat.
◦ Sebagai pembersih besi berkarat.
◦ Sebagai bahan pelarut.
◦ Sebagai bahan pengkilap.
◦ Sebagai penguap cat agar cepat kering.
Bahan yang mengandung Solvent / thinner
Berdasarkan jenis kandungan bahannya, solvent / thinner memiliki fungsi dan
kegunaan yang berbeda-beda yaitu:
◦ sebagai pelarut cat atau lem
◦ pencuci kuas atau alat-alat teknik
◦ sebagai pembersih benda-benda tertentu seperti plastik, kendaraan, helm dan yang
lainnya.
Bahan berbahaya yang terkandung dalam
Thinner
◦ Kandungan membahayakan thinner sendiri sebenarnya berasal dari VOC (Volatile
Organic Compounds) atau senyawa organik mudah menguap. Saat larutan politur
bercampur thinner diaplikasikan pada kayu, thinner akan menguap dan
meninggalkan lapisan kering pada kayu. Menguapnya thinner harus dihindari oleh
manusia
◦ Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah cairan
bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer
cat dan berbau harum seperti benzena. Toluena adalah hidrokarbon aromatik yang
digunakan secara luas dalam industri dan juga sebagai pelarut. Seperti pelarut-
pelarut lainnya, toluena juga digunakan sebagai obat inhalan karena sifatnya yang
memabukkan. Toluena merupakan komponen bahan kimia utama yang terdapat
pada thinner. Dalam jumlah yang cukup, Toluena berfungi untuk membantu cat
menyebar merata dan terlihat mengkilap.
BAHAYA THINNER
Sebagaimana yang disebutkan EPA, VOC dalam thinner bisa menyebabkan:
1. Gangguan Pernapasan
Bahaya menghirup bau cat yang pertama adalah terjadinya gangguan pernapasan. Bau cat yang cukup
menyengat dihasilkan oleh VOC. VOC tersebut hampir selalu ada di dalam bahan cat agar cat lebih
mudah kering ketika diaplikasikan di dinding. Saat cat mengering, VOC menguap ke udara dan jika
terhirup akan membuat pernapasan terganggu. Kondisi tersebut akan semakin parah apabila bau cat
dihirup oleh orang-orang yang memiliki gangguan pernapasan.
2. Pusing
Bahaya lain yang ditimbulkan akibat menghirup bau cat adalah pusing. Jika komponen VOC yang ada di
udara terhirup ketika melakukan pernapasan tentu kadar oksigen yang dihirup ketika bernapas akan
rendah. Akibatnya, suplai oksigen ke otak juga akan menurun. Kondisi itulah yang menyebabkan kepala
menjadi pusing.
3. Mata Perih
Tidak hanya berdampak langsung pada pernapasan dan juga rasa pusing saja. Biasanya, mata juga akan terasa
perih karena iritasi yang ditimbulkan oleh VOC tersebut.
4. Iritasi pada Kulit
VOC yang menguap di udara juga bisa menyebabkan iritasi kulit. Kondisi semacam itu biasanya juga akan
berdampak langsung pada orang-orang yang memiliki kulit sensitif dan juga memiliki reaksi alergi terhadap
berbagai bahan kimia yang terkandung di dalam cat. Iritasi pada kulit juga bisa semakin parah apabila cat
mengenai langsung pada permukaan kulit. Kandungan senyawa kimia yang ada pada cat bisa diserap oleh pori-
pori kulit dan menyebabkan berbagai komplikasi
5. Kanker
Dalam jangka panjang, bau cat yang terhirup juga bisa menyebabkan perkembangan sel kanker di dalam
tubuh. Kemunculan sel kanker di dalam tubuh tidak hanya disebabkan oleh partikel cat yang terhirup saja,
tetapi juga disebabkan oleh menempelnya cat di kulit. Ketika cat menempel, partikel-partikel dan juga bahan
kimia pada cat akan menyerap melalui pori-pori kulit dan menyebabkan komplikasi.
6. Kerusakan Fungsi Hati
Partikel cat yang terhirup atau masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit juga bisa menyebabkan kerusakan fungsi
hati. Partikel VOC yang masuk ke dalam tubuh akan mengikuti aliran darah dan dalam jangka waktu lama akan
menyebabkan kerja hati semakin berat. Jika terjadi terus-menerus tentu kondisi tersebut akan memicu kerusakan fungsi
hati.
7. Kerusakan Saraf
Partikel-partikel kimia pada cat juga bisa menyebabkan kerusakan saraf. Zat kimia yang paling mungkin menyebabkan
kerusakan saraf tersebut adalah pigment. Pigment merupakan zat kimia yang berguna sebagai zat pewarna dan juga
berguna menciptakan daya tutup pada cat. Contoh pigment cat yang paling sering digunakan pada cat adalah lead
chromate yang sering digunakan untuk memberi warna hijau, kuning, dan merah pada cat. Jika mengenai kulit atau
terhirup, zat kimia tersebut bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat. Kondisi tersebut akan semakin berbahaya
jika terjadi pada wanita yang sedang hamil. Jika ibu hamil menghirup bau cat, akan sangat beresiko bayi mengalami
kerusakan sistem saraf.
TATALAKSANA
Pertolongan pertama
◦ Terhirup. Jika terhirup, pindahkan ke tempat berudara bersih. Jika tidak bernapas, berikan bantuan pernapasan.
Jika kesulitan bernapas, berikan oksigen. Segera hubungi bantuan medis. Pada kasus yang serius: jika
memungkinkan pindahkan korban ke tempat yang aman. Longgarkan semua pakaian yang melekat seperti kerah,
dasi, dan ikat pinggang. Jika kesulitan bernapas, berikan oksigen. Jika korban tidak bernapas, lakukan resusitasi
paru. Cari pertolongan medis segera.
◦ Kontak dengan kulit. Lepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Segera basuh kulit dengan air yang
banyak dan mengalir selama 15-20 menit. Tutup kulit yang teriritasi dengan emolien. Cuci pakaian sebelum
digunakan kembali, bersihkan sepatu sebelum digunakan kembali. Hubungi bantuan medis.
◦ Kontak dengan mata. Periksa dan lepaskan kontak lensa. Segera bilas mata pasien dengan air yang banyak dan
mengalir selama kurang lebih 15-20 menit. Segera hubungi bantuan medis.
◦ Tertelan. Jangan menginduksi muntah. Jangan memberikan apapun melalui mulut pada pasien yang pingsan. Jika
pasien muntah, sandarkan korban ke depan untuk mengurangi risiko muntahan terhirup kembali. Longgarkan
semua pakaian yang melekat seperti kerah, dasi dan ikat pinggang. Jika sejumlah kecil yang tertelan, cuci mulut
hingga rasa toluene hilang. Jika tertelan dalam jumlah banyak, segera hubungi bantuan medis.
Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan, yaitu memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara
memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran
karbon dioksida, Bila terinhalasi disarankan berikan oksigen
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
Dekontaminasi
a. Dekontaminasi mata. Dilakukan sebelum membersihkan kulit : - Posisi pasien duduk atau berbaring dengan
kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. - Secara perlahan bukalah kelopak
mata yang terkena dan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit. - Hindari
bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. - Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. -
Jangan biarkan pasien menggosok matanya. - Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke
dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) - Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat. - Cuci segera
bagian kulit yamg terkena dengan air mengalir air dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit. - Jika tidak ada air,
sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. - Lepaskan pakaian, arloji dan
sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. - Penolong perlu
dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung dan apron. Hati-hati untuk
tidak menghirupnya. - Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
c. Dekontaminasi gastro intestinal. (8) Aspirasi nasogastrik dianjurkan jika jumlah bahan yang tertelan meracuni
secara sistemik dan dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan aspirasi. Pemberian arang aktif tidak dianjurkan karena
kapasitas adsorpsinya yang terbatas. Selain itu, pemberiannya dapat menimbulkan risiko muntah dan aspirasi paru-
paru.
Penanganan jika terjadi keracunan
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit).
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :

- Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup
ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin),
kesadaran menurun dan penderita kejang.

- Bilas lambung :
• Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
• Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
• Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.

- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata

- Pakaian yang terkena racun dilepas


- Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat
encer).
- Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.

c. Racun melalui inhalasi


- Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
- Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan menggunakan
metode mouth to mouth.
PENCEGAHAN
Pencegahan
- Perlindungan Pernapasan
Kenakan perlindungan pernapasan yang sesuai jika terpapar melebihi batas. Alat bantu pernapasan
udara atau masker pernapasan dengan filter yang dianjurkan.
- Perlindungan Tangan
Gunakan sarung tangan kedap zat
- Perlindungan Mata
Gunakan kacamata keselamatan yang khusus didesain untuk melindungi dari percikan cairan.
- Perlindungan Kulit
Gunakan pakaian keselamatan yang dianjurkan
Pencegahan
- Penanganan Produk
Penanganan produk harus dilakuka dalam area yang memiliki perputaran udara yang baik. Jaga agar wadah tetap
tertutup rapat. Jauhkan dari sumber panas, percikan api, dan kobaran api. Dilarang merokok, makan, dan minum di
sekitar area pengaplikasian produk. Untuk perlindungan pribadi, lihat petunjuk pada poin selanjutnya. Jangan
gunakan tekanan untuk mengosongkan wadah: wadah bukanlah wadah bertekanan.
- Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup yang jauh dari sumber panas dan memiliki perputaran udara yang baik.
- Stabilitas dan Reaktivitas
Pengolahan ini mengandung bahan-bahan yang tidak stabil jika berada dalam kondisi sebagai berikut; terpapar pada
panas (di atas 40?C), sinar UV yang kuat, daerah beradikal bebas, peroksida, alkalis yang kuat, atau benda metal
reaktif. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan produk untuk berpolimer secara eksotermikal. Kontak langsung
dengan penyebab terjadinya ketidakstabilan harus dihindarkan
THANK YOU

You might also like