You are on page 1of 50

Anizatun Nuskiyati

SGD-1
PERDARAHAN DN DEMAM SETELAH
MELAHIRKAN
 Definisi
 Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa
setelah partus selesai dan berakhir setelah 6
minggu.
 adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
masa nifas 6-8 minggu.
SINOPSIS OBSETRI JILID 1 EGC
Periode
Berdasarkan periode:

 (1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah


diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah
40 hari.
 (2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8
minggu.
 (3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan, atau tahunan.
 Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Cetakan I,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Lochea terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

Lochea rubra Lochea Lochea serosa Lochea alba


sanguilenta
Merah merah kecoklatan merah jambu putih
warna lalu menjadi kuning

2 – 3 hari pp 3 – 7 hari pp 7 – 14 hari pp Setelah 14 hari pp


waktu

sisa selaput Sisa darah dan cairan serum, jaringan leukosit dan sel-
ketuban, jaringan desidua desidua, leukosit dan sel desidua
sel desidua, verniks eritrosit
Berisi
caseosa, lanugo dan
mekonium
Involusi alat-alat kandungan
Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

 Sistem reproduksi
 Uterus
 Serviks
 Vulva dan Vagina
 Perineum
 Payudara
• Sistem Perkemihan
 Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil, yang disebut
involusi.
1. Fundus uteri
- Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.
- Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.
- Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat
pada hari ke-5.
- Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari.
2. Bekas implantasi plasenta
- Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang
berdiameter 7,5 cm.
- Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
- Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
- Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu.
 3. Berat uterus
- Berat uterus normal kira-kira 30 gram.
- Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram.
- Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan.
- Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan.
- Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan.
4. Pembukaan serviks
- Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan
konsistensinya lunak.
- Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
segera setelah melahirkan.
- 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam
kavum uteri setelah 2 jam pasca persalinan.
- 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri setelah 1 minggu.
Apa hubungan seorang wanita g6p6a0 usia 40 th dengan riwayat keluhan demam
dan perdarahan dari jalan lahir 5 hari yg lalu?

Wanita G6P6A0 : grand-multipara  predisposisi ATONIA


UTERI
 Umur
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan
pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita
belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada
usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan
fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan
untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan
terutama perdarahan akan lebih besar (Faisal, 2008).
 Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut perdarahan pascapersalinan yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan
paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai
angka kejadian perdarahan pascapersalinan
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi
kematian maternal.

 Universitas Sumatera Utara


Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu
(Manuaba, 1998) :

Perdarahan Postpartum Primer Perdarahan Postpartum


yaitu perdarahan pasca persalinan Sekunder yaitu perdarahan
yang terjadi dalam 24 jam pascapersalinan yang terjadi
pertama kelahiran. Penyebab setelah 24 jam pertama
utama perdarahan postpartum kelahiran. Perdarahan
primer adalah atonia uteri, postpartum sekunder disebabkan
retensio plasenta, sisa plasenta, oleh infeksi, penyusutan rahim
robekan jalan lahir dan inversio yang tidak baik, atau sisa
uteri. Terbanyak dalam 2 jam plasenta yang tertinggal.
pertama.
PERDARAHAN POST PARTUM

 perdarahan yang lebih dari normal dimana


telah menyebabkan perubahan tanda vital
(Sarwono; 2001) seperti:
- Pasien mengeluh lemah, limbung
- Berkeringat dingin
- Menggigil
- Hipernea
- Sistolik < 90 mm Hg
- Nadi > 100 x/mnt
- Kadar Hb < 8 gr %
 Perdarahan post partum adalah perdarahan
lebih 500-600 ml selama 24 jam setelah
anak lahir. Termasuk perdarahan karena
retensio plasenta. (www.gynecology.com).
 Perdarahan post partum adalah perdarahaan
dalam kala IV lebih 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir
 Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan
sebelumnya merupakan faktor resiko paling
besar untuk terjadinya hemorraghe postpartum
sehingga segala upaya harus dilakukan untuk
menentukan keparahan dan penyebabnya.
Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui karena
dapat menyebabkan terjadinya hemorraghe postpartum :
1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis
4. Kehamilan multiple
5. Injeksi Magnesium sulfat
6. Perpanjangan pemberian oxytocin
KAUSAL PERDARAHAN POST PARTUM

PERDARAHAN DARI
TEMPAT IMPLANTASI
PLASENTA
-HIPOTONIA PERDARAHAN
•Akibat anastesi KARENA ROBEKAN
•Distensi berlebihan GANGGUAN
-episiotomi KOAGULASI
•Partus lama -robekan pada perineum
•Partus presipitatus Ruptura uteri
-SISA KOTILEDON
/PLASENTA
- Plasenta acreta,
inkreta, perkreta
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
Uterus tidak berkontraksi dan lembek. Syok Atonia uteri
Perdarahan segera setelah anak lahir Bekuan darah pada serviks atau
posisi telentang akan
menghambat aliran darah keluar

Darah segar mengalir segera setelah bayi Pucat Robekan jalan lahir
lahir
Lemah
Uterus berkontraksi dan keras
Menggigil
Plasenta lengkap

Plasenta belum lahir setelah 30 menit Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
berlebihan
Perdarahan segera
Inversio uteri akibat tarikan
Uterus berkontraksi dan keras
Perdarahan lanjutan
Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap Uterus berkontraksi tetapi tinggi Retensi sisa plasenta
fundus tidak berkurang
Perdarahan segera
Uterus tidak teraba Neurogenik syok Inversio uteri
Lumen vagina terisi massa Pucat dan limbung
Tampak tali pusat (bila plasenta belum lahir)

Sub-involusi uterus Anemia Endometritis atau sisa fragmen


plasenta (terinfeksi atau tidak)
Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus Demam
Perdarahan sekunder
Gambaran dan dugaan penyebab retensio
plasenta
Separasi / akreta Plasenta
Gejala Plasenta akreta
parsial inkarserata
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Diskoid Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali
Penilaian Klinik untuk Menentukan Derajat Syok

Volume Kehilangan
Tekanan Darah (sistolik) Gejala dan Tanda Derajat Syok
Darah

500-1.000 mL Palpitasi, takikardia,


Normal Terkompensasi
(10-15%) pusing

Penurunan ringan (80-100 Lemah, takikardia,


1000-1500 mL (15-25%) Ringan
mm Hg) berkeringat

1500-2000 mL (25- Penurunan sedang (70-80 Gelisah, pucat,


Sedang
35%) mm Hg) oliguria

2000-3000 mL (35- Penurunan tajam (50-70 Pingsan, hipoksia,


Berat
50%) mm Hg) anuria
Demam post partum

 Definisi
 meningkatnya suhu badan 38 derajat C/lebih selama 2 hari
dalam 10 hari post partum.
 Etiologi
 Infeksi akibat adanya luka saat persalinan
 Akibat dari proses persalinan (penolong, alat dan tempat) yang
kurang steril
 Kurang memperhatikan kebersihan luka
 Daya tahan tubuh ibu menurun karena anemia, malnutrisi, DM
 patofisiologi
 adanya luka, proses persalinan yang kurang steril, kurang
memperhatikan kebersihan luka  kuman masuk daya tahan
tubuh ibu menurun  kuman tidak dapat di fagosit  gejala
inflamasi rubor, kalor, tumor, dolor, fungsiolesa sakit
 Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman
adalah di daerah bekas insersio (pelekatan) plasenta.
Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi oleh
trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui
servik, vulva, vagina dan perineum.
Apa hubungannya melahirkan ditolong oleh dukun
dengan keluhan?

 Karena dukun kurang memperhatikan risiko yang


terjadi pada ibu dari segi sterilitas dan komplikasi-
komplikasi pada grand-multipara .
Infeksi
 Definisi
 Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan
pada semua alat genitalia pada masa nifas
oleh sebab apapun dengan ketentuan
meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC
tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama dua hari
Etiologi
 1) Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci
hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
 2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
 3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius
 4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit
klasifikasi
 Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva,
vagina, serviks, dan endometrium
- Vulvitis
- Vaginitis
- Servisitis
- Endometritis
 Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-
vena, jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium
 Penyebaran melalui pembuluh darah :
- Septikemia
- Piemia
 Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain :
- Peritonitis
- Parametritis
 Penyebaran melalui permukaan endometrium
- Salpingitis
- Ooforitis
Mengapa payudara terasa keras dan
nyeri?
Mastitis
 Adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman,
terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu
atau melalui peredaran darah
 Pembagian mastitis :
-Yang berada dibawah areola mammae
-Ditengah areola mammae
-Mastitis yang lebih dalam antara payudara dan otot2
 Keluhan2  Payudara membesar, keras, nyeri, kulit
kemerahan dan membisul(abses), dan akhirnya pecah dengan
borok serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu. Dapat
disertai suhu badan naik dan menggigil
 Profilaksis : pemeriksaan ANC dan perawatan puting susu
selama dalam kehamilan
Mengapa pada pemerikasaan VT didapatkan
nyeri goyang portio?
Mengapa didapatkan lokea purulenta (+),
berbau busuk dan nyeri pada uterus?

 Kuman-kuman memasuki endometritis, biasanya


pada luka insersio plasenta dan dalam waktu
singkat mengikuti seluruh endometrium, infeksi
dengan kuman yang tidak beberapa potogen radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desi dua
bersama-sama dengan bekuan dari menjadi
nekrolis dan mengeluarkan getah berbau dan
terdiri atas keeping-keping nekrolis serta
cairan. Infeksi yang lebih berat batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran,
penyebaran melalui pembuluh darah, septikemia
dan piemia.
Apa tindakan dokter untuk menghentikan
perdarahan?

 Pasien dengan perdarahan post partum


harus ditangani dalam 2 komponen, yaitu:
(1) resusitasi dan penanganan perdarahan
obstetri serta kemungkinan syok
hipovolemik dan
(2) identifikasi dan penanganan penyebab
terjadinya perdarahan post partum
Jenis uterotonika dan cara pemberiannya
Jenis dan Cara Oksitosin Ergometrin Misoprostol
Dosis dan cara IV: 20 U dalam 1 IM atau IV (lambat): Oral atau rektal 400
pemberian awal 0,2 mg mg
L larutan garam
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM: 10 U

Dosis lanjutan IV: 20 U dalam 1 Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2-4 jam


setelah 15 menit setelah dosis awal
L larutan garam
Bila masih diperlukan,
fisiologis dengan
beri IM/IV setiap 2-4
40 tetes/menit jam

Dosis maksimal Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg (5 dosis) Total 1200 mg atau 3
per hari larutan fisiologis dosis
Kontraindikasi Pemberian IV secara Preeklampsia, vitium Nyeri kontraksi
atau hati-hati cepat atau bolus kordis, hipertensi
Asma
Mengapa dokter memberikan obat paracetamol?

 Farmakodinamik: Efek analgesik Parasetamol dan


Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat . Efek anti-
inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol
dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik.
Parasetamol merupakan penghambat biosintesis
prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan
perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini,
demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan
asam basa.(Mahar Mardjono 1971).
 Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih
kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan
Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui
efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya
mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang
menyebabkan Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi
nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini
menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini
menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa
prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian
prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu
oleh sebab lain, seperti latihan fisik. (Aris 2009).
Pemeriksaan laboratorium?

 PEMERIKSAAN PENUNJANG PERDARAHAN POSTPARTUM


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan

2. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterine

3. Kultur uterus dan vaginal


Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi

4. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih

5. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan
fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial
Apa saja kelainan pada masa nifas?

 Endometritis
 Infeksi yang paling sering ialah endometritis.
 Patofisiologi
 Kuman-kuman memasuki endometritis, biasanya pada luka insersio plasenta dan dalam
waktu singkat mengikuti seluruh endometrium, infeksi dengan kuman yang tidak
beberapa potogen radang terbatas pada endometrium. Jaringan desi dua bersama-sama
dengan bekuan dari menjadi nekrolis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas
keeping-keping nekrolis serta cairan. Infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran, penyebaran melalui pembuluh darah, septikemia
dan piemia.
 Penyebab :
Infeksi umumnya disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat patogen.
- Streptoeoceus baemolyticus golongan A – D sangat berbahaya 50 %.
- Dari semua kematian karena nifas.
- Septikomia kuman-kuman dan sarangnya di uterus langsung masuk ke dalam
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum dan dibawa oleh aliran darah
ke tempat-tempat lain antara lain : paru-pari, ginjal, jantung, dll, dan menyebabkab
terjadi abses.
 Penyebaran Melalui Jalan Limpe Dan Jalan Lain :
 Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limpe di dalam uterus langsung mencapai
peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan diantara kedua ligamentum
latum dan menyebabkan parametritis (Sellulisis Pelvika).
Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja (pelvio peritonilis). Peritonilis umum
merupakan komplikasi yang berbahaya dan mrupakan sepertiga dari sebab kematian infeksi.
 Patofisiologis :
Infeksi jaringan ikat pelvis dalap terjadi melalui tiga jalan, yakni :
1. Penyebaran melalui limpe dari luka serviks yang terinfeksi atau endometritis.
2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
3. Penyebaran sekunder dari tromboflebilis pelvik, proses ini dapat tinggal terbatas pada
dasar ligamentum latum/menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan.

Penyebaran Melalui Permukaan Endometrium


Salpingitis Ooforitis
- Kadang-kadang jaringan infeksi menjalar ketuba fallopii dan ovarium disini terjadi
salpingitis dan/ abfritis yang sukar dipisahkan dari polvio peritonitis
Gambar Klinis
- Infeksi pada perineum, pulva, vagina dan serviks
kelainan lain dalam nifas

 kelainan pada uterus


subinvolusi uterus
involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram
saat setelah bersalin menjadi 40 – 60 gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu disebut sub-involusi

 Penyebab :
 infeksi (endometritis)

 sisa uri

 mioma uteri

 bekuan2 darah, dsb

Penegakan diagnosis  palpasi : uterus teraba masih besar, fundus masih tinggi, lokia banyak, dapat
berbau dan terjadi perdarahan

Pengobatan :
 Memberikan injeksi methergin setiap hari ditambah dengan ergometrin peroral
 Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase
 Berikan antibiotika sbg pelindung infeksi
 Perdarahan nifas sekunder
 yaitu yang terjadi setelah > 24 jam postpartum dan
biasanya terjadi pada minggu kedua nifas.
Frekuensinya kira2 1% dari semua persalinan.
 Faktor2 penyebab :
-Sisa plasenta
-Mioma uteri
-Kelainan uterus
-Inversio uteri
-Mioma uteri
 Kelainan pada mamma
 Pembendungan air susu
Adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar2 tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada puting susu
Keluhan ibu  payudara bengkak, keras, panas, dan nyeri

Penanganan
 sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan2.
 Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara (bukan ditekan) dengan BH
 Sebelum menyusukan pengurutan dulu atau dipompa sehingga
sumbatan hilang
 Kalau perlu berikan stil bestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama
2-3 hari untuk membendung sementara produksi air susu
 Mastitis
 Adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman, terutama
Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui
peredaran darah

Pembagian mastitis :
 Yang berada dibawah areola mammae
 Ditengah areola mammae
 Mastitis yang lebih dalam antara payudara dan otot2

Keluhan2  Payudara membesar, keras, nyeri, kulit kemerahan dan


membisul(abses), dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya
cairan nanah bercampur air susu. Dapat disertai suhu badan naik dan
menggigil
Profilaksis : pemeriksaan ANC dan perawatan puting susu selama dalam
kehamilan
 Galaktokel
Air susu membeku dan terkumpul pada suatu bagian payudara menyerupai tumor kistik. Terjadi
karena sumbatan air susu. Hanya dengan pengurutan dan tekanan ketat pada payudara dapat hilang
sendirinya

 Kelainan puting susu


 Puting susu bundar dan menonjol
 Puting susu terbenam dan cekung sehingga menyulitkan bayi untuk menyusu. Bila tidak dapat
diperbaiki terpaksa air susu dipijat atau dipompa
 Luka puting susu, segera diobati dengan salep sememntara menunggu sembuh, air susu dipompa

 Jumlah air susu


 Tidak ada air susu (agalaksia)
 Air susu sedikit keluar (oligogalaksia)
 Air susu keluar melimpah ruah (poligalaksia)
 Air susu tetap keluar terus menerus dan dalam waktu lama walaupun sudah menyapih : galaktorea
 Pada sindrom Chiari-Fromme dijumpai trias yang terdiri dari galaktorea, amenorea, dan atrofi rahim
 kelainan – kelainan lain pada nifas
 Flegmasia Alba Dolens
 Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau
kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh
adanya trombosis atau embolus yang disebabkan :
 adanya perubahan atau kerusakan pada intima
pembuluh darah,
 perubahan pada susunan darah,
 laju peredaran darah, atau
 karena pengaruh infeksi atau venaseksi
Faktor predisposisi terhadap timbulnya trombosis :
 bedah kebidanan
 usia lanjut
 multi paritas
 varises
 infeksi nifas
Gejala :
 suhu badan naik
 pada daerah yang terkena dijumpai nyeri kaki dan betis bila
berjalan atau ditekan (tanda homan) disebut dolor; panas (kalor)
dan bengkak(tumor) yang kalau ditekan menjadi cekung
Penegakan diagnosis
 flebografi atau dengan ultrasonografi
 Necrosis pars anterior hipofisis postpartum
Necrosis pars anterior hipofisis (sindrom sheehan) terjadi tidak lama
sesudah persalinan sbg akibat syok karena perdarahan. Hipofisis
berinvolusi sesudah persalinan dan diduga bahwa pengaruh syok pada
hipofisis yang sedang dalam involusi dapat menimbulkan nekrosis pada
pars anterior. Nekrosis timbul pada syok yang disertai kelainan pembekuan
darah seperti pada eklampsia dan solusio plasenta
Tanda2 sindrom sheehan :
 Agalaktia
 Amenorea
 Gejala2 insufisiensi pada alat2 lain yang fungsinya dipengaruhi oleh
hormon2 pars anterior hipofisis (glandula tiroidea, glandula suprarenalis)
Pengobatan :
 Pemberian hormon2 untuk mengganti hormon2 yang tidak lagi atau
kurang dikeluarkan oleh glandula tiroidea, glandula suprarenalis, dan
ovarium

You might also like