You are on page 1of 18

Analisis Seleksi Butir

Soal Berdasarkan
Teori Tes Klasik

Kelompok 1
Dennis Sembiring
Fitri Sun Anjelika
Isti Ullfa Parinduri
Nur Adellah
Zulfahri Simanullang
Analisis Butir Soal
Analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh
perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.

Tujuan Analisis Butir Soal

1. Pertama, jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi untuk meneliti


pelajaran dari kelas.

2. Kedua, sebagai basis bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk tahun
berikutnya.
Pentingnya Analisis Butir Soal

Untuk mengetahui apakah butir-butir soal yang


disusun sudah berfungsi.

Sebagai umpan balik bagi siswa.

Sebagai umpan balik bagi guru

Sebagai acuan untuk merevisi soal.

Untuk memperbaki kemampuan dalam menulis soal.


Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Analisis tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal tes dari segi
kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah,
sedang dan sukar.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat soal

1. Abilitas yang diukur.

2. Sifat materi yang ditanyakan.

3. Bidang keilmuannya.

4. Bentuk soal.
Analisis Tingkat Kesukaran Soal
•Cara
  pertama, dengan rumus proporsi menjawab benar.

I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal


B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimasukkan
Kriteria
• 0,00- 0,30 = soal kategori sukar
• 0,31- 0,70 = soal kategori sedang
• 0,71- 1,00 = soal kategori mudah
Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Cara kedua, dengan menggunakan tabel Ross dan Stanley.
Persentase Option Kategori
2 3 4 5
16 0,16n 0,213n 0,24n 0,256n Mudah
50 0,50n 0,667n 0,75n 0,80n Sedang
84 0,84n 0,20n 1,26n 1,344n Sukar

Rumus
SR + ST
Kriteria
• 0 - 4,0 = mudah
• 5,0 - 7,0 = sedang
• 8,0 - ke atas = sukar
Analisis Tingkat Kesukaran Soal
•Cara
  Ketiga, menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK) :

Keterangan :
WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas
Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Contoh:
Guru fisika memberikan 10 pertanyaan pilihan berganda dengan komposisi 3 soal
mudah, 4 soal sedang dan 3 soal sukar. Jika dilukiskan, susunan soalnya adalah
sebagai berikut:
No. Abilitas yang Tingkat kesulitan No. Abilitas yang Tingkat Kesulitan
Soal diukur soal Soal diukur Soal
1 Pengetahuan Mudah 6 Sintesis Sukar
2 Aplikasi Sedang 7 Pemahaman Mudah
3 Pemahaman Mudah 8 Aplikasi Sedang
4 Analisis Sedang 9 Analisis Sedang
5 Evaluasi Sukar 10 Sintesis Sukar
Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Kemudian soal tersebut diberikan ke 20 orang siswa, dan tidak seorang pun dapat
mengisi seluruh pertanyaan tersebut. Setelah diperiksa, hasilnya adalah sebagai
berikut:
No Banyaknya siswa yang Banyaknya siswa yang Indeks Kategori Soal
Soal menjawab (N) menjawab betul (B)
1 20 18 0,9 Mudah
2 20 12 0,6 Sedang
3 20 10 0,5 Sedang
4 20 20 1,0 Mudah
5 20 6 0,3 Sukar
6 20 4 0,2 Sukar
7 20 16 0,8 Mudah
8 20 11 0,55 Sedang
9 20 17 0,85 Mudah
10 20 5 0,25 Sukar
Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Dari sebaran di atas, ternyata ada 3 soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang
semula diproyeksikan ke dalam kategori mudah, setelah di coba ternyata termasuk
ke dalam kategori sedang. Demikian juga soal nomor 4 yang semula
diproyeksikan sedang ternyata termasuk ke dalam kategori mudah. Soal nomor 9
semula diproyeksikan sedang ternyata termasuk ke dalam kategori mudah.
Sedangkan tujuh soal lainnya sesuai dengan proyeksi semula. Atas dasar tersebut,
ketiga soal itu harus diperbaiki kembali.

• Soal no. 3 diturunkan ke dalam kategori mudah.

• Soal no. 4 dinaikkan ke dalam kategori sedang

• Soal no. 9 dinaikkan ke kategori sedang.


Analisis Daya Pembeda
•Analisis
  daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes
tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah atau
rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya.
Cara Pertama, menggunakan rumus daya pembeda:
WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta yang gagal dari kelompok atas
n = 27 % x N
Kriteria
• 0,40 ke atas : butir soal yang sangat baik
• 0,30 - 0,39 : sedikit atau tidak memerlukan revisi
• 0,20 - 0,29 : butir soal memerlukan revisi
• 0,19 ke bawah : butir soal harus dieliminasi atau direvisi kembali
Analisis Daya Pembeda
•Cara
  Kedua, menggunakan rumus daya pembeda:

Keterangan :
DP = daya pembeda
WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta yang gagal dari kelompok atas
n = 27 % x N
Kriteria
• 0,40 ke atas : butir soal yang sangat baik
• 0,30 - 0,39 : sedikit atau tidak memerlukan revisi
• 0,20 - 0,29 : butir soal memerlukan revisi
• 0,19 ke bawah : butir soal harus dieliminasi atau direvisi kembali
Analisis Daya Pembeda
Contoh:
Tes pilihan ganda dengan option 4 diberikan kepada 30 orang siswa. Jumlah soal
15. Setelah diperiksa, datanya adalah sebagai berikut:
No. Soal SR ST SR-ST Ket

1 6 1 5
2 6 1 5
3 5 2 3
4 6 1 5
5 2 1 1
6 5 1 4
7 2 1 1
8 7 1 6
9 7 1 6
10 4 2 2
11 3 1 2
12 6 1 2
13 2 1 5
14 6 1 1
15 5 2 3
Analisis Daya Pembeda
Kriteria pengujian daya beda adalah bila SR-ST sama atau lebih besar dari nilai
tabel, artinya butir soal itu mempunyai daya pembeda. Dari data di atas, batas
pengujian adalah 5, yakni yang pertama dalam tabel di atas dengan jumlah N (28-
31), n = 8 pada option 4. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut.
Batas Nilai
No. Soal SR-ST Keterangan
Tabel
1 5 5 Diterima
2 5 5 Diterima
3 3 5 Ditolak
4 5 5 Diterima
5 1 5 Ditolak
6 4 5 Ditolak
7 1 5 Ditolak
8 6 5 Diterima
9 6 5 Diterima
10 2 5 Ditolak
11 2 5 Ditolak
12 5 5 Diterima
13 1 5 Ditolak
14 5 5 Diterima
15 3 5 Ditolak
Analisis Pengecoh
•Analisis
  pengecoh adalah mengkaji seberapa baik jawaban atau pilihan yang salah
tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci
jawaban yang tersedia.

Keterangan :
IP = indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = jumlah alternatif jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap
Analisis Pengecoh
Contoh :
50 orang peserta didik di tes dengan 10 soal bentuk pilihan-ganda. Tiap soal
memiliki 5 alternatif jawaban (a, b, c, d dan e). Kunci jawaban (jawaban yang
benar) soal nomor 8 adalah c. Setelah soal nomor 8 diperiksa untuk semua peserta
didik, ternyata dari 50 orang peserta didik, 20 peserta didik menjawab benar dan
30 peserta didik menjawab salah.
Alternatif jawaban a b c d e
Distribusi jawaban peserta didik 7 8 20 7 8
IP 93% 107% ** 93% 107%
Kualitas pengecoh ++ ++ ** ++ ++
Keterangan :
• ** : kunci jawaban, ++ : sangat baik, + : baik,
• - : kurang baik, _ : jelek, _ _ : sangat jelek
Analisis Pengecoh
Pada contoh di atas, IP butir a, b, d, dan e adalah 93%, 107%, 93% dan 107%.
Semuanya dekat dengan angka 100%, sehingga digolongkan sangat baik, sebab
semua pengecoh itu berfungsi. Jika pilihan jawaban peserta didik menumpuk pada
satu alternatif jawaban, misalnya seperti berikut :

Alternatif jawaban a b c d e

Distribusi jawaban peserta didik 20 2 20 8 0

IP 267% 27% ** 107% 0%

Kualitas pengecoh _ - ** ++ _
Analisis Pengecoh
Dengan demikian, dapat ditafsirkan pengecoh (d) yang terbaik, pengecoh (e) dan
(b) tidak berfungsi, pengecoh (a) menyesatkan, maka pengecoh (a) dan (e) perlu
diganti karena termasuk jelek, dan pengecoh (b) perlu direvisi karena kurang baik.
Adapun kualitas pengecoh berdasar indeks pengecoh adalah :

• Sangat baik IP = 76% - 125%

• Baik IP = 51% - 75% atau 126% - 150%

• Kurang baik IP = 26% - 50% atau 151% - 175%

• Jelek IP = 0% - 25% atau 176% - 200%

• Sangat jelek IP = lebih dari 200%

You might also like