You are on page 1of 14

PEWARNA PANGAN ERYTHROSINE

by Billiqis H dan Rinaldi S


Background
BTP Mutu Zat pewarna berdasarkan
sumbernya

Faktor – faktor yang memicu :

1. Cita rasa ALAMI SINTETIS


2. Tekstur
3. Nilai gizi
4. Sifat mikrobiologis Berasal dari bahan- Berasal dari bahan-
bahan alami bahan kimia

Tidak Harus
Warna
menimbulkan diperhatikan cara
Salah satu faktor sensorik yang efek samping bagi penggunaan dan
dipakai oleh manusia untuk menilai tubuh manusia efek sampingnya
suatu produk atau keadaan
lingkungan
ERITROSIN
Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri – ciri zat pewarna sintetis eritrosin?


2. Bagaimana kegunaan dari zat pewarna sintetis eritrosin?
3. Bagaimana resiko kesehatan dari penggunaan zat pewarna sintetis
eritrosin?
4. Bagaimana regulasi penggunaan zat pewarna sintetis eritrosin?

Tujuan

1. mengetahui ciri –ciri zat pewarna sintetis eritrosin.


2. mengetahui penggunaan zat pewarna sintetis eritrosin.
3. mengetahui resiko kesehatan dari penggunaan zat pewarna
sintetis eritrosin.
4. mengetahui regulasi penggunaan zat pewarna sintetis
eritrosin.
Discussions
Penggunaan zat pewarna untuk makanan
Kelebihan pewarna sintetis :
Diatur dalam SK Menteri
Kesehatan RI No. 1. Pilihan warna yang lebih banyak
722/MenKes/Per/VI/88 2. Mudah disimpan
mengenai bahan tambahan 3. Lebih tahan lama
makanan. 4. Warna yang lebih kuat
5. Stabil

Berdasarkan sifat kelarutannya

DYE Serbuk
LAKE
Butiran
Pasta / Cairan
Bersifat tidak larut Bersifat larut dalam
dalam air air
Discussions
Eritrosin / Red No 3
9-(o-karboksifenil)-6-hidroksi-2,4,5,7-tetraiodo-3-
isoxanthone monohidrat garam dinatrium
Senyawa
organoiodin, Memiliki massa molar 879,86 g/mol
khususnya Rumus kimia C20H6I4Na2O5
turunan dari Titik lebur 142-144°C
fluorone

Sintetis ceri-merah muda,


terutama digunakan untuk
pewarna makanan
Discussions
Mewarnai makanan

Pengunaan Obat gigi


Industri percetakan

Resiko Kesehatan Pengujian suatu bahan makanan

1. Penentuan dosis suatu bahan


2. Penentuan dosis maksimum yang dapat ditolerir
3. Pemberian makanan selama 90 hari

Menetapkan dosis / ambang batas wajar


penggunaan bahan tambahan makanan
untuk dikonsumsi manusia

Dampak pemakaian
Discussions
Dampak pemakaian

Positf Negatif

• Membuat suatu • Dikonsumsi dalam


makanan lebih jumlah kecil, namun
menarik berulang
• Meratakan warna • Dikonsumsi dalam Efek kronis
makanan jangka waktu lama
• Mengembalikan • Kelompok masyarakat
warna dari bahan luas dengan daya Kanker hati
dasar yang hilang tahan yang berbeda-
selama pengolahan beda
• Menggunakan bahan Dapat
pewarna sintetis
mengakibatkan
secara berleih
• Penyimpanan bahan
reaksi alergi pada
pewarna sintetis yang pernafasan,
tidak memenuhi hiperaktif, dan efek
persyaratan kurang baik pada
otak dan perilaku
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
722/MENKES/PER/IX/88 tentang bahan Tambahan Makanan, penggunaan
eritrosin didasarkan pada makanan yang akan diberi warna.
Tabel 1. Jenis Makanan dan Batas Penggunaan Eritrosin

No Jenis Bahan Pangan Batas Penggunaan


100 mg/kg produk akhir (total
1. Es krim dan sejenisnya
campuran pewarna 300mg/kg)
200 mg/kg, tunggal atau
2. Buah pir kalengan
campuran dengan pewarna lain
300 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan Ponceau 4R,
3. Buah prem (plum) kalengan
hanya untuk buah prem merah
atau ungu
200 mg/kg, tunggal atau
4. Selai dan jeli; saus apel kalengan
campuran dengan Ponceau 4R
30 mg/kg, tunggal atau
5. Udang kalengan
campuran dengan pewarna lain
30 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan pewarna lain,
6. Udang beku
hanya pada produk yang telah
dipanaskan
Yoghurt beraroma dan produk
27 mg/kg, berasal dari aroma
7. yang dipanaskan setelah
yang digunakan
fermentasi
8. Irisan daging 15 mg/kg
300 mg/kg, tunggal atau
9. Makanan lain
campuran dengan pewarna lain
Discussions
Tabel 2. Perbandingan antara ADI dan Jumlah yang Diserap Tubuh

Jumlah maksimum ADI


Perkiraan jumlah
maksimum yang
Zat pewarna
mg/70kg berat diserap tubuh
mg/kg (mg/hari/kapita)
badan

FD & C Red no. 3 1,25 87 1,9

ADI (Acceptable Daily Intake) adalah batasan berapa banyak


konsumsi BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang dapat
diterima dan dicerna setiap hari sepanjang hayat tanpa
mengalami resiko kesehatan. Kromatografi Kertas
(SNI, 01-2895-1992)
Identifikasi zat pewarna Analisa Kualitatif
sintetis
Analisa Kuantitatif
Spektrofotometri
UV-VIS (530 nm)
Discussions

Analisa Kuantitatif
Tabel 3. Eluen Pemisahan Campuran Zat Warna
Metode Kromatografi Kertas
Eluen Komposisi

Prinsip, zat warna n-Butanol – Asam asetat – Air 20 : 10 : 50


dalam contoh
makanan/minuman n-Butanol – Etanol – Air – NH4OH 50 : 25 : 25 : 10
diserap oleh benang
wool dalam suasana
asam dengan
pemanasan
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
Dilakukan kromatografi
kertas untuk
mengetahui jenis zat
pewarna umumnya
Discussions
Analisa Kuantitatif

Metode Spektrofotometri UV-VIS

Spektrometer
Mengukur
transmitansi, Menghasilkan sinar dari spektrum dengan
reflektansi dan panjang gelombang tertentu
absorbsi dari
Fotometer
cuplikan sebagai
fungsi dari panjang Menghasilkan intensitas cahaya yang
gelombang ditransmisikan atau yang diabsorbsi

Untuk mengukur energi cahaya secara


relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang

𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙) 1000 𝑔𝑟


𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑝𝑚 = 𝐾𝑢𝑟𝑣𝑎 𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝑥 𝑥 𝐹𝑃
1000 𝑚𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)
Conclussion
Eritrosin merupakan zat pewarna sintetis yang digunakan sebagai pewarna makanan
dan nama kimia 9-(o-karboksifenil)-6-hidroksi-2,4,5,7-tetraiodo-3-isoxanthone
monohidrat garam dinatrium yang memiliki massa molar 879,86 g/mol, rumus kimia,
C20H6I4Na2O5 , titik lebur 142-144°C, dan zat pewarna ini larut dalam air dan ethanol.

Eritrosin biasanya digunakan untuk mewarnai makanan (buah ceri maraschino


dalam toples), obat gigi (mengindikasi area adanya plak gigi), dan industri
percetakan (jenis tinta merah atau cherry-pink).

Mengonsumsi eritrosin dalam dosis tinggi dapat bersifat kasinogen, dapat


mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan (seperti nafas pendek, dada
sesak, sakit kepala, dan iritasi kulit), hiperaktif pada anak dan efek yang
kurang baik pada otak dan perilaku.

Di Indonesia, zat ini diperbolehkan penggunaannya dengan batas


penggunaan yang sudah diatur oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan.
TERIMA KASIH

GAMSAHAMNIDA

DANKE

THANK YOU
Daftar Pustaka
Atmatsir, S. 1998. Ilmu Gizi Dasar. Jakarta : Gramedia.
Cahyadi, W. 2008. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Guthrie, E. Frank., dan J. J. Perry. 1990. Introduction To Enviromental Toxycology.
United States of America : General Graphies Services Inc.
Murray, R. K., D. K. Granner., P. A. Mayes., dan V. W. Rodwell. 2005. Biokimia Harper.
Jakarta : EGC.
Price, S. A. dan L. M. Wilson. 1995. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses - proses
Penyakit). Jakarta : EGC.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.
Roe, F. J. R. 1970. Metabolic Aspect Of Food Safety. London : Blackwell Scientific.
Setyorini, D., S. Subiantoro., dan Selviawati. 2010. “Identifikasi Bahan Pewarna Dan
Pengawet Pada Saos Tomat Yang Beredar Di Kota Jember“. Stomatognatic
(J. K. G. Unej). Vol.7(1). Hal : 37- 44.
Sunarto. 2008. Teknik Pencelupan Dan Pengecapan. Jakarta : Pusat Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

You might also like