You are on page 1of 48

Tes Kompatibilitas dan

Pemeriksaan Laboratorium
Pada Reaksi Transfusi

Efrida, dr., SpPK., MKes


8 November 2017
Transfusi Darah
• Penggunaan darah atau komponen darah →
pengobatan dan pencegahan gejala penyakit
• Diberikan bila ada indikasi dan evaluasi
keadaan klinis (umur, derajat anemia, dll)
• Konsensus NIH (National Institute of Health):
Transfusi bila Ht < 21% atau Hb≤7g/dL (muda,
fungsi jantung dan paru bagus)
Transfusi darah banyak digunakan sejak
ditemukan:
- antigen golongan darah
- Metode penentuan golongan darah
- Tes kesesuaian darah donor terhadap resipien
Konsep terapi komponen darah meningkat:
- Seiring perkembangan pengawet darah
- Sistem kantong biokompatibel
- Perkembangan uji saring utk mencegah
transmisi penyakit (infeksi)
Pemeriksaan Laboratorium untuk
Persiapan Transfusi
Contoh Darah Resipien:
- Dalam spuit
- Minimal 2 mL/kantong darah
- Identitas pasien (lengkap)) ditempel pd spuit
- Berlaku 24 jam, setelah 24 jam harus dikirim
contoh darah yg baru
Formulir permintaan darah:
- Diisi lengkap
- Ditandatangani oleh dokter yg merawat pasien
Tes Kompatibilitas
• Rangkaian pemeriksaan/prosedur yang
dilakukan sebelum darah diberikan untuk
memastikan bahwa unit darah donor cocok
(kompatibel) dengan resipien
• Walaupun darah donor memiliki gol darah
ABO dan Rh yang sama dengan resipien, dapat
terjadi inkompatibilitas kr antibodi non-ABO
dan non Rh seperti anti-Kell, anti-Duffy, anti-
Kidd (delayed hemolytic transfusion reaction)
Tes Kompatibilitas
Tujuan:
1. Unit darah donor cocok dg resipien
2. Tidak ada reaksi pada pasien
3. Eritrosit donor mencapai usia maksimum setelah
diberikan
Meliputi: Prosedur praserologis, serologis, dan
pasca serologis
1. Prosedur praserologis
- pengumpulan spesimen, misal pelabelan
- meneliti catatan medis pasien
2. Pemeriksaan serologis, yaitu:
• golongan darah ABO dan Rh
• Skrining antibodi
• Cross match

3. Prosedur Pasca Serologis


- pelabelan unit darah yg tepat
- pemberian unit darah yg tepat
Pemeriksaan Golongan Darah

Prinsip pemeriksaan: memeriksa antigen pada


eritrosit menggunakan antibodi (antisera
komersial) yang sudah diketahui golongannya
(forward/cell grouping/identifikasi eritrosit)
serta memeriksa antibodi pada serum
berdasarkan antigen yg sudah diketahui
sebelumnya (backward/reverse/serum
grouping/identifikasi serum)
Pemeriksaan Golongan Darah
• Forward grouping harus sesuai dengan
backward grouping
• jika tidak sesuai atau golongan darah tidak
sesuai dengan hasil pemeriksaan sebelumnya

• Cek kembali alat, reagen, prosedur


• Ulangi pemeriksaan
• Bila hasil masih belum dapat disimpulkan:
minta darah baru, ulangi pemeriksaan
Metode Pemeriksaan Golongan Darah

1. Metode slide/tile
2. Metode tabung
3. Liquid-phase microplate
4. Solid-phase microplate
5. Column agglutination technique
Metode Slide/Tile
• Kualitas reagen yg digunakan harus baik
• Keuntungan: cepat, mudah, sederhana
• Kekurangan: aglutinasi lemah sulit diinterpretasi,
bila campuran reaksi mengeringagregasi
selpositif palsu
Metode Tabung
• Pembacaan mudah, sederhana
• Reaksi lemah terdeteksi dg inkubasi yg lebih
lama & sentrifugasi
• Bersih & higienis
Metode Tabung
Metode Gel/Column agglutination technique
Metode Gel/Column agglutination technique

• Antisera & darah lebih sedikit (ideal utk neonatus &


anak-anak)
• Hasil reaksi mudah dilihat dan
digradasi
Hasil stabil sp 48 jam, gel card
dapat difotocopy (pengarsipan)
Metode Microplate
• Kapasitas pemeriksaan besar, hemat waktu
• Volume antisera dan sel sedikit, hemat biaya
• Sistem otomatisasi, barcode, integrasi
penyimpanan data
Skrining Antibodi
Untuk deteksi antibodi yg secara klinis bermakna,
bereaksi pada suhu 370C, dapat menghancurkan
eritrosit donor (misal Ab Duffy, Kell, Kidd).
3 fase pemeriksaan pada skrining antibodi:
- immediate spin
- inkubasi 370C
- fase antiglobulin
Jika terdeteksi deteksi antibodi tsb dengan berbagai
jenis antigen eritrosit yang sdh dityping (panel
identifikasi)
Misal: anti-K + harus diberikan darah tanpa antigen K
Crossmatch (uji silang)
Terdiri atas: crossmatch mayor dan minor
Tujuan:
• Memastikan kompatibilitas ABO antara darah
donor dengan resipien
• Mendeteksi adanya reaksi antara antibodi
dalam plasma pasien dengan antigen pada
darah donor yang tidak terdeteksi dalam
skrining/typing (antigen irreguler)
Crossmatch mayor:
 uji antara serum resipien dengan eritrosit donor
 utk mengetahui ada tidaknya antibodi dalam
serum resipien yg dpt merusak eritrosit donor
Crossmatch minor:
• uji eritrosit resipien dengan serum donor
• utk mengetahui ada tidaknya antibodi dalam
serum donor yg dpt merusak eritrosit resipien
Gol darah ABO dan Rhesus resipien dengan donor
harus sama
Crossmatch dilakukan melalui 3 tahap:
1. Tahap 1: fase suhu kamar (Immediate spin)
2. tahap 2: fase inkubasi 370C
3. Antiglobulin (tes Coomb)
Bila skrining antibodi belum lengkap dilakukan atau
bila dalam serum terdapat antibodi yang
bermakna secara klinisseluruh fase dilakukan
Bila sebelumnya telah dilakukan skrining antibodi dan
tidak ditemukan antibodifase antiglobulin tidak
dilakukan (immediate spin saja untuk memastikan
kompatibilitas ABO)
Cross match
• Dalam keadaan darurat, jika hasil pemeriksaan
tahap 1 tdk ada aglutinasi atau hemolisis,
darah dpt ditransfusikan kpd pasien
sementara pemeriksaan tahap 2 dan 3
dilakukan
• Bila reaksi silang selanjutnya tdk cocok, dokter
yg merawat segera diberitahukan dan
transfusi segera dihentikan
- Crossmatch yang kompatibel tidak
menjamin bebas reaksi transfusi

- Sebagian besar mengurangi kemungkinan


terjadinya reaksi transfusi akut akibat antibodi
ABO dan mencegah reaksi yang disebabkan
antibodi non-ABO terhadap eritrosit resipien

- Crossmatch tidak mencegah terjadinya


delayed hemolytic transfusion reaction.
ABO incompatible:
- Terbanyak karena kesalahan prosedur
persiapan transfusi darah, paling sering adalah
kesalahan pemberian label pada contoh darah
pasien yang akan diuji gol darah dan uji silang,
kesalahan mencocokkan unit transfusi yang
seharusnya diberikan kepada pasien
- Kesalahan prosedur (proses uji silang)
Uji Antiglobulin (tes Coomb)
• Mendeteksi antibodi kelas IgG dan antibodi yg
dapat mengikat komplemen tetapi
kemampuannya utk bereaksi dg antigen pada
permukaan eritrosit tidak adekuat
• Menggunakan serum antiglobulin Coomb’s yg
mengandung anti IgG dan anti-komplemen
• Uji antiglobulin direk: mendeteksi antibodi yg
melapisi eritrosit invivo
• Uji antiglobulin indirek: mendeteksi antibodi
dalam serum dg jalan melapisi eritrosit invivo
Uji antiglobulin direk positif, ditemukan pada:

• Anemia hemolitik autoimun (primer/sekunder),


autoantibodi panas (warm)/autoantibodi dingin
(cold)
• HDN utk mendeteksi aloantibodi (antibodi ibu)
yg melapisi eritrosit bayi
• Reaksi transfusi hemolitik lambat
Uji Saring Terhadap Infeksi
Tujuan : memastikan supaya darah yang tersedia sedapat
mungkin bebas dari infeksi

Penyebab : HIV, Hepatitis B dan C, Malaria, dan Sifilis


(berbeda di tiap negara: penyebab infeksi terbanyak dan
dana)

Metode pemeriksaan :
• ELISA
• Aglutinasi partikel
• Uji cepat (imunokromatografi)
• Deteksi asam nukleat (NAT=nucleic acid test)
Istilah untuk penilaian uji saring:
• Positif/negatif → digunakan setelah hasil awal
dikonfirmasi dengan satu/lebih pengujian
• Reaktif/non reaktif → digunakan bila hasil
awal belum dikonfirmasi
• Samar-samar → hasil meragukan
(positif/negatif ?)
Terhadap donor:
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mengetahui riwayat infeksi, keluhan dan
gejala penyakit
- Uji saring secara laboratoris untuk
memastikan bahwa darah donor tersebut
tidak mengandung agen penyebab infeksi
Uji saring terhadap infeksi
- Hepatitis virus B dan C: hati-hati window
period
- Malaria: parasit malaria dalam darah
donor/karier tetap hidup dalam penyimpanan
4oC sampai 7 hari
- Preventif: seleksi donor berdasarkan
anamnesis yang teliti
- Sifilis: Treponema pallidum bertahan hidup
dalam darah suhu 4oC atau plasma -20oC
selama 48-72 jam
Uji saring terhadap infeksi
HIV/AIDS
Pencegahan:
• seleksi donor dengan seksama (pengguna
narkoba, sex bebas (homo/hetero seksual)
• tes penyaring HIV (bisa deteksi dini)
Komplikasi Transfusi
Kejadian yg timbul selama /setelah dan memang
ada hubungannya dg transfusi yg diberikan
meliputi:
1. Reaksi transfusi cepat (timbul selama
transfusi sampai 48 jam sesudahnya). Reaksi
ini tdd: panas, alergi, hemolitik,
bakteriemia/sepsis
2. Reaksi transfusi lambat (>48 jam setelah
transfusi)
Komplikasi transfusi
3. Circulatory overload
4. Transmisi infeksi
- hepatitis pasca transfusi
- malaria
- sifilis
- HIV/AIDS
Pemeriksaan Laboratorium pada
Reaksi Transfusi

1. Reaksi Transfusi:
- Reaksi Transfusi Hemolitik
- Reaksi Transfusi Non hemolitik
2. Transimisi Infeksi
3. dll: Hipokalsemia dan toksisitas sitrat
Reaksi Transfusi Hemolitik
• Terjadi lisis eritrosit donor oleh antibodi dalam
plasma resipien
• Etio: - Inkompatibilitas ABO atau Rh
- Penanganan unit darah yang tdk baik
(misal:pemanasan > suhu tubuh)
- Tercampur cairan infus/transfusi bersamaan
dg lar. Hipotonik)
- Kontaminasi oleh agen infeksi/bakterilisis
- tetesan cepat dg jarum infus yg kecillisis
Lab: Ulang uji kompatibilitas ABO dan Rh terhadap
darah donor dan resipien
Reaksi transfusi hemolitik
Reaksi transfusi hemolitik lambat:
• Reaksi antibodi dg antigen minor/irreguler eritrosit
donor

• Harus dicurigai bila:


- Tjd penurunan Hb yang tidak dapat dijelaskan
- ikterik, gagal ginjal dan perub. Biokimiawi
- Tes antiglobulin langsung (direct antiglobulin test)
(+) atau ditemukan alloantibodi pada sampel darah
resipien
Reaksi Transfusi Non-Hemolitik
• Tidak menyebabkan kerusakan eritrosit
• Reaksi Antibodi plasma resipien dengan
antigen yg berasal dari komposisi darah donor
(leukosit/plasma protein)
• Sering pada pasien dengan multiple
transfusion
• Manifestasi: urtikaria, reaksi febris, serum
sickness, oedem paru dan anafilaksis
Transmisi Infeksi
• HIV, Hepatitis B&C, malaria, sifilis, CMV
• Lab: uji saring terhadap infeksi

Hipokalsemia dan toksisitas sitrat


Lab: - Kalsium <0,8 mmol/L
- Alkalosis (pH >7,45)
- Bikarbonat plasma meningkat
Trombositopenia
• sering terjadi pada transfusi tukar
• Menggunakan darah simpan
• Lab:↓ jumlah trombosit (50-70%) dari sebelumnya
→ kegagalan hemostasis dan DIC
LABORATORY EXAMINATION ON DIFFICULTY WHILE / AFTER
TRANSFUSION AND THE MEASURE TO HANDLE IT

1. LABLE & ETIQUTTE Comparison yes/not be


mistaken ?
2. SAMPLE :
- After transfusion of patient’s blood
- Before transfusion of patient’s erythrocyte & serum
- Blood residue in bottle
- First 24 hours urine after the reaction of transfusion
2. SEROLOGIC TEST :
- Blood grouping test again (ABO & Rh)
- Patient’s blood grouping test before and after (ABO & Rh)
- Compatibility test of donor’s erythrocyte & patient’s serum
before and after transfusion
3. BIOCHEMISTRY TEST :
- After transfusion serum : • free Hb
• Bilirubine
- After transfusion urine : • Free Hb
• Bilirubine
4. BACTERIOLOGIC TEST :
- Donor’s blood bottle
- Blood residue bacteriologic test
Bakteriemia
• kontaminasi bakteri yg mampu hidup pd suhu
40C (E. coli, Proteus, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella pneumonia)
• Endotoksin kuman
• Darah keruh, plasma abu-abu/coklat
kehitaman, gumpalan kecil
• Diagnosis pasti: biakan darah penderita dan
sisa darah dlm kantung positif dg kuman yg
sama
Terima Kasih

You might also like