You are on page 1of 77

Materi Shalat 01

Matakuliah Pendidikan Agama Islam


Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Industri
Kuliah Ke 03

Umar Hidayat, M.Ag.


N.I.P : 145210502
NIDN : 9905001119
Materi sholat 01
• Pengertian Sholat
• Dasar Hukum Sholat
• Kaifiyah sholat
• Keutamaan Sholat Jama’ah
Pengantar

Shalat adalah perintah Allah Swt. dan ibadat yang paling


utama untuk membuktikan ke-Islaman seseorang. Untuk
mengukur keimanan seseorang, dapat dilihat kerajinan dan
keikhlasan dalam mengerjakan shalat. Shalat menjadi ukuran
amal. Jika shalatnya baik, maka baiklah segala amalan yang
lain, dan jika shalatnya itu rusak, maka rusak pula amalan yang
lain. Jelasnya apabila seseorang mengaku beriman, tetapi ia
tidak pernah mengerjakan shalat, maka pengakuannya tidak
dibenarkan oleh syara’. Islam memandang shalat sebagai tiang
agama dan intisari Islam terletak pada shalat, sebab dalam
shalat tersimpul seluruh rukun agama. Dan amal ibadah
yang pertama dihisab adalah shalat.
Pengantar
• Shalat adalah masalah besar.
• Shalat adalah rukun yang kedua dari rukun Islam.
• Shalat adalah masalah yang sifatnya tauqifiyyah, yaitu
menunggu dalil, harus sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


‫صلوا كما رأيتموني أصلي‬
“Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat.”
Kedudukan Shalat dalam Islam
1- Shalat adalah tiang Islam. Islam seseorang tidaklah
tegak kecuali dengan shalat.
2- Shalat adalah amalan yang pertama kali akan
dihisab. Amalan seseorang bisa dinilai baik
buruknya dinilai dari shalatnya.
3- Perkara terakhir yang hilang dari manusia adalah
shalat.
4- Shalat adalah akhir wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
5- Allah memuji orang yang mengerjakan shalat.
6- Allah mencela orang yang melalaikan dan malas-
malasan dalam menunaikan shalat.
Kedudukan Shalat dalam Islam
7- Rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat
syahadat adalah shalat.
8- Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril ketika beliau
melakukan Isra’ dan Mi’raj.
9- Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya untuk
memerintahkan keluarga mereka supaya menunaikan
shalat. Bahkan sejak usia 10 tahun
10.Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka
hendaklah ia mengqodhonya.
Pengertian Sholat
Menurut bahasa, shalat berarti do’a,
sedangkan secara terminologis makna
shalat adalah ibadah yang tersusun
dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir,
disudahi dengan salam, dan
memenuhi beberapa syarat yang
ditentukan.
Firman Allah Swt dalam surat al-
Ankabut ayat 45:
Artinya: ”Dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari perbuatan keji dan munkar.”
Pengertian Sholat
• Shalat adalah rukun Islam • “Amal seorang hamba pertama
yang wajib dilaksanakan kali di hisab pada hari kiamat
oleh setiap muslim. Shalat adalah shalat, apabila shalatnya
adalah tiang agama, sebaik- baik maka baik pula seluruh
baik amal, cahaya amalnya dan apabila shalatnya
rusak maka rusak pula seluruh
kehidupan seorang mukmin, amalnya“[Derajat hadits Shahih,
amal yang membawa HR Thabrani dalam al-Mu'jamul
keselamatan dunia dan Ausath II/512, No 1880]
akhirat, amal yang
membawa ketenangan hati
dan barokah, serta jalan
menuju surga.
• Beliau Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
Pengertian Sholat

• Shalat adalah hubungan antara hamba dan Rabb-nya


yang wajib dilaksanakan lima waktu sehari semalam,
sesuai petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam, sebagaimana dalam sabda beliau
• Sholat yaitu menghadap diri kepada Allah swt
sebagai ibadat, dalam bentuk beberapa perkata dan
perbuatan, yang di mulai dengan takbir kemudian di
akhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang
telah ditentukan syara’
Dasar Hukum Sholat
SHALAT
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu , sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al
Baqarah 2 :153)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,


mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di
sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
mereka bersedih hati. (Al Baqarah 2 :277)

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-


orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk .(Al Maa’idah 5:55)

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab dan


dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar .
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al ‘Ankabuut 29:45)
Dasar Hukum Sholat
• “Shalatlah, sebagaimana kalian melihat aku shalat“[Derajat
hadits Shahih HR Bukhari 631;6008;7246, HR Ad-Darimi I/286,
Ibnu Khudzaimah 397, dsb dari sahabat Malik bin al-Huwairits
radiallahu'anhu]
• Para ulama fiqh telah sepakat Syarat diterimanya ibadah ada
dua :
1. Ikhlas karena Allah Ta’ala (konsekuensi dari Kalimat syahadat
La ilahailallah)
2. Mengikuti contoh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam
(konsekuensi dari Muhammad Rasulullah)
Dalil sholat
• Surat Al-Haj ayat 77, Al-Baqarah ayat 43, Al-Ankabut ayat45, An-Nisa ayat
103, Al-Baqarah 238, Al-mu’minun ayat 1-2
• Surat Al-Haj ayat 77
• Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan.”
• Surat Al-Baqarah ayat 43
• Artinya: ”Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku
• Sabfa Rasulullah:
• Artinya: ”Islam ialah bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan
Muhammad utusan Allah, mengerjakan shalat lima waktu, memberikan
zakat, melakukan
• puasa pada bulan Ramadhan, dan menjalankan ibadat haji jika
mampu.” (H. R. Muslim dari Umar bin Khaththab)
• Shalat harus dilakukan dengan kedua syarat di atas
serta dikerjakan dengan khusyuk dan thuma’-ninah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
• “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
shalatnya“
[QS. al-Mu'minuun 1-2]
• Sebaliknya merugilah orang-orang yang lalai dari
shalatnya dan mengerjakannya dengan tidak khusyu’
dan thuma’ninah. Allah berfirman,
• “Maka celakalah orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dalam shalatnya“
[QS al-Maa'uun 4-5]
• Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,“Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang
mengerjakan shalat selama 60 tahun, tetapi tidak
ada satu shalat pun yang diterima darinya. Barangkali
ia menyempurnakan ruku’, tetapi tidak
menyempurnakan sujud, dan menyempurnakan
sujud tetapi tidak menyempurnakan ruku‘” [Derajat
Hadits Hasan, HR al-Ashbahani dari sahabat Abu
Hurairah Radiallahu 'anhu]
• Barangsiapa menjaga shalat yang lima waktu dengan
khusyu dan thuma’ninah serta dengan ikhlas dan
sesuai dengan contoh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam, maka pada hari kiamat ia akan mendapatkan
cahaya, petunjuk, dan keselamatan. Dan Allah akan
menjanjikannya untuk masuk surga.
Meninggalkan shalat
• meninggalkan shalat = kafir
• meinggalkan sekali-kali = sama sekali
• meninggalkan sama sekali = kafir, murtad
• kadang shalat, kadang tidak = tidak kafir/ fasik.
Dosa orang yang meninggalkan shalat besar.
Meninggalkan shalat
Ada dua macam orang yang meninggalkan shalat:

1. Orang yang meninggalkan shalat karena ia memang


dengan sadar mengingkari kewajiban shalat,
menyepelekan atau mencemoohkannya. Menurut ijma’
kaum muslimin orang yang seperti itu adalah kafir murtad
2. Orang yang meninggalkan shalat karena malas, sibuk
menenggelamkan diri di dalam soal-soal keduniaan,
tunduk kepada hawa nafsu dan bisikan setan. Menurut
Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Syafi’i, orang
yang seperti itu adalah fasik.. Sedangkan menurut Imam
Ahmad bin Hanbal, orang yang seperti adalah kafir mariq
(keluar dari agama Islam).
Keutamaan Sholat

1. Keutamaan sholat lima waktu: a. Mencegah


perbuatan keji dan mungkar b. Menghapus dosa-
dosa kecil

2. Keutamaan sholat sunah : a. Penyempurna sholat


wajib b. Membiasakan sholat sunah bisa menemani
rosulullah di surga

3. Keutamaan sholat berjamaah : a.Sholat berjamaah


lebih utama 27derajat dari sholat sendirian
Syarat, Rukun, dan Hal yang
Membatalkan Shalat
1. Syarat wajib shalat
a. Islam
Orang yang bukan Islam tidak diwajibkan shalat, berarti ia tidak
dituntut untuk mengerjakan shalat di dunia hingga ia masuk
Islam, karena meskipun dikerjakannya, tetap tidak sah.
b. Suci dari haid dan nifas
Sabda Rasulullah saw Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi
Hubasy,” Apabila datang haid, tinggalkanlah shalat.”
Dan telah diterangkan bahwa nifas ialah kotoran yang berkumpul
tertahan sewaktu perempuan hamil.
c. Berakal
d. Baligh
e. Telah sampai dakwah
f. Melihat atau mendengar
2. Syarat sah shalat
a. Suci dari hadas besar dan hadas kecil
Artinya: ”Allah tidak menerima shalat seseorang
diantara kamu apabila ia berhadas hingga ia
berwudhu” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
c. Menutup aurat
d. Mengetahui masuknya waktu shalat
e. Menghadap kiblat
3. 13 Rukun shalat
a. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan
shalat
b. Berdiri, bagi orang yang kuasa
c. Takbiratul ihram, Nabi saw bersabda: ”Kunci shalat adalah
bersuci, pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya
ialah memberi salam”.(H. R. Syafi’i, Abu Daud, Ibnu Majah,
Turmudzi)
d. Membaca surat Al-Fatihah, Dari Ubadah bin Shamit r.a. bahwa
Nabi saw bersabda: ”Tidak sah shalat bagi orang yang tidak
membaca Fatihatul Kitab”.
e. Ruku’ dan thuma’ninah
f. I’tidal dengan thuma’ninah
f. I’tidal dengan thuma’ninah
g. Sujud dua kali dengan thuma’ninah
h. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
i. Duduk untuk tasyahhud pertama
j. Membaca tasyahhud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi
l. Mengucap salam yang pertama
m. Tertib
3. Hal yang membatalkan shalat
1. Berhadats kecil maupun besar
Telah bersabda Rasulullah saw: “Allah tidak menerima shalat
salah seorang diantaramu jika ia berhadats sampai ia
berwudhu”. Maka berkatalah seorang laki-laki dari
Hadramaut: “Apa maksudnya hadats ya Abu Hurairah?”.
”Kentut atau berak”, ujarnya (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Terkena najis yang tidak bisa dimaafkan
3. Berkata-kata dengan sengaja selain bacaan shalat
4. Sengaja meninggalkan sesuatau rukun atau syarat shalat tanpa
’udzur
5. Tertawa terbahak-bahak
6. Bergerak tiga kali berturut-turut
7. Mendahului imam sampai dua rukun
8. Murtad
4. Sunnat-sunnat Shalat
1. Sebelum shalat, yaitu adzan dan iqamat
Artinya: “Dari Malik bin Huwarits ra. berkata: Telah
bersabda Rasulullah saw. kepada kami. Bila waktu
shalat telah datang, maka hendaknya salah
seorang di antara kamu melakukan adzan bagimu”.
(H. R. Bukhari dan Muslim)
Adzan dan iqamat itu disunnatkan hanya untuk shalat
fardlu saja. Adapun untuk shalat-shalat sunnat yang
disunnatkan untuk berjamaah seperti shalat ’Id,
Tarawih dan sebagainya, cukuplah dengan seruan:
4. Sunnat-sunnat Shalat
2. Dalam waktu melakukan shalat
2.a. Sunnat ab’ad, Yaitu perkara yang sunnat, tetapi jika
tertinggal karena kelupaan, harus diganti dengan sujud sahwi
pada penghabisan shalat.
Yang termasuk sunnat ab’ad ialah:
1) Membaca tasyahhud awwal.
2) Membaca shalawat pada tasyahhud awwal
3) Membaca shalawat atas keluarga Nabi pada tasyahhud akhir
4) Membaca qunut pada shalat Shubuh dan shalat Witir pada
pertengahan hingga akhir bulan Ramadlan
4. Sunnat-sunnat Shalat
2.b. Sunnat Hai’at
Adapun perkara-perkara yang termasuk sunnat hai’at antara lain:
1) Mengangkat kedua belah tangan samapai sejajar dengan daun
telinga, waktu takbiratul ihram, hendak ruku’, bangkit dari ruku’
dan waktu bangkit dari tasyahud awal.
2) Berdekap tangan, telapak tangan yang kanan di atas pergelangan
tangan kiri
3) Membaca do’a iftitah sehabis takbiratul ihram
4) Membaca ta’awwudz ketika hendak membaca Fatihah
5) Membaca Basmalah ketika hendak membaca Al-Fatihah
6) Membaca surat-surat Al-Qur’an pada dua raka’at permulaan
(raka’at pertama dan kedua) sehabis membaca Fatihah
7) Membaca Amin sesudah membaca Al-Fatihah
4. Sunnat-sunnat Shalat
8) Mengeraskan suara bacaan Fatihah dan surat raka’at pertama
dan kedua pada shalat Maghrib, ‘Isya dan Shubuh, kecuali
kalau dia menjadi ma’mum
9) Membaca takbir
10) Membaca tasbih ketika ruku’dan sujud
11) Membaca “Sami’allahu liman hamidah” dab membaca
“Rabbanaa lakal hamdu” ketika I’tidal
12) Meletakkan telapak tangan di atas paha pada waktu duduk
tasyahud awal dan akhir
13) Duduk iftirasy dalam semua duduk shalat
14) Duduk ”tawaruk” pada waktu tasyahhud akhir
15) Membaca salam yang kedua
5. Pembagian Shalat
1. Shalat fardlu
“ Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ra. Bahwasanya Nabi saw. Bersabda:
”Waktu Zhuhur itu ialah tatkala condong matahari (ke sebelah
barat) sampai bayang-bayang orang sama dengan tingginya
sebelum datang waktu ’Ashar; dan waktu ’Ashar selama
belum kuning matahari, dan waktu Maghrib sebelum hilang
awan merah (setelah terbenam matahari), dan waktu shalat
’Isya hingga tengah malam, dan waktu shalat Shubuh dari
terbit fajar hingga sebelum terbit matahari”. (H. R. Muslim)

Shalat-shalat fardlu itu ada 5 waktu: shubuh, dhuhur, asyar,


maghrib, dan isya
2. Shalat Sunnat
a. Shalat Tahajjud, yaitu shalat sunnat yang dilaksanakan pada malam hari
setelah shalat Isya (pada sepertiga malam) rakaatnya minimal 2.
b. Shalat Witir, yaitu shalat sunnat malam hari yang jumlah rakaatnya
ganjil, yaitu 1,3,5 dan seterusnya. Shalat Witir merupakan shalat
malam hari yang dilakukan paling akhir atau menutup shalat-shalat
malam hari.
c. Shalat rawatib, yaitu shalat sunnat yang dilakukan sebelum atau
sesudah shalat fardlu. Shalat sunnat rawatib yang dikerjakan sebelum
shalat fardlu disebut shalat sunnat Qabliyah, sedangkan shalat sunnat
rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardlu disebut shalat sunnat
Ba’diyah.
d. Shalat Istikharah, yaitu shalat dua rakaat yang dilakukan apabila ragu-
ragu untuk menentukan pilihan agar diberi petunjuk dalam
menentukan pilihan
e. Shalat Idul fithri dan Idul Adha, yaitu shalat sunnat dua rakaat pada hari
raya Idl dengan cara berjamaah. Shalat Idul Fithri dilakukan pada 1
syawwal, dan Idul adha pada 10 Zul Hijjah bagi orang yang tidak
menunaikan ibadah haji.
2. Shalat Sunnat
f. Shalat Gerhana, yaitu shalat dua rakaat yang dilakukan pada saat
gerhana matahari atau bulan dengan cara berjamaah
g. Shalat Tahiyatul Masjid, yaitu shalat sunnat dua rakaat yang
dilakukan pada saat memasuki masjid sebagai penghormatan
terhadap kemuliaan
h. masjid
i. Shalat Sunnat Syukrul Wudlu, yaitu shalat sunnat dua rakaat setelah
selesai melakukan wudlu.
j. Shalat Istisqaa, yaitu shalat sunnat dua rakaat secara berjamaah
untuk memohon agar Allah menurunkan hujan.
k. Shalat Dluha, yaitu shalat sunnat dua rakaat yang dilakukan pada
saat matahari naik.
l. Shalat Tarawih, yaitu shalat sunnat yang dilakukan pada malam bulan
Ramadlan secara berjamaah
m. Shalat Jenazah, yaitu menyalatkan mayat seorang muslim sebelum
dimakamkan.
6. Waktu yang Dilarang Untuk
Mengerjakan Shalat

1. Sesudah shalat Shubuh hingga terbit matahari agak tinggi


2. Ketika matahari sedang tepat di puncak ketinggiannya hingga
tergelincirnya. Kecuali pada hari Jum’at ketika orang masuk
Masjid untuk mengerjakan shalat Tahiyyatal Masjid
3. Sesudah ’Ashar hingga tebenam matahari
4. Ketika terbit matahari sehingga naik setombak/ lembing
5. Ketika matahari sedang terbenam, sampai sempurna
terbenamnya
Kaifiyah sholat
Tentang niat

Tujuan dari talafudz binniyah menurut


kitab-kitab fiqh ahlusunnah adalah :

1. Liyusaa’idallisaanul qalbu (“ Agar


lidah menolong hati”)
2. Agar menjauhkan dari was-was
3. Keluar dari khilaf orang yang
mewajibkannya
1. wajib qashad, artinya “sajahku Shalat”.
2. wajib ta’ridh lilfardhiyah, artinya menyebut kata “fardhu”
3. wajib ta’yin, artinya menentukan waktu “Zhuhur” atau “Ashar” atau
lainnya.
Syarat meng-qashar :
1. Bepergian yang bukan untuk tujuan maksiat
2. Jauh perjalanan minimal 88,5 km
3. Shalat yang di-qashar adalah ada' (bukan qadla') yang
empat rakaat.
4. Niat qashar bersamaan dengan Takbiratul Ihram.
5. Tidak boleh bermakmum pada orang yang shalat
sempurna (tidak di-qashar).
Syarat Jama' Takdim :
Orang yang sedang bepergian itu 1. Tertib, mengerjakan dua rakaat secara urut. Dhuhur
dibolehkan memendekkan shalat atau harus didahulukan tidak boleh dibalik dengan
meringkas shalat yang jumlah shalatnya mengerjakan Ashar dulu.
empat raka’at menjadi dua raka’at (shalat
2. Niat jama' yang dibarengkan dengan Takbiratul
qashar). Dibolehkan pula mengumpulkan
shalat dalam satu waktu, shalat Dhuhur Ihram shalat yang pertama, misalnya Dhuhur.
dengan Ashar atau Maghrib dengan Isya’ 3. Terus-menerus, antara dua shalat yang dijama' tidak
(shalat jama’). Sedangkan shalat Subuh boleh diselingi dengan ibadah atau pekerjaan lain.
tidak bisa diqoshor maupun dijama’ tapi Syarat Jama' Ta'khir :
untuk shalat Maghrib bisa dijama’ dan 1. Niat jama' ta'khir yang diwaktu shalat yang pertama.
tidak bisa diqoshor. 2. Mengerjakan shalat yang kedua ('Ashar atau Isya')
Men-jama' shalat ada 2. Bila dilakukan
masih dalam perjalanan. Bila dikerjakan ketika sudah
waktu shalat yang awal (misalnya Dhuhur
dan Ashar dilakukan pada waktu Dhuhur), sampai rumah, maka tidak boleh dijama' ta'khir.
maka dinamakan jama' takdim dan bila Menurut qaul shahih dalam jama' ta'khir tidak perlu
dilakukan pada waktu yang kedua (seperti disyaratkan tertib, muwalah (terus menerus)
Dhuhur dan Ashar dilakukan pada waktu dan dengan niat jama'.
ashar) maka disebut jama' ta'khir.
HUKUM MENJAMA’ SHOLAT JUM’AT
DENGAN ASHAR
Tidak diperbolehkan menjama’ antara shalat Jum’at dengan
shalat Ashar dengan alasan apapun baik musafir, orang sakit,
turun hujan atau ada keperluan lain. Walaupun dia adalah orang
yang diperbolehkan menjama’ antara Dhuhur dengan Ashar.
Hal ini disebabkan tidak adanya dalil tentang menjama’ antara
Jum’at dan Ashar, dan yang ada adalah menjama’ antara Dhuhur
dan Ashar dan antara Maghrib dan Isya’. Jum’at tidak bisa
diqiyaskan dengan Dhuhur karena sangat banyak perbedaan
antara keduanya. Ibadah harus dengan dasar dan dalil, apabila
ada yang mengatakan boleh maka silahkan dia menyebutkan
dasar dan dalilnya dan dia tidak akan mendapatkannya karena
tidak ada satu dalilpun dalam hal ini.
SHALAT JUM’AT BAGI MUSAFIR
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada shalat jum’at bagi
musafir, namun apabila musafir tersebut tinggal disuatu daerah yang
diadakan shalat Jum’at maka wajib atasnya untuk mengikuti shalat Jum’at
bersama mereka. Ini adalah pendapat imam Malik, imam Syafi’i, Ats
Tsauriy, Ishaq, Abu Tsaur, dll. (lihat AL Mughni, Ibnu Qudamah 3/216, Al
Majmu’ Syar Muhadzdzab, Imam Nawawi 4/247-248, lihat pula Majmu’
Fatawa Syaikh Utsaimin 15/370).
Dalilnya adalah bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila safar
(bepergian) tidak shalat jum’at dalam safarnya, juga ketika haji wada’,
beliau SAW tidak melaksanakan shalat Jum’at dan menggantinya dengan
shalat Dhuhur yang dijama’ dengan Ashar. (lihat Hajjatun Nabi SAW Kama
Rawaaha Anhu Jabir, karya Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani hal
73). Demikian pula para Khulafaur Rasyidin (4 khalifah) Radhiallahu Anhum
dan para sahabat lainnya serta orang-orang yang setelah mereka, apabila
safar tidak shalat Jum’at dan menggantinya dengan Dhuhur. (lihat Al
Mughni, Ibnu Qudamah 3/216).
Keutamaan Sholat Jama’ah
Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa shalat
berjama’ah adalah termasuk dari sunnah
Rasulullah dan para shahabatnya. Rasulullah
dan para shahabatnya selalu
melaksanakannya, tidak pernah
meninggalkannya kecuali jika ada ‘udzur
yang syar’i. Bahkan ketika Rasulullah sakit
pun beliau tetap melaksanakan shalat
berjama’ah di masjid dan ketika sakitnya
semakin parah beliau memerintahkan Abu
Bakr untuk mengimami para shahabatnya.
Para shahabat pun bahkan ada yang dipapah
oleh dua orang (karena sakit) untuk
melaksanakan shalat berjama’ah di masjid.
Pengertian

Shalat yang dilakukan secara bersama,


Shalat Berjama’ah dipimpin oleh yang ditunjuk sebagai
imamnya

Shalat Munfarid Shalat yang dilakukan secara sendirian


‘Abdullah Ibnu
Ummi Maktum
Dalil-dalil
1. Perintah Allah Ta’ala untuk Ruku’ bersama Orang-orang yang Ruku’
Dari dalil yang menunjukkan wajibnya shalat berjama’ah adalah firman
Allah Ta’ala (yang artinya): “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat serta ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (Al-
Baqarah:43).
Berkata Al-Imam Abu Bakr Al-Kasaniy Al-Hanafiy ketika menjelaskan
wajibnya melaksanakan shalat berjama’ah: “Adapun (dalil) dari Al-
Kitab adalah firman-Nya (yanga artinya): “Dan ruku’lah bersama
orang-orang yang ruku’.” (Al-Baqarah:43), Allah Ta’ala
memerintahkan ruku’ bersama-sama orang-orang yang ruku’, yang
demikian itu dengan bergabung dalam ruku’ maka ini merupakan
perintah menegakkan shalat berjama’ah. Muthlaqnya perintah
menunjukkan wajibnya mengamalkannya.” (Bada`i’ush-shana`i’ fi
Tartibisy-Syara`i’ 1/155 dan Kitabush-Shalah hal.66).
2. Perintah Melaksanakan Shalat Berjama’ah dalam Keadaan
Takut
Tidaklah perintah melaksanakan shalat berjama’ah dalam keadaan biasa
saja, bahkan Allah telah memerintahkannya hingga dalam keadaan takut.
Allah berfirman (yang artinya): “Dan apabila kamu berada di tengah-
tengah mereka (shahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(shalat) besertamu dan menyandang senjata”. (An-Nisa`:102).
Maka apabila Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk melaksanakan
shalat berjama’ah dalam keadaan takut maka dalam keadaan aman
adalah lebih ditekankan lagi (kewajibannya). Dalam masalah ini berkata
Al-Imam Ibnul Mundzir: “Ketika Allah memerintahkan shalat berjama’ah
dalam keadaan takut menunjukkan dalam keadaan aman lebih wajib
lagi.” (Al-Ausath fis Sunan Wal Ijma’ Wal Ikhtilaf 4/135; Ma’alimus Sunan
karya Al-Khithabiy 1/160 dan Al-Mughniy 3/5).
3. Perintah Nabi untuk Melaksanakan Shalat
Berjama’ah
Al-Imam Al-Bukhariy telah meriwayatkan dari Malik bin Al-Huwairits: Saya
mendatangi Nabi dalam suatu rombongan dari kaumku, maka kami tinggal
bersamanya selama 20 hari, dan Nabi adalah seorang yang penyayang dan
lemah lembut terhadap shahabatnya, maka ketika beliau melihat kerinduan kami
kepada keluarga kami, beliau bersabda (yanga artinya): “Kembalilah kalian dan
jadilah bersama mereka serta ajarilah mereka dan shalatlah kalian, apabila telah
datang waktu shalat hendaklah salah seorang di antara kalian adzan dan
hendaklah orang yang paling tua (berilmu tentang Al-Kitab & As-Sunnah dan
paling banyak hafalan Al-Qur`annya) di antara kalian mengimami kalian.” (Hadits
Riwayat Al-Bukhari no. 628, 2/110 dan Muslim semakna dengannya no. 674,
1/465-466).
Maka Nabi yang mulia memerintahkan adzan dan mengimami shalat ketika
masuknya waktu shalat yakni beliau memerintahkan pelaksanakannya secara
berjama’ah dan perintahnya terhadap sesuatu menunjukkan atas kewajibannya.
4. Larangan Keluar dari Masjid setelah
Dikumandangkan Adzan

Sesungguhnya Rasulullah melarang keluar setelah


dikumandangkannya adzan dari masjid sebelum melaksanakan
shalat berjama’ah. Al-Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu
Hurairah ia berkata: “Rasulullah memerintahkan kami, apabila
kalian di masjid lalu diseru shalat (dikumandangkan adzan-pent)
maka janganlah keluar salah seorang di antara kalian sampai dia
shalat (di masjid secara berjama’ah-pent) (Al-Fathur-Rabbani Li
Tartib Musnad Al-Imam Ahmad no. 297, 3/43).
Artinya: Rasulullah Saw. Bersabda: Shalat
berjama’ah lebih utama dari shalat sendirian dengan
27 derajat. (HR. Bukhari & Muslim)
Ada Imam (pemimpin Shalat)

Ada Makmum (pengikut/jama’ah


shalat)
Dikerjakan dalam satu majelis
(tempat)

Shalat Makmum sesuai dengan


shalat imam
Imam
Imam adalah orang yang memimpin shalat berjama’ah.

Syarat Imam:
Sudah baligh
Fasih dan hafal bacaan shalat
Bukan orang yang dibenci jama’ah
Mengetahui syarat dan rukun serta hal yang
membatalkan shalat

Imam pria untuk pria dan wanita, sedang


imam wanita, untuk wanita saja
Makmum
Makmum Adalah Orang Yang Mengikuti Imam Dalam Shalat Berjama’ah.

Syarat Makmum
Berniat Mengikut Imam

Tidak Mendahului Gerakan Imam

Shalatnya Sesuai Dengan Shalat Imam

Mengikut Imam Dalam Segala Gerakan Shalat

Berada Di Belakang Imam Dalam Satu Majelis (Tempat)

Tidak Bermakmum Kepada Imam Yang Batal Shalatnya


Macam-macam Makmum:

Makmum Muwafiq, yakni makmum yang tidak terlambat

Makmum Masbuk, yakni makmum yang terlambat

Makmum Mufarriq, yakn makmum yang menyalahi


gerakan Imam
Shalat-shalat yang bisa dikerjakan berjama’ah

1. Shalat Fardhu (Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib & Isya’)


2. Shalat Jum’at
3. Shalat Tarawih
4. Shalat Idul Fitri dan ‘Idul Adha
5. Shalat Jenazah
6. Shalat Istisqa (Minta Hujan)
7. Shalat Gerhana Bulan dan Matahari
8. Shalat Witir
1.Hujan
2.Angin topan/udara sangat dingin
3.Ketika makanan sudah terhidang dan perut
terasa lapar
4.Ingin buang air besar/kecil
5.Takut datangnya bahaya
6.Sakit
7.Setelah memakan makanan bau pada mulut
Hikmah Shalat
1. Shalat menghadap kiblat mengsiyaratkan bahwa Allah Maha
Esa, sehingga kita harus menghadap satu arah. Kiblat juga
lambang persaudaraan umat.
2. Setiap bacaan dalam shalat harus difahami benar dan harus
diaplikasikan ke dalam kehidupan (pribadi dan sosial).
3. Sujud pertrama melambangkan bahwa kita diciptakan dari
tanah dan sujud kedua melambangkan bahwa kita akan
kembali ke tanah.
4. Agar selalu mengingat Allah
5. Menjauhkan diri dari perbuatan keji
6. Memperoleh ketenangan jiwa
7. Sebagai aspek olahraga (gerakan shalat)
8. Sebagai aspek meditasi
9. Sebagai aspek saran kepribadian (Di Share Oleh : Arull **)
BUKU RUJUKAN TATACARA SHOLAT :
1. Sifat Sholat Nabi Edisi Revisi, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Penerbit : Media Hidayah, Yogyakarta, Cetakan Pertama, Terjemahan dari Kitab Shifatu Shalaati
an Nabiyyi Shallallahi ‘Alaihi wa Sallam min at-Takbiiri ilaa at Tasliimi Ka-annaka Taraahaa
2. Sifat Shalat Nabi, karya Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin, Penerbit : At Tibyan, Solo,
Terjemahan dari Kitab Shifatus Shalah
3. Sifat Sholat Nabi Shalalahu ‘alaihi wasalam dan Dzikir-dzikir Pilihan, karya Syaikh Muhammad
bin Shalih Utsaimin dan Syaikh Abdulaziz bin Baz, Penerbit : Pustaka Al Kautsar, Jakarta,
Cetakan ke-10, Terjemahan dari Kitab Fatawa Hammah wa Risalah fii Shifati Sholatin Nabii
Shalalahu ‘alaihi wasalam
4. Fikih Sunnah Jilid 1 dan 2, karya Sayyid Sabiq, Penerbit : PT. Al Ma’arif, Bandung, Cetakan ke-14,
Terjemahan dari Kitab Fiqhus Sunnah
5. Al Fiqhu lilmustawar raabi’il ibtida-i, silsilatul manahijid diraasah, Penerbit : Jum’iyatu Ihyaut
Turots Al-Islamii -Lajnah Junuubi Syarqi Asiya
6. Koreksi Total Ritual Sholat, karya Abu Ubaid Masyhur bin Hasan Mahmud bin Salman, Penerbit
: Pustaka Azzam, Jakarta, Cetakan ke-3, Terjemahan dari Kitab al Qaulul mubin fii akhta-il
Mushallin
7. Kumpulan Tulisan tentang Sholat, penyusun : Ustadz Abdul Hakim Abdat
8. Sifat Wudhu Nabi, karya Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin
9. Shalat karya Syeikh Abdullah bin Sholeh Al Ubailan
10. Tuntunan Shalat menurut Al-Quran dan As-Sunnah, karya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman
Jibrin, Penerbit At-Tibyan, Solo

You might also like