Professional Documents
Culture Documents
Goldxx
Goldxx
Metode sianidasi sejak 1860 Metode flotasi sejak 1930 Metode flotasi sejak 1960
Free Milling Refractory Complex
yielding over 90% yielding acceptable Those that is difficult to
recovery under recovery with the use of treat and give gold
conventional and significantly higher recoveries of less than
relatively chemical additions, mainly 90%, in some cases
straightforward associated with base-metal much less than 50%
flowsheet selection mineralization
b. Free gold dlm mineral kuarsa
a. Free gold
(free milling)
Photomicrographs
showing the mode
of occurrence of
microscopic gold.
(a) liberated;
Katoda : Ag2+ + 2e ―→ Ag
Anoda : 2H2O(l) ―→ O2(l) + 4H+(l) + 4e
• Tahap kedua: pada tahap ini emas yang
diperoleh dari proses elektrolisis perak di atas
dijadikan sebagai anoda, katoda menggunakan
emas murni sedangkan yang bertindak sebagai
elektrolit adalah larutan aurik klorida (AuCl3)
yang telah diasamkan dengan asam klorida.
Tailings
• Berkembang sebelum teknologi karbon aktif (pre-1980).
• Tidak efektif untuk bijih dengan grade emasnya rendah dengan kandungan
base metals (Cu, Pb, Fe) yang tinggi,
• Serbuk seng merupakan reagen yang terkonsumsi dalam proses presipitasi emas
dan perak. Konsumsi reagen ini merupakan komponen utama biaya operasi
pabrik.
• Sementasi dengan serbuk seng harus dilakukan dalam larutan yang diklarifikasi
(dijernihkan) dan dideaerasi (dihilangkan oksigen terlarutnya) terlebih dahulu →
Perlu thickener, filter, vacuum tower →peralatan lebih banyak .
• Karbon-in-pulp
• Ore dihancurkan, ditumbuk halus dan dicampur dengan larutan resapan sianida
untuk membentuk bubur dalam tangki agitasi. Karbon aktif dimasukkan ke
dalam bubur dan kemudian dihilangkan dengan penyaringan setelah terisi
penuh atau “pregnant" dengan emas.
• Carbon-in-leach
• Proses ini sangat mirip dengan proses CIP. Perbedaan utama terletak pada
persiapan bubur dan metode untuk menghilangkan emas dari lindi. Dalam
proses CIL, karbon dicampur dengan larutan lindi, bukan dengan pulp. Ini
adalah sistem yang sangat kurang abrasif yang berarti bahwa karbon
bertahan lebih lama daripada dalam proses CIP.
• Karbon-in-coloum
• Selama proses ini, larutan pencucian sianida melewati kolom yang diisi dengan
bijih. Proses ini sangat efektif untuk menghilangkan emas dari bijih berkadar
rendah.
• CIL → efektif untuk bijih yang cenderung preg-rob. Karbon aktif telah
ditambahkan dalam tangki pelindian. Contoh aplikasi: PT. Antam, UBPE
Pongkor.
• •Berbeda dengan Proses Merril-Crowe, proses CIP dan CIL dapat merecover
Au langsung dari lumpur (slurry).
• •Secara umum proses CIL mempunyai biaya modal (capital cost) yang lebih
rendah dari CIP karena proses adsorpsi dilakukan sekaligus dalam tangki
pelindian → jumlah tangki yang dibutuhkan lebih sedikit.
• Proses Merril Crowe memerlukan biaya (cost) yang lebih besar untuk proses
pemisahan solid-likuid dan klarifikasi (thickener, filter, clarifier) hingga diperoleh
filtrat jernih yang siap disementasi.
• Pada proses CIP dan CIL pemisahan solid dan liquid dilakukan dengan metode
pengayakan (screening) yang lebih murah.
• Kehilangan Au dari proses CCD sekitar 1% dari kadar Au di pregnant solution
(0.03 – 0.05 ppm) karena filtering dan settling yang tidak baik. Untuk proses CIP
dan CIL yang baik, kehilangan Au dapat ditekan hingga 0.01 ppm.
• Dibandingkan Proses Merril-Crowe, CIP dan CIL bisa mengolah bijih berkadar
Au lebih rendah.
• Proses yang digunakan dalam pemulihan resin mirip dengan
karbon, tetapi emas teradsorpsi ke manik-manik resin polistiren
berbentuk bola padat daripada butiran karbon aktif.
• Mempunyai kapasitas adsorpsi dan kinetika adsorpsi yang lebih baik dari karbon
aktif.
• Memiliki selektivitas adsorpsi terhadap base metals (Fe, Cu, Pb, Zn) yang lebih baik
• Resin penukar ion dapat langsung digunakan kembali sesudah proses tanpa perlu
diaktivasi kembali dengan proses pemanasan sebagaimana karbon aktif, sehingga
mengurangi biaya untuk proses pemanasan.
Sampel Limbah Bijih Emas Sampel yang telah Dikeringkan dan Digerus
3. Sampel yang telah diperoleh kemudian dimbil sedikit kemudian
dimasukkan ke dalam tempat sampel untuk dilakukan proses coating
dengan emas sehingga bisa dibaca SEM.
4. Setelah diperoleh hasil coating selanjutnya masuk ke peralatan
SEM untuk dilakukan analisis.
Penampakan Bijih Emas BE-2 Penampakan limbah Heap
sebelum diolah Leaching sampel HE-1
Penampakan limbah pengolahan
bijih emas dengan metode
Gelundung dengan menggunakan
air raksa
1. Dari identifikasi dengan SEM terlihat bahwa bijih emas berbasis
sulfide besi, hal ini dapat dilihat dari tingginya kadar besi dan
belerang sedang silika dan alumina rendah.
2. Unsur yang beracun yaitu Thulium yang terdeteksi cukup tinggi, hal
ini memang terjadi pada sampel emas berbasis sulfide.
3. Pada limbah hasil proses heap leaching unsur Thulium yang beracun
tidak terdeteksi, sedangkan pada limbah proses pengolahan bijih
emas dengan metode gelundung unsur Thulium masih terdeteksi.
4. Pada proses pengolahan bijih emas dengan metode gelundung ada
kecenderungan fraksi halus merupakan fraksi sulfide besi sedangkan
fransi kasar adalah silika-aluminat. Unsur Thulium dan logam tanah
jarang serta sulfur dan besi cendeung terikut ke fraksi halus.
5. Terjadi proses peningkatan kadar logam tanah jarang pada limbah
Heap Leaching maupun limbah dari proses pengolahan dengan
metode gelundung.