You are on page 1of 21

Praktikum

Farmakologi
Blok 19 Modul 3
OLEH :
KELOMPOK 5
ANGGOTA KELOMPOK

 Indah Milanti
 Wuri Noviar
 Emirra Ramadhani
 Pahroni
 Claudya Rhenta
 Ratna Selviana
 Dita Ambarsari
 Ermina Adriani
 Solehah Adipinastika
Skenario

 Seorang penderita beumur 23 tahun datang ke UGD RSU Abdul


Wahab Sjahranie dengan keluhan sesak nafas lima jam yang lalu.
Penderita sudah memakan berotec inhaler 2 kali dan diulang dua
kali dalam lima jam terakhir dan sudah minum napacin 2 tablet
tetapi tidak ada perubahan. Setelah diperiksa oleh dokter UGD
diketahui menderita status asmatikus.
Jenis-jenis obat yang digunakan untuk
penatalaksanaan status astmatikus, bentuk
sediaan obat dan dosis obat pada anak
dan dewasa, farmakodinamik dan
farmakokinetiknya
1.Agonis β2

 Pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis setiap jam, kemudian dapat


diperjarang pemberiannya setiap 4 jam bila sudah ada perbaikan
yang jelas. Sebagai alternatif lain dapat diberikan dalam bentuk
inhalasi dengan nebuhaler/volumatic atau secara injeksi. Bila terjadi
perburukan, diberikan drip salbutamol atau terbutalin.
 Anak : Inhalasi salbutamol 0,1-0,15 mg/kg berat badan/kali,
maksimal 5 mg/dosis, dapat diberikan 3 kali dengan interval 20
menit.
Inhalasi terbutalin 2,5 mg (1 respules)/kali.
Inhalasi fenoterol0,1 mg/kg berat badan/kali.
Farmakokinetik Farmakodinamik

 Rute : Oral, Inhalasi.  Bekerja selektif terhadap reseptor


β2 adrenergik. Stimulasi β2 di trakea
 β2 agonis tidak diabsirosi sempurna
dan bronkhi menyebabkan aktivasi
dalam GI, setelah diserap akan
dari adenilsiklase yang memperkuat
mengalami metabolisme di hati dan
perubahan ATP menjadi cAMP
terkonjugasi dengan glukoronat yang
sehingga akan menghasilkan
kemudian diekskresikan dalam urin.
beberapa efek melalui enzim
 Onset: Inhaler: 1 menit; Nebuliser: 5-30 fosfokinase yaitu bronkhodilatasi
menit; Oral: 15 menit dan penghambatan pelepasan
 Waktu paruh: 6 jam mediator oleh sel mast
2. Aminofilin (Golongan Xantin)

 Diberikan Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB


dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 20 menit.
untuk dosis penunjang 0,6 mg/kg BB/jam secara infus.
 Pemberian per drip didahului dengan pemberian secara bolus
apabila belum diberikan. Dosis drip aminofilin direndahkan pada
penderita dengan penyakit hati, gagal jantung atau bila penderita
menggunakan simetidin, siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi
diberikan pada perokok.
Farmakokinetik
 Absorbsi : pada pemberian oral obat ini cepat diabsorbsi dengan konsentrasi serum maksimal dicapai
setelah dua jam. Setelah melewati lambung, aminofilin akan didisosiasi menjadi teofilin dan
etilenediamine. Absorbsi dari teofilin sangat cepat, namun bisa dipengaruhi oleh adanya makanan.
 Distribusi : Teofilin terikat 49-73% dengan protein plasma dalam darah. Teofilin yang diberikan secara
intravena akan berikatan dengan protein plasma sekitar 49-62% pada 20 menit pertama, dan akan
meningkat hingga 53-73% setelah 3 jam.
 Metabolism : Aminofilin akan dimetabolisme menjadi teofilin. Dengan metabolit utamanya adalah asam
1-methylurik dan asma 3-methyluric. Metabolisme terutama terjadi di hati sitokrom P-450 menggunakan
microsomal enzim oksidase terutama CYP1A2 dan CYP3A3 isoenzim. Dimana kerja dari enzim ini sangat
dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk obat lain yang dikonsumsi bersamaan dengan aminofilin.
 Eksresi : Waktu paruh setelah disuntikan intravena berkisar antara 2,8-6,4 jam tergantung berat
badan pasien. Sedangkan waktu paruhnya jika diberikan secara oral adalah 3,9-13 jam. Ekskresi teofilin
sangat dipengaruhi oleh berat badan pasien, diet, medikasi lain yang diminum, kegiatan merokok dan
adanya penyakit awal seperti penyakit ginjal. teofilin akan lebih lambat dieksresikan pada pasien dengan
gagal jantung, edema paru, kor pulmonal, dan penyakit hati. Sebanyak 10% akan dieksresi melalui urine,
dan sisanya akan mengalami biotransformasi di hati. Eliminasi teofilin setelah melewati hati akan keluar
melalui feses, dan sisanya melalui ginjal bersama urine tanpa dirubah. Karena sangat bergantung
dengan keadaan pasien maka eliminasi dari teofilin sangat bervariasi rentang waktunya.
Farmakodinamik

 Blokade reseptor adenosin, bronkhodilatasi berhubungan dengan


hambatan fosfodiesterase terjadi pada konsentrasi tinggi.
3. Kortikosteroid

 Kortikosteroid dosis tinggi intravena diberikan setiap 2-8 jam


tergantung beratnya keadaan serta kecepatan respon.
Dewasa : Preparat pilihan adalah hidrokortison 200-400mg dengan
dosis keseluruhan 1-4 gr/24 jam. Sediaan lain yang juga dapat
diberikan sebagai alternatif adalah triamisinolon 40-80 mg,
deksametason/betametason 5-10 mg.
Anak : metilprednison 1mg/kgBB tiap 4-6 jam
Hidrokortison 4 mg/kg berat badan tiap 4-6 jam.
Deksametason 0,5-1 mg/kg berat badan bolus dilanjutkan dengan
1 mg/kg berat badan/hari tiap 6-8 jam.
Farmakokinetik

 Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorbsi


cukup baik. Untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam
cairan tubuh, ester kortisol dan derivat sintetiknya diberikan secara
IV
 Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan
ruang sinovial
 Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas
dapat menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks
adrenal. Pada keadaan normal 90 % kortisol terkait pada 2 jenis
protein plasma yaitu globulin pengikat kortikosteroid dan albumin
Farmakodinamik

 Meniadakan efek mediator seperti peradangan. Daya antiradang


ini berdasarkan blokade enzim fosfolipase A2 sehingga membentuk
mediator peradangan prostaglandin dan leukotrien dari asam
arakhidonat tidak terjadi. Kortikosteroid menghambat mekanisme
kegiatan alergen yang melalui IgE dapat menyebabkan
degranulasi sel mast juga akan meningkatkan reseptor β2 sehingga
efek βmimetik diperkuat.
4. Antikolinergik

 Iptropium bromide dapat diberikan baik sendiri maupun dalam


kombinasi dengan agonis β2 secara inhalasi nebulisasi,
penambahan ini tidak diperlukan bial pemberian agonis β2 sudah
memberikan hasil yang baik.
Farmakokinetik Farmakodinamik
 Dari sirkulasi darah, atropin cepat  Memblok efek pelepasan asetilkolin
memasuki jaringan dan kebnaykan dari saraf kolinergik pada jalan
mengalami hidrolisis enzimatik oleh nafas.
hepar. sebagian diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk asal. Atropin
mudah diserap,sebagian
dimetabolisme di dalam hepar dan
dibuang dari tubuh terutama melalui
air seni.Masa paruhnya sekitar 4 jam.
Penatalaksanaan untuk status astmatikus
(dosis dan cara pemberian) untuk
penderita tersebut
 Pemberian oksigen
Oksigen 2-4L/menit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi
 Agonis β2
Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis setiap jam, kemudian
dapat diperjarang pemberiannya setiap 4 jam bila sudah ada perbaikan yang jelas.
Sebagai alternatif lain dapat diberikan dalam bentuk inhalasi dengan
nebuhaler/volumatic atau secara injeksi. Bila perburukan, diberikan drip salbutamol
atau terbutalin. Bisa dikombinasikan dengan Iptopium bromid.
Lanj.

 Pemberian aminofilin, dengan ketentuan :


 Jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, diberikan
aminofilin dosis awal sebesar 6-8 mg/kgBB dilarutkan dalam dekstrosa
5% atau garam fisiologis sebanyak 20 ml, diberikan dalam 20-30 menit
 Jika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam),
dosis yang diberikan adalah setengah dosis inisial
 Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah diukur dan dipertahankan
sebesar 10-20 mcg/ml
 Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0.5-1
mg/kgBB/jam
 Jika telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6 jam,
sampai dengan 24 jam
 Pemberian kortikosteroid
Hidrokortison iv 200-400 mg dengan dosis keseluruhan 1-4 gram/24 jam.
Alternatif :
Triamsinolon iv 40-80 mg, deksametason/betametason 5-10 mg.
predniso atau prednisolon 30-60 mg/hari secara oral
3. Edukasi yang harus diberikan pada
penderita
 Edukasi mengenai asma yang diderita pasien dan perawatan
lanjutan atau follow-up, informasi mengenai perawatan atau
pengobatan maintenance, monitoring dan kontrol terhadap
lingkungan pasien adalah sangat penting.
 Edukasi tentang kebugaran fisik dan perbaikan gaya hidup
 Edukasi tentang faktor pencetus yang harus dihindari
TERIMA KASIH

You might also like