You are on page 1of 16

Pemeriksaan

diagnostic pada
HIV/AIDS

YENI FEBRIANTI,S.KEP
Pemeriksaan HIV pada laboratorium dilakukan untuk keamanan tranfusi
dan transplantasi, surveilans maupun diagnostic, dan pemantauan terapi.
 Tujuan :
Melakukan pemeriksaan terkait HIV meliputi pemeriksaan HIV, EID (Early
infant diagnosis) dan pemantauan terapi (pemeriksaan jumlah limfosit
CD4,viral load, dan efek samping terapi).
 Bahan, reagensia, alat dan prosedur pemeriksaan
a.Bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan dapat berupa serum, plasma, whole blood, Dried
Blood Spot (DBS) sesuai dengan petunjuk dari reagensia yang dipakai.
Serum diperoleh setelah dilakukan pemisahan dari sel darah dengan cara
sentrifugasi terhadap darah yang telah beku (Clotted Blood).
b. Reagensia
Reagensia berprinsip imunokromatografi atau aglutinasi (rafid test)
dilakukan pada semua sarana pelayanan laboratorium tingkat dasar
seperti pusat kesehatan masyarakat, klinik, laboratorium klinik pratama
dan pelayanan tingkat sekunder seperti laboratorium rumah sakit
kabupetan/kota, laboratorium klinik madya. Bagi laboratorium rujukan
tertier, misalnya laboratorium RS kelas A,B ,laboratorium rumah sakit
swasta setingkat rumah sakit kelas B dan C dengan beban kerja yang
cukup dianjurkan menggunakan metoda EIA (Enzyme Immuno Assay).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan reagensia yang akan dipakai :
1. Reagensia yang dipilih didasarkan pada sensitivitas
dan spesifisitas tiap jenis reagensia
2. Kombinasi regensia yang benar adalah bila hasil
indeterminate atau ketidaksesuaian hasil pada salah
satu atau lebih dari ketiga pemeriksaan <5%
3. Prinsip tes dari reagen 1,2 dan 3 tidak sama
4. Pemilihan jenis reagensia (EID atau rafid test) harus
didasarkan pada : sarana dan prasarana, waktu,
jumlah specimen dan masa kadaluarsa.
c. Peralatan
1. alat –alat keamanan dan keselamatan kerja petugas (jas lab,
sarung tangan, googles dan safety cabinet class IIB)
2. alat persiapan dan penyimpanan bahan pemeriksaan (lemari
pendingin, sentripus,pipet,vortex mixer)
3.alat-alat pemeriksaan (pipet, pencatat waktu, incubator,
pembaca (EIA reader) yang terkaliberasi dan pencuci yang
berfungsi baik
d. Prosedure pemeriksaan terkait HIV
masing-masing prosedure harus tertulis dalam standar operasional
prosedure, yang selalu dilakukan update, sesuai dengan
reagensia yang dipakai saat tersebut.
Jenis pemeriksaan laboratorium HIV dapat berupa:
1. Uji Serologis
 Rapid test
- Reagen yang sudah dievaluasi oleh institusi yang ditunjuk
Kementerian Kesehatan, dapat mendeteksi baik antibodi
terhadap HIV-1 maupun HIV-2.
- Rapid test membantu diagnosis dini secara cepat seseorang yang
terinfeksi HIV kurang dari 30 menit sehingga terapi dapat segera
dilakukan.
- Tidak membutuhkan sarana yang rumit dan mahal.
- hasil reaktif dan non reaktif
 Enzyme immune assay (EIA):
- untuk mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2
- prinsip Reagensia EIA hanya bisa dilakukan pada laboratorium
yang mempunyai fasilitas untuk melakukan pemeriksaan tersebut
karena menggunakan alat EIA reader untuk membaca hasil dan
peralatan mikropipet.

 Western Blot: konfirmasi pada kasus yang sulit


2. Uji Virologis /viral load
 HIV DNA kualitatif: untuk diagnosis pada bayi.
 HIV RNA kuantitatif : untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah dan
dapat digunakan untuk pemantauan terapi ARV pada dewasa dan
diagnosis pada bayi jika HIV DNA tidak tersedia.
 Dimonitoring secara berkala setiap 6 (enam) bulan sampai satu tahun.
 Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kegagalan ART lebih dini
dibandingkan bila menggunakan monitoring secara
klinis/pemeriksaan limfosit CD4.
3. CD4: untuk mengukur status imunodefisiensi sebagai petunjuk dini
progresivitas penyakit karena jumlah CD4 menurun lebih dahulu
dibandingkan kondisi klinis pasien. Pemantauan CD4 dapat digunakan
untuk memulai pemberian ART atau penggantian obat.
Strategi pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO :
A. Strategi I
- serum / plasma diperiksa dengan satu jenis reagensia EIA/Rapid Test. Serum
yang reaktif dianggap mengandung antiHIV, sedangkan serum yang
nonreaktif dianggap tidak mengandung antiHIV.
- strategi ini dipakai untuk menyaring darah donor dan produk darah lain,
transplantasi, serta surveilans pada daerah dengan perkiraan prevalensi
infeksi HIV >10%
B. Strategi II
- Serum/plasma diperiksa untuk pertama kali dengan reagensia EIA/Rapid test
- apabila hasil reaktif pada pemeriksaan pertama dilanjutkan reagensia EIA/Rapid test
Kedua yang memiliki asal antigen yang berbeda dari yang dipakai pertama.
- bahan pemeriksaan yang memberi hasil reaktif pada kedua pemeriksaan dianggap
mengandung antiHIV
- bahan pemeriksaan yang memberikan hasil nonreaktif pada pemeriksaan kedua harus
diperiksa ulang dengan kedua reagensia yang sama
- apabila ditemukan hasil yang tidak sama antara kedua reagensia pada pengulangan antara
reagensia pertama dan kedua menunjukkan hasil reaktif atau nonreaktif dilaporkan sebagai
indeterminate
A1

A1 positif A1 negatif

A1
A1 pos, A2 neng
A1 pos, A2 pos

Ulangi
a1 neg, A2 neg
A1 & A2

A1 pos, A2 pos A1 pos, A2 neg

Lapor sebagai Lapor sebagai Lapor sebagai


“Reaktif” “Indeterminate” “Non Reaktif”
C. Strategi III
- sama seperti strategi II
- pada strategi ini diperlukan pemeriksaan ketiga Bila hasil pemeriksaan kedua reaktif atau
pada pemeriksaan ulang dengan reagensia pertama tetap reaktif dan pemeriksaan
reagensia kedua negatif.
- ketiga reagensia yang dipakai pada strategi ini harus memiliki asal antigen/prinsip test
yang berbeda
- bahan pemeriksaan yang memberikan hasil reaktif pada ketiga pemeriksaan dianggap
mengandung antiHIV.
- bahan pemeriksaan yang memberikan hasil yang tidak sesuai pada pemeriksaan
kedua,atau reaktif pada pemeriksaan pertama dan kedua namun nonreaktif pada
yang ketiga dilaporkan indeterminate.
Pemeriksaaan untuk diagnosis HIV dilakukan dengan tes antibodi menggunakan
strategi III (pemeriksaan dengan menggunakan 3 jenis tes antibodi yang berbeda
sensitivitas dan spesivisitasnya). Kombinasi 3 reagen rapid test HIV dapat digunakan
untuk tujuan diagnosis. Reagen yang dipilih didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas
tiap jenis reagen. Untuk diagnosis pasien tanpa gejala harus menggunakan strategi III
dengan persyaratan reagen sebagai berikut :
1. Sensitvitas reagen pertama ≥ 99%
2. Spesifisitas reagen kedua ≥98% dan lebih tinggi dari spesifisitas reagen pertama
3. Spesifisitas reagen ketiga ≥99% dan lebih tinggi dari spesifisitas reagen pertama
dan kedua
4. Asal antigen atau prinsip tes dari reagen 1,2,dan 3 tidak sama
5. Kombinasi reagen dengan hasil indeterminate ≤ 5%
Interpretasi hasil dan tindak lanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Positif:
- bila hasil A1, A2, dan A3 reaktif
- tindak lanjut : Dirujuk untuk pengobatan HIV
2. Negatif:
- bila hasil A1 non reaktif
- bila hasil A1 reaktif, pengulangan A1 dan A2 non reaktif
- bila Salah satu reaktif, tapi tidak ada risiko
- tindak lanjut : bila hasil negative dan berisiko, dianjurkan pemeriksaan ulang minimum 3 bulan, 6
bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan pertama sampai satu tahun. bila hasil negative dan tidak
beresiko dianjurkan perilaku hidup sehat.
3. Indeterminate:
- bila dua tes reaktif
- bila hanya satu tes reaktif dengan risiko atau pasangan berisiko
- tindak lanjut : Tes perlu diulang dengan specimen baru setelah 2 minggu dari pemeriksaan yang
pertama. jika hasil tetap indeterminate, lanjutkan dengan pemeriksaan PCR. Jika tidak ada PCR,
rapid test diulang 3, 6, dan 12 bulan dari pemeriksaan yang pertama. Jika sampai satu tahun hasil
tetap indeterminate dan faktor risiko rendah, hasil dapat dinyatakan sebagai negatif.
TERIMA KASIH

You might also like