You are on page 1of 69

Kusta

- dr. Nurachmat Mulianto, Sp.KK -


Kusta
• Sinonim: LEPRA = MORBUS HANSEN

• Definisi:
– Peny inf kronik
– Disebabkan : Mycobacterium leprae
– Saraf perifer, kulit, mukosa tr. resp atas
 organ lain, kec : saraf pusat
Epidemiologi
• Cara penularan: ???
– Anggapan : kontak langsung antar kulit lama dan
erat
• Masa tunas:
– Bervariasi
– 40 hr – 5 th (Ada yg mengatakan samp 10 th
bahkan bisa samp 40 th)
– Penyebaran  o/ orang yang terinfeksi
Morbus Hansen
• Bukan penyakit turunan
• Semua umur
• Frek tertinggi umur 25 – 35 th
• Anak-anak < 14 th. ± 13 %
• BTA ditemukan di kulit, folikel rambut,ASI 
jarang pada kel. keringat, sputum, urin
Komplikasi

Ulserasi Sosial
Menyeramkan &
Mutilasi ditakuti  dampak: Psikologis
(STIGMA)
Deformitas
Ekonomis
SITUASI INDONESIA 2014

17.025 kasus

High endemic (prev >1/10,000 population)


INDONESIA mrkn urutan ke 3
Low endemic (prev< 1/10,000 population ) Setelah India dan Brazil
TREN KASUS KUSTA 2000-2014

DISABILITY GRADE 2 CHILD NEW CASES MB CASES


YEAR REGISTERED CASE NEW CASES
TOTAL % TOTAL % TOTAL %
2000 17.539 14.697 1.231 8,38 1.499 10,20 11.267 76,66
2001 17.712 14.722 1.300 8,83 1.466 9,96 11.314 76,85
2002 19.855 16.253 1.251 7,70 1.449 8,92 12.398 76,28
2003 18.337 15.913 1.275 8,01 1.676 10,53 12.223 76,81
2004 19.666 16.572 1.430 8,63 1.763 10,64 12.957 78,19
2005 21.537 19.695 1.722 8,74 1.790 9,09 15.639 79,41
2006 22.763 18.300 1.575 8,61 1.905 10,41 14.750 80,60
2007 21.430 17.723 1.527 8,62 1.824 10,29 14.107 79,60
2008 21.538 17.441 1.668 9,56 1.987 11,39 14.328 82,15
2009 21.026 17.260 1.812 10,50 2.073 12,01 14.227 82,43
2010 19.741 17.012 1.822 10,71 1.904 11,19 13.734 80,73
2011 23.169 20.023 2.025 10,11 2.452 12,25 16.099 80,40
2012 22.390 18.994 2.131 11,22 2.191 11,54 15.703 82,67
2013 19.755 16825 1.677 9,97 1.996 11,86 14.038 83,44
2014 19.949 17.025 1.596 9,37 1.894 11,12 14.213 83,48

7
ANGKA CACAT TK 2 2008-2014*

10.00

8.00
7.27 7.86 7.73 8.40 8.71
6.00 6.82 6.33

4.00

2.00

0.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Angka cacat tk. 2 (per 1.000.000 penduduk)

8
Etiologi dan Patogenesis
• Mycobacterium leprae
• Basil tahan asam
• Positif gram
• Ukuran 3 – 8 Um x 0,5 Um
• Biakan medium artifisial (-)

BTA  masuk ke dalam tubuh : rentan -/+


TIDAK SAKIT
SAKIT  gejala klinis  tipe ?  CMI
CMI  : tuberkuloid
CMI  : lepromatosa
Klasifikasi
• Ridley & Jopling : TT, BT, BB, BL dan LL

• Madrid : Tuberkuloid, Borderline, Lepromatosa

• WHO : Pausibasiler ~ sedikit basil : TT, BT, I


Multibasiler ~ banyak basil : BB, BL, LL
Gambaran Klinis
Kelainan Kulit
• Bentuk : makula, infiltrat, papul, nodus
• Jumlah : satu, beberapa, banyak
• Distribusi : simetris, asimetris
• Permukaan : halus, berkilat, kering bersisik
• Batas : jelas, tidak jelas
• Anastesia : jelas, tidak jelas, tidak ada
MORBUS HANSEN / LEPRA 9

DIAGNOSIS
TANDA KARDINAL
a) Bercak kulit yang mati rasa
b) Penebalan saraf tepi
c) Ditemukan kuman tahan asam
Imunologi Morbus Hansen 10

Sumber : Abulafia dan Vignale, 1999


Tanda awal lepra
Gambaran Klinis
Saraf Perifer
• N. fasialis
Perlu dinilai
• N. aurikularius magnus
• N. ulnaris 
• N. medianus
- Pembesaran
• N. radialis
- Konsistensi
• N. poplitea lateralis -Nyeri +/-
• N. tibialis posterior
GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGI 11

INDETERMINATE
KLINIS HISTOPATOLOGI

Didapatkan kuman atau infiltrat sekitar saraf


GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGI 11

TUBERKULOID
KLINIS HISTOPATOLOGI
GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGI 12

BORDERLINE TUBERKULOID
KLINIS HISTOPATOLOGI

Gambaran histopatologis nampak


zona jernih subepidermal, sel
epiteloid dikelilingi sebukan limfosit,
dan nampak beberapa sel raksasa
langhans

Lesi satelit
GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGI 13

MID.BORDERLINE
KLINIS HISTOPATOLOGI
granuloma epiteloid tanpa dikelilingi
limfosit, terdapat zona subepidermal,
tidak didapatkan sel raksasa langhans,
serta BTA dapat dijumpai dalam
jumlah sedang

Lesi punched out


GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGI 14

BORDERLINE LEPROMATOSA
KLINIS HISTOPATOLOGI

granuloma histiosit dengan beberapa


sitoplasma berbuih, sebagian
berbentuk epiteloid. BTA dapat
dijumpai dalam jumlah cukup banyak

punched out like


GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGI 15

LEPROMATOSA
KLINIS HISTOPATOLOGI

infiltrat pada dermis terdiri atas sel buih


yang banyak mengandung M. leprae.
Kadang dijumpai zona jernis subepidermal,
jumlah limfosit tidak begitu banyak

Kanan kiri
Berbagai cara pemeriksaan untuk
mengetahui kerusakan fungsi saraf tepi
:
Tes sensoris: rasa raba dengan kapas yang
dipilin ujungnya, rasa nyeri dng jarum
pentul, rasa suhu dengan tabung reaksi
Tes otonom: melalui tes anhidrosis, Tes
Gunawan dengan pensil tinta, tes
pilocarpin daerah anestesi tidak akan
berkeringat setelah injeksi pilocarpin
Tes motoris, VMT (voluntary muscle test)
dan selalu bandingkan kanan dan kiri
anggauta tubuh
Pmx n. ulnaris pmx n. medianus pmx n. tibialis posterior
Tes motorik (Paresis / Paralisis)
Morbus Hansen

KERUSAKAN SARAF

Sensoris Motoris Otonom

Anastesi paresis/paralisis kulit kering


Kusta Tipe Neural
• Lesi kulit tidak ada / tidak pernah ada
• Pembesaran saraf 1 atau lebih
• Anastesia dan atau paralisis, atrofi otot
• Bakterioskopik (-)
• Tes Mitsuda umumnya (+)

– Diagnosis sulit  anjuran biopsi saraf


Kusta Histoid

• Variasi lesi tipe lepromatosa

• Klinis : nodus berbatas tegas, keras

• Bakterioskopik : positif tinggi

• Terjadi ok  resistensi sekunder dg DAPSON


Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
• Membantu menegakkan diagnosis
• Pengamatan pengobatan
• M. leprae terlihat merah
– solid : batang utuh  hidup
– fragmented : batang terputus  mati
– granular : butiran  mati
Pemeriksaan Penunjang
• Indeks Bakteri:
– Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu
sediaan
– Nilai 0 – 6+

• Indeks Morfologi:
– Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah
solid dan non solid
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan Histopatologik
– Untuk memastikan gambaran klinis
– Penentuan klasifikasi kusta menurut Ridley & Jopling

3. Pemeriksaan Serologis
– Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
– Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination)
– Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
Diagnosis
D/ kusta paling sedikit 1 tanda Kardinal

• Tanda Kardinal (-):


– Tersangka kusta
– Observasi dan periksa ulang setelah 3 – 6 bln 
kusta +/-
Diagnosis Banding
Penyakit kusta ~ The Greatest Immitator

– Dermatofitosis
– Tinea versikolor
– Pitiriasis rosea
– Pitiriasis alba
– Psoriasis
– Neurofibromatosis
– dll
Pengobatan
Multi Drugs Treatment (MDT):
• DDS (Diamino Difenil Sulfon)
• Klofazimin (Lamprene)
• Rifampisin

Pemberian MDT:
• Mencegah dan mengobati resistensi
• Memperpendek masa pengobatan
• Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
Pengobatan
Obat Alternatif:
• Ofloksasin
• Minosiklin
• Klaritromisin
Pengobatan
MDT Multibasiler (MB)
– BB,BLdan LL
– atau semua tipe BTA (+)
• Rifampisin 600 mg/bulan
• DDS 100 mg/hari
• Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
• Diberikan 2 – 3 tahun bakterioskopik (-)
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
Pengobatan
MDT Pausibasiler (PB)
– I, TT, dan BT

• Rifampisin 600 mg/bulan


• DDS 100 mg/hari
• Diberikan 6 – 9 bulan
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
Pengobatan
MDT Pausibasiler (Lesi tunggal)

• Rifampisin 600 mg
• Ofloksasin 400 mg
• Minosiklin 100 mg

• ROM  diberikan dosis tunggal


Pengobatan
Release From Treatment (RFT) :
• Penghentian pemberian obat
• Kontrol klinis dan bakterioskopis

Release From Control (RFC) :


• Bebas dari pengamatan
• Lesi baru (-), BTA (-)
Reaksi Kusta
• Suatu keadaan akut pd perjalanan peny kusta
yg kronik
• Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat
• Dapat terjadi pada awal, selama & setelah
terapi
• Pembagian:
– Reaksi tipe I ~ reversal  hipersensitifitas tipe IV
– Reaksi tipe II ~ ENL  hipersensitifitas tipe III
– Ke-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat
KLINIS REVERSAL ENL

Kulit Lesi >> eritematosa Nodus < >>>


Lesi baru Nyeri, ulserasi

Saraf Membesar Membesar


Nyeri +/- Nyeri +/-
Gangguan fungsi +/- Gangguan fungsi +/-

Konstitusi Demam ringan Demam ringan – berat


Malese Malese
18
REAKSI LEPRA

Reaksi tipe 1 / Reversal


REAKSI LEPRA 19

Reaksi tipe 2 / ENL

• Respon imun
humoral
• Tipe BL dan LL
(paling banyak)
• Ikatan Ag dan Ab
Pengobatan Reaksi
Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif u mengatasi rasa nyeri
4. MDT diteruskan
Pengobatan Reaksi
Pasien sebelum & sesudah pengobatan
Pengobatan Reaksi
Reaksi ENL
• Ringan  rawat jalan, istirahat
• Berat  rawat inap
• Obat :
– Prednison 40 - 60 mg/hr  berat/ringan reaksi
– Klofazimin 200 – 300 mg/hr
– Thalidomide  teratogenik, di Indonesia (-)
Pengobatan Reaksi
Reaksi Reversal
• Neuritis (+)
• Prednison 40 mg/hr
• Analgetik + sedatif
• Anggota gerak yang terkena  istirahatkan

Neuritis (-)
• Kortikosteroid (-)
• Analgetik kalau perlu
Komplikasi
Komplikasi
BERMACAM VARIASI LESI PADA KUSTA
Sub Polar dan Polar
Lesi tuberkuloid polar yang muncul sejak 3 bulan. Lesi anular, soliter, anestetik. Batas
yang tegas, lesi eritem, dan skuama lebih jelas tampak daripada peninggiannya. Pada
bagian sentral terdapat ‘bintik-bintik merah’ yang merupakan sekuele/ ‘footprints’ dari
uji tusuk jarum (pinprick); hal ini terjadi karena pasien tidak merasakan sensasinya, bila
pasien merasakannya pasien akan withdraw.
Dua buah reaksi host yang berbeda pada penyakit lepra lepromatosa yang tampak pada
kedua telinga. Pada gambar kiri, infiltrasi yang difus terjadi begitu luas sehingga kulit
telinga terlipat, tidak terbentuk nodul. (Dikutip dari: Demis DJ: Clinical Dermatology,
23rd revision, vol 3, unit 16-29, 1996, p.14). Pada gambar kanan, pada helix telinga
didapatkan 4 buah nodul lepra lepromatosa, tersusun kronologis dimana nodul terbaru
terletak di atas dan terlama di bawah. Dua buah nodul di atas mempunyai batas tidak
tegas dibandingkan dengan dua buah nodul di bawah. Kulit di antara lesi juga
terinfiltrasi secara difus, tetapi tidak memberikan gejala perubahan klinis.
LL sub polar:
• Infiltrat
• Makula eritem
• Simetris

• Foto ini:
plak Borderline pada
bokong kiri – jarang
didapatkan
LL sub polar:
• Kasus dini penyakit LL
• Infiltrat difus nyata
• Tersebar di seluruh
wajah & kedua telinga
LL polar:
• Kusta LL yang lanjut
• Infiltrat difus
• Simetris
• Nodul-nodul pada
wajah & kedua telinga
• Madarosis
LL polar:
• Kusta LL yang lanjut
• Iinfiltrat difus
bergabung dengan
nodulus-nodulus
• Pada alis mata, pipi,
cuping hidung dan
dagu ataupun pada
kedua cuping telinga
LL polar:
• Kusta LL yang lanjut
• Infiltrasi difus & lesi
noduler

You might also like