You are on page 1of 8

Tsamrotul Layyinah

POLIMER PEKA TERHADAP PERUBAHAN Gianika Frakastiwi


Hapsah Agustina

FISIK DAN LINGKUNGAN Rizky Nasikha


Hikmah Nurul Fauziyah
Aditya Rohmansyah
PENGERTIAN
Polimer peka terhadap perubahan fisik dan
Kata polimer berasal dari bahasa Yunani yang lingkungan adalah polimer yang mampu
terdiri dari dua kata yaitu Poly dan meros. Poly merespon dengan perubahan-perubahan kecil
artinya banyak sedangkan Meros berarti unit yang nyata seperti suhu, pH, dan lain-lain.
atau bagian. Polimer merupakan senyawa yang
besar yang terbentuk dari hasil penggabungan
sejumlah (banyak) unit-unit molekul yang kecil.
Unit molekul kecil pembentuk senyawa ini disebut
monomer. Ini artinya senyawa polimer terdiri dari
banyak monomer.
KLASIFIKASI POLIMER DEGRADASI
Degradasi Kimia
Biodegradasi
Fotodegradasi
Degradasi Mekanik
Degradasi Thermal
CONTOH
1. SUKROSA

Sukrosa dapat dipakai dalam teknologi formulasi farmasi sebagai sirup (50-67% ), sebagai bahan
pengikat pada granulasi tablet baik secara granulasi basah maupun granulasi kering (2-20%). Sukrosa
juga dapat digunakan sebagai bulking agent dan pemanis pada tablet kunyah (Rowe et al, 2009).

Stabilitas : stabil pada suhu ruang dengan kelembaban relatid sedang, dapat mengabsorbsi hingga 1%
bau yang dilepaskan ketika dipanaskan pada suhu 90oC. Membentuk karamel ketika dipanaskan pada
suhu 160oC. Bisa disterilkan dengan autoklaf atau penyaringan. Pada suhu 111oC-145oC dapat mengalami
inversi menjadi dekstrosa dan fruktosa. Inversi dipercepat pada suhu diatas 13oC dan dengan adanya
asam.

Inkompatibilitas : Serbuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh logam berat yang cenderung tidak dapat
bercampur dengan bahan aktif, misal asam askorbat. Sukrossa mungkin saja terkontaminasi sulfit pada
konsenterasi yang tinggi menyebabkan perubahan warna saat penyalutan tablet.
pKa-pKb : 12,62
2. CARBOMER
Stabilitas : Paparan suhu yang berlebihan dapat
Salah satu basis yang digunakan dalam menyebabkan perubahan warna dan stabilitas berkurang.
pembuatan gel adalah basis carbomer 934 Dekomposisi terjadi dengan pemanasan selama 30 menit
yang dibuat dalam konsentrasi 0,5-2,0% pada suhu 260oC. Mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik
(Rowe,et al., 2009). Semakin tinggi konsentrasi pada dispersi berair yang belum diawetkan, maka
carbomer yang digunakan maka semakin tinggi ditambahkan pengawet anti-mikroba seperti klorokseol,
pula viskositasnya. Sedangkan semakin tinggi methylparaben dan prpylparaben. Harus disimpan dalam
viskositas maka zat aktif yang keluar dari wadah kedap udara dan dilindungi dari kelembaban.
senyawa obat akan semakin sulit (Madan & Penggunaan kaca, plastik atau wadah resin berlapis
Singh, 2010). Basis tersebut merupakan basis dianjurkan untuk formulasi yang mengandung carbomer.
yang dapat menghasilkan gel yang bening,
mudah larut didalam air, dan mempunyai
ketoksikan yang rendah. Menurut Madan &
Singh (2010) basis carbomer mempunyai sifat
yang lebih baik dalam hal pelepasan zat aktif
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan fenol, polimer
dibandingkan dengan gel basis lainnya.
kationik, asam kuat dan Elektrolit. Carbomer akan kehilangan
warna dengan adanya resorsinol. Intensitas panas akan
meningkat ketika kontak dengan basa kuat seperti amonia,
pH : Tingkat viskositas yang lebih tinggi KOH, NaOH, dan basa amin kuat.
pada pH 6-11 dan viskositas akan menurun
pada pH di bawah 3 atau di atas 12.
3. Gelatin

Suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial


kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang
hewan. Gelatin yang berasal dari prekursor Konsentrasi yang digunakan adalah 2-5% untuk gel pada
yang diasamkan dikenal dengan Tipe A dan penggunaan dermatologi.
yang berasal dari prekursor yang dibasakan
dikenal sebagai Tipe B (Depkes RI, 1995). Gel gelatin mempunyai sifat yang adhesif tetapi mudah
hilag dari kulit. Aqueous gelatin harus steril sebelum
Pemerian : lembaran, kepingan atau potongan,
digunakan dipermukaan kulit. Tetapi kekuatan gel dapat
atau serbuk kasar sampai halus; kuning lemah atau
banyak sekali dikurangkan oleh pemanasan untuk waktu
coklat terang; warna bervariasi tergantung ukuran
yang lama diatas 80oC. Dalam penggunaan tradisional,
partikel. Larutannya berbau lemah seperti kaldu.
gelatin dimanfaatkan untuk sediaan gel medis yang sangat
Jika kering stabil di udara, tetapi mudah terurai
kaku seperti Zink Gelatin BPS 1968. (Anwar, 2012)
oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk
larutan (Depkes RI, 1995).

Gelatin larut dalam air panas membentuk gel elastik yang


reversibel terhadap panas pada temperatur dibawah 40oC.
3. HMPC

HPMC merupakan polimer hidrofilik ynag larut dalam


air. Karena sifat hifrofilik olimer, polimer tersebut Waktu pengembangan perlu dilakukan untuk memberi
mampu menyerap air dan kemuadian mengambang kesempatan terjadinya hidrasi pada proses pembentukan gel.
(Lieberman, 1996; Rowe et al, 2009). Semakin banyak HPMC yang terlarut maka semakin banyak
HPMC adalah jenis nonionic selulosa eter. Selulosa eter juga cairan yang tertahan sehingga viskositas optimum dapat
dengan gugus metil sifat yang unik terhadap gel padas semakin banyak juga cairan yang tertahan sehingga viskositas
suhu tinggi. Gugus metil memberikan satu sifat yang unik optimum dapat tercapai (Matin et al 1993).
terhadap HPMC, yaitu thermagelation. Thermagelation
adalah pembetukan gel yang disebabkan oleh
pemanasan. HPMC membentuk gel pada suhu antara Karakterisktik gelling agent turunan selulosa mengambang
60-90 ºC (Lieberman, 1996). Telah dilakukan formulasi
sempurna ditandai dengan adanya viskositas dan rheologi
sediaan gel menggunakan gelling agent HPMC dengan
mendispersikan HPMC dalam air panas. pseodoplastis.

Waktu pembentukan Gel:


- Menurut Voigt (1994), pengembangan HPMC dilakukan dengan pendiaman selama 30-60 menit untuk membentuk gel
yang homogeny.
- Menurut Setiaputri (2007), pengembangan HPMC dilakukan selama 24 jam untuk membentuk masa gel yang
mengembang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Pengertian Polimer dan Macam-Macamnya. http://www.wartacinta.net/2014/01/pengertian-polimer-dan-macam-
macamnya.html. Diakses tanggal 9 Oktober 2018.
Anwar, Effionora. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi “Karakterisasi dan Aplikasi”. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Ardra. 2013. Definisi Polimer. http://ardra.biz/sainteknologi/ilmu-kimia/pengertian-sifat-dan-manfaat-kegunaan-senyawa-polimer.
Diakses tanggal 9 Oktober 2018.
Bandelin, F.J. 1989. Compressed Tablets by Wet Granulation. Dalam : Lieberman, A.H., Lachman L, Schwart, JB (eds).Pharmaceutical
Dosage Forms: Tablets: vol. 1,2 nd ed. Marcel Dekker. New York.
Callister., 2009. Materials sceince and engineering an introduction.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Lachman, L., Lieberman, A. H., and Kanig L. J., 1996, Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Suyatmi S., Edisi ketiga,
399-401, 405-412, UI Press, Jakarta.
Madan, J., & Singh, R., 2010. Formulation and Evaluation of Aloe Vera Topical Gels, International Journal of Pharmaceutical Sciences,
Vol 2, 551-515
Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III. Jakarta: UI Press. Pp. 940-1010, 1162, 1163, 1170.
Niyaz, B., Kalyani, P., & Divakar, G., 2011, Formulation and Evaluation of Gel Containing Fluconazole-Antifungal Agent, International
Journal Of Drug Development & Research, Vol 3 (4), 109-128
Rowe Ainley, Weller, & Paul, J., 2009. The Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2nd edition, American Pharmaceutical Association
and the Royal Pharmaceutical Association of Great Britain
Voigt, R., Mathida B. Widianto., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani Noertono Soewandhi, Edisi
kelima, 202-207, 220-225, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

You might also like