You are on page 1of 30

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

DEFINISI
• Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) adalah
penonjolan diskus
intervertabralis dengan
protrusi dari nukleus ke
dalam kanalis spinalis
mengakibatkan
penekanan pada radiks
• Lokasi yang terkena itu sangat bergantung
pada level vertebra di mana HNP terjadi.
Misalkan, jika HNP terjadi di servikal, akan
terjadi keluhan nyeri di leher, bahu, dan
lengan. Thoracic HNP mengakibatkan nyeri
menjalar ke dada. Sementara Lumbar HNP
menimbulkan gejala nyeri yang menyebar ke
pantat, paha, dan tungkai
EPIDEMIOLOGI
• HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –
S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang
terjadi pada daerah torakal, sangat jarang
terjadi pada anak-anak dan remaja tetapi
kejadiannya meningkat setelah umur 20
tahun. Dengan insidens hernia lumbosakral
lebih dari 90% sedangkan hernia servikalis
sekitar 5-10%.
• Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera,
cidera dapat terjadi karena terjatuh tetapi lebih
sering karena posisi menggerakkan tubuh yang
salah
• Bisa juga terjadi karena adanya spinal stenosis,
ketidakstabilan vertebra karena salah posisi,
mengangkat, pembentukan osteofit, degenerasi
dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus
dan nucleus mengakibatkan berkurangnya
elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari
nucleus hingga annulus.
ETIOLOGI
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah:

• a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi.


• b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita.
• c. Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya.

Faktor risiko yang dapat dirubah:

• Pekerjaan dan aktivitas:.


• Olahraga yang tidak teratur
• Merokok
• Berat badan berlebihan
• Batuk lama dan berulang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

• Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.


• Kondisi lingkungan kerja yaitu licin, kasar, naik atau turun.
• Keterampilan pekerja.
• Peralatan kerja beserta keamanannya.
KLASIFIKASI
• Macnab’s Classification membagi HNP
berdasarkan pemeriksaan MRI menjadi :
– Bulging Disc
– Proalapsed Disc
– Extruded Disc
– Sequesteres Disc
• Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :
– Hernia Lumbosacralis
– Hernia Servikalis
– Hernia Thorakalis
PATOFISIOLOGI
• Terdapat empat stage
yaitu (Gambar 1):
– Protrusio diskus
– Prolapsus diskus
– Ekstrusio diskus
– Sequestrasi diskus
• Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh kompresi saraf
yang disebabkan oleh HNP cervical di antaranya
adalah:
– Nyeri yang tajam atau konstan di leher, bahu, atau
punggung atas
– Nyeri atau sensasi seperti terbakar yang menjalar
sepanjang saraf yang terkena, turun ke lengan, hingga ke
tangan dan jari
– Nyeri yang berhubungan dengan gerakan memutar kepala
– Rasa berat dan kaku di leher, bahu atau punggung atas
– Nyeri tekan ketika area tersebut disentuh
– Nyeri Kepala
• Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh kompresi saraf
yang disebabkan oleh HNP lumbal di antaranya adalah:
– Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut,
kemudian ke tungkai bawah (sifat nyeri radikuler).
– Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk,
mengangkat barang berat.
– Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 –
S1 (garis antara dua krista iliaka).
– Nyeri Spontan
– Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk
nyeri bertambah hebat, sedangkan bila berbaring nyeri
berkurang atau hilang.
DIAGNOSIS
• Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan hal yang
berhubungan dengan nyerinya berupa frekuensi
nyeri, dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat
nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang
memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan
meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula
pekerjaan, riwayat trauma, dan riwayat merokok
karena merupakan faktor risiko terjadinya HNP.
• Pemeriksaan Fisik
1. KERNIG
2. LASEQUE
3. NAFFZIGER
4. VALSAVA
5. BRAGAR
6. SICARD
7. PATRICK
8. KONTRA PATRICK
9. LHERMITTE
10. SPURLING
Pemeriksaan Penunjang

• Foto Polos
• Mylogram
• MRI
• CT-Scan
• Elektromyografi
Terapi fisik
Program
rehabilitasi
Traksi servikal

Collar servikal yang lembut

Mobilisasi dan manipulasi dari tulang


belakang

obat AINS yang digunakan paling awal


Farmakologi dalam melawan rasa nyeri
s
obat pelumpuh otot

Antidepressant

anti analgesic opioid


PENCEGAHAN
• Pencegahan dapat dilakukan dengan
memodifikasi faktor risiko meliputi sikap
tubuh yang buruk dan gerak mekanis tubuh,
otot leher yang lemah, merokok dan obesitas
NEUROGENIC BLADDER
DEFINISI
• Adalah suatu gangguan fungsi kandung kemih
akibat berbagai macam kelainan saraf.
• Aktivitas kandung kemih (menampung dan
mengeluarkan urin) diatur oleh sistem saraf
pusat dan perifer.
• Bukan merupakan suatu diagnostik spesifik
ataupun menunjukkan suatu etiologi,
melainkan gangguan urologi akibat kelainan
saraf.
ETIOLOGI
1. Penyakit infeksius yang akut seperti mielitis
transversal
2. Kelainan serebral
3. Gangguan metabolik, penyakit atau trauma
pada medulla spinalis dan penyakit vaskuler
4. Alkoholisme kronis
PATOFISIOLOGI
• Berdasarkan lokasinya penyebab secara garis
besar, Neurogenic Bladder dibagi menjadi tiga,
antara lain
a. Lesi supra pons
Kerusakan pada umumnya akan berakibat
hilangnya inhibisi dan menimbulkan keadaan
hiperrefleksi.
b. Lesi antara pusat miksi pons dan sakral medula
spinalis
Akan mengganggu jaras yang menginhibisi
kontraksi detrusor dan pengaturan fungsi
sfingter detrusor.
Beberapa keadaan yang mungkin terjadi antara
lain : hiperrefleks dari vesica urinaria, disinergia
detrusor-sfingter, kontraksi detrusor yang
lemah, peningkatan volume residu paska miksi
c. Lesi lower motor neuron
Akan menimbulkan gangguan LMN dari
fungsi vesica urinaria dan hilangnya
sensibilitas vesica urinaria.
Manifestasi Klinis
• Inkontinensia urin
• Volume urine kecil selama berkemih
• Frekuensi dan urgensi kemih
• Dribbling urin yang merupakan suatu keadaan
dimana urin menetes pada akhir miksi
• Hilangnya sensasikandung kemihpenuh
Diagnosis
• Anamnesis  tujuan : pola buang air kecilnya atau ada
tidak gangguan saat berkemih serta mengetahui adanya
faktor-faktor resiko.
• Pemeriksaan fisik  pemeriksaan rektal, genitalia, serta
pemeriksaan dinding perut (abdominal) untuk mengecek
ada tidaknya pembesaran pada bladder ataupun kelainan
lainnya.
• Pemeriksaan neurologis  mencakup status mental,
refleks, kekuatan motorik dan sensibilitas (termasuk
dermatomal sakral)
• Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan
laboratorium yaitu dengan memeriksa urin ataupun darah
Pemeriksaan Lainnya
• Pemeriksaan urodinamika
dilakukan untuk mengetahui fungsi
kandungan kemih dengan mengevaluasi kerja
kandung kemih untuk penyimpanan urin,
pengosongan kandung kemih dan kecepatan
aliran urin keluar dari kandung kemih pada
saat buang air kecil.
Tatalaksana
• Non farmakologis
1. Bladder training
Tujuan dari bladder training adalah untuk
melatih kandung kemih dan mengembalikan
pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran
air kemih.
• Farmakologis
1. Anti kolinergik efektif dalam mengobati
inkontinensia karena akan menghambat
kontraksi kandung kemih involunter dan
memperbaiki fungsi penampungan air kemih
oleh kandung kemih.
2. Obat anti spasmodik telah dilaporkan untuk
meningkatkan kapasitas kandung kemih dan
efektif mengurangi atau menghilangkan
inkontinensia.
• Terap Operatif
Pembedahan dilakukan untuk membuat jalan
lain untuk mengeluarkan urin, memasang alat
untuk menstimulasi otot kandung kemih
Komplikasi
• Pada pasien dengan neurogenic bladder juga
memungkinkan untuk meningkatkan resiko
terkena infeksi saluran kemih (ISK) dan
gangguan saluran keluar kandung kemih
(bladder outlet obstruction). Pada pasien
dengan neurogenic bladder, jika mereka tidak
diobati secara optimal maka juga bisa
menyebabkan sepsis dan gagal ginjal.
Prognosis
• Pengobatan yang tepat dapat membantu
mencegah disfungsi permanen dan kerusakan
ginjal.

You might also like