You are on page 1of 18

KELOMPOK 2:

1. Maria Erlinda Tea Rada


2. Falensius Gesi
3. Herkuliana Ceme
4. Antonia Freitas D.H. Laga
5. Suryadi Gelit
6. Longginus Resi
7. Desmarlin Sina
8. Husni Lasa
9. Maria Skolastika Dhoe
10.Yohanes Api
TEORI KEKUASAAN
A.) Kekuasaan.

Kekuasaan adalah kesempatan


seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauan-
kemauannya sendiri, dengan sekaligus
menerapkannya terhadap tindakan-tindakan
perlawanan dari orang-orang atau golongan-
golongan tertentu. Kekuasaan adalah hasil
pengaruh yang diinginkan sesorang atau
sekelompok orang. Kekuasaan merupakan
konsep kuiantitaif, karena dapat dihitung
hasilnya.
Kekuasaan Politik adalah kemampuan untuk
mempengaruhi kebijakan umum pemerintah)
baik terbentuknya mapun akibat-akibatnya
sesuai dengan tujuan-tujuan penegang
kekuasaan sendiri. Kekuasaan politik
merupakan bagian kekuasaan sosial yang
fokusnya ditujukan kepada pengendalian
negara terhadap tingkah laku sosial
masyarakat, ketaatan masyarakat, dan
mempengaruhi aktivitas negara di bidang
administratif, legislatif, dan yudikatif.
Penerapan Terhadap Kekuasaan:

1.) Be Strong Approach. Dengan cara paksaan


dan kekerasan. Biasanya menjalankan
kekuasaan seperti ini tidak bertahan lama.
2.) Be Good Approach. Dengan cara
pemanjaan pemberian dan asal bapak senang
(ABS). Atasan pura-pura memperhatikan
bawahan dengan berbagai pemberian,
bawahan melaporkan yang baik-baik saja atau
ABS selama masih ada pemberian. Kondisi ini
biasanya tidak bertahan lama, bila atasan
pemberi perintah tidak dapat mengadakan
pemberian.
3.) Competition. Memotivasi bawahan (masyarakat yang
diperintah) dengan cara membuat persaingan atau mengadu
mereka antarindividu, atau antarkelompok. Persaingan
tersebut mepiluti kerajinan, keterampilan, ketangkasan,
prestasi, kinerja, keteladanan, dll. Daya saing global, dibangun
dari daya saing lokal, regional, dan nasional. Pendekatan ini
dinilai baik.
4.) Internalized Motivation. Memotivasi bawahan atau
masyarakat melalui penanaman kesadaran kerja kepada
mereka. Misalnya tata cara kerja, etika, sumpah jabatan,
penataran P4, dll. Cara ini dapat bertahan sepanjang
kesadaran itu muncul dari niat tulus.
5.) Implicit Bergaining. Memotivasi bawahan atau masyarakat
melalui perjanjian (kontrak sosial, kontrak kerja). Cara ini
bisa membuat kekuasaan bertahan (sepanjang masih bisa
memenuhi kontrak kerja/sosial) atau cepat berakhir (bila
gagal memenuhi kontrak kerja/sosial).
B.) Wewenang.

Wewenang adalah kekuasaan yang terdapat


pada seseorang karena mendapat pengakuan
atau dukungan dari masyarakat. Kewenangan
menimbulkan hak-hak tertentu pada
penguasa yang memungkinkan ia melakukan
suatu kebijakan. Sifat dari kewenangan adalah
top-down , dari penguasa ke rakyat.
Wewenang timbul, karena dukungan dari
rakyat tersebut memberikan semacam hak
bagi penguasa untuk melakukan kebijakan
berkaitan dengan tugasnya.
 Hubungan timbal-balik tersebut timbul karena
adanya suatu kesepahaman antara yang
memimpin dan dipimpin. Kekuasaan dalam arti
kewenangan diartikan bahwa pemegang
kekuasaan memiliki sifat-sifat yang sesuai
dengan cita-cita dan keyakinan sebagian besar
masyarakatnya. Kewenangan ini tidak sama
pada setiap pemegang kekuasaan.
Sumber kewengan untuk memerintah
diuraikan sebagai berikut:
1.) Hak memerintah berasal dari tradisi.
Artinya, kepercayaan yang telah berakar
dipelihara secara terus menerus oleh
masyarakat,
2.) Hak memerintah berasal dari Tuhan,
Dewa, atau Wahyu. Atas dasar itu, hak
memerintah dianggap bersifat sakral,
3.) Hak memerintah berasal dari kualitas pribadi
sang pemimpin, baik penampilannya yang agung
dan diri pribadinya yang populer maupun
karena kharisma,
4.) Hak memerintah masyarakat berasal dari
peraturan perundang-undangan yang mengatur
prosedur dan syarat-syarat menjadi pemimpin
pemerintahan,
5.) Hak memerintah berasal dari sumber yang
bersifat instrumental seperti keahlian dan
kekayaan.
c.) Legitimasi
Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap
masyarakat terhadap kewenangan. Artinya apakah
masyarakat menerima dan mengakui hak moral
pemimpin untuk membuat dan melaksanakan
keputusan yang mengikat masyarakat maka
kewenangan itu dikategorikan sebagai
berlegitimasi. Hanya anggota masyarakat saja yang
dapat memberikan legitimasi pada kewenangan
pemimpin yang memerintah, Legitimasi dapat
dibedakan pengertian kekuasaan, kewenangan, dan
legitimasi.
 Apabila kekuasaan diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan sumber-
sumber yang mempengaruhi proses politik,
sedangkan kewenangan merupakan hak moral
untuk menggunakan sumber-sumber yang
membuat dan melaksanakan keputusan politik
(hak memerintah). Adapun legitimasi
merupakan penerimaan dan pengakuan
masyarakat terhadap hak moral tersebut.
Manfaat Legitimasi:
a. Menciptakan stabilitas politik dan
perubahan sosial.
b. Mengatasi masalah lebih cepat.
c. Mengurangi penggunaan saran kekerasan
fisik.
d. Memperluas bidang kesejahteraan atau
meningkatkan kualita kesejahteraan.
Krisis Legitimasi:

Krisis legitimasi biasanya terjadi pada masa


transisi. Selain itu, perubahan yang terjadi dari
suatu tingkat dan kualitas perkembangan
menuju ke tingkat dan kualitas perkembangan
masyarakat berikutnya. Masyarakat semacam
ini akan cenderung mempertanyakan setiap
kewenangan yang dianggap tidak
mencerminkan aspirasi hidup dalam
masyarakat,
Lucyan Pye menyebutkan empat
sebab krisis legitimasi:
1.) prinsip kewenangan beralih pada prinsip
kewenangan yang lain.
2.) persaingan yang sangat tajam dan tak sehat
tetapi juga tak disalurkan melalui prosedur yang
seharusnya diantara para pemimpin pemerintahan
sehingga terjadi perpecahan dalam tubuh
pemerintah.
3.) pemerintah tak mampu memenuhi janjinya
sehingga menimbulkan kekecewaan dan keresahan
di kalangan masyarakat.
4.) sosialisasi tentang kewengan mengalami
perubahan.
Hubungan Antara Wewenang,
Kekuasaan, dan Legitimasi.
 Kekuasaan yang telah memiliki wewenang yang
kemudian diakui atau terlegitimasi, maka akan ada
sebuah siklus hubungan yang saling
mempengaruhi. Kekuasaan hanyalah sebuah
bentuk kekuatan atau pengaruh yang tertanam
pada setiap anggota, namun tidak terstruktur atau
resmi maka kekuasaan itu hanya sebuah bentuk
yang semu dan tanpa disadari akan hilang dengan
sendirinya kekuasaan itu dan juga tidak bisa
mendorong ataupun memberikan hak untuk
mengeluarkan perintah, membuat peraturan dan
memberikan sanksi pada yang tidak patuh atau
yang salah.
Dan sebuah wewenang itu menjadi kunci untuk
bisa memberikan perintah, dan hak lain sebagai
pennguasa. Ketika kekuasaan telah memiliki
wewenang, akan ada sebuah tantangan untuk bisa
membuat anggota untuk patuh dan mengikuti
perintah dan aturan yang dibuat penguasa, maka
harus ada sebuah keterkaitan antara penguasa dan
anggota masyarkat untuk membuat sebuah
Negara menjadi tenang dan tanpa kekerasan
dalam pelaksanaan kekuasaannya. Dibutuhkan
sebuah pengakuan atau keabsahan dari kekuasaan
yang berwewenang, hal tersebut untuk
menghindari kekerasan dan juga pemaksaan pada
anggota masyarakat untuk mengikuti aturan dan
perintah dari penguasa.
Terimakasi

You might also like