You are on page 1of 50

SITUASI GIZI, KESEHATAN IBU

DAN ANAK
Situasi Angka Kematian Bayi dan Balita
(1990-2015)

Acuan Target Data


Indikator Dasar MDGs Terbaru Status
(1991) 2015
4.1. Angka Kematian Balita per 40
97 32 ►
1000 kelahiran hidup (SDKI 2012)

4.2. 32
Angka Kematian Bayi (AKB)
23 (SDKI 2012) ►
per 1000 kelahiran hidup 68

4.2.a 19
Angka Kematian Neonatal per
. 32 14 (SDKI 2012) ►
1000 Kelahiran Hidup

4.3. Persentase anak usia 1


96,2%
tahun yang diimunisasi 44,5% 95% ►
(data rutin)
campak
Status : ● Sudah Tercapai ► Akan Tercapai ▼ Perlu Perhatian Khusus
2
Angka Kematian Neonatal, SDKI 2007 & 2012

Estimasi : Lebih dari 95 ribu bayi baru lahir


meninggal sebelum berumur 1 bulan
(Jumlah penduduk 240.673.000 dan CBR 20,4)
Angka Kematian Bayi, SDKI 2007 & 2012
Angka Kematian Balita, SDKI 2007 & 2012
Situasi Kesehatan Ibu dan Reproduksi
(1990-2015)
Acuan Target
Data
Indikator Dasar MDGs Status
Terbaru
(1991) 2015
228
5.1. Angka Kematian Ibu per 100,000 kelahiran hidup 390 102 ▼
(SDKI 2007)

5.2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. 40,70% 90% 89,68% ►
(Lap 2012)

5.3.a Angka pemakaian kontrasepsi /CPR bagi perempuan 61,9%


49,7% 66% ►
menikah usia 15-49, semua cara (SDKI, 212)

5.3 b Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan 57,9%


47,0% 65% ►
menikah usia 15-49 th saat ini, cara modern (SDKI, 2012)

5.4 Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun) per 48


67 30 (SDKI, 2012) ►
1000 perempuan usia 15-19 tahun

5.5. Cakupan pelayanan Antenatal

- 1 kunjungan: 75% 95% 96,58% ►


(Lap 2012)

- 4 kunjungan: 56 % 90 % 87,37% ►
(Lap 2012)

5.6 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/KB yang tidak 8,5%


12,7% 5% (SDKI, 2012) ▼
terpenuhi)
Kecenderungan Angka Kematian Ibu
Tahun 1991 -2015
Angka Kematian Ibu per 100.000 KH

Target
RPJMN 2014 MDG 2015
Tren Indikator Pemeriksaan Kehamilan,
Persalinan Nakes dan Salin di Faskes

SDKI
26
Malut
Maluku

49 49
Papua Barat

52
Sulteng

Riskesdas 2010
Kalteng

56 58
Sulbar

61
Papua
Sultra
Gorontalo

63 64 65
Jambi
Kalbar
66 67

NTT
70

Banten
77

Sulsel
Jabar
NTB

Salin Nakes
Kalsel
Kaltim
79 79 79 80 80

Lampung
Bengkulu
81 82

Indonesia
Sumbar
86 87

Sulut

Salin Faskes
Menurut Provinsi, 2010

Sumsel
Riau
88 88 88

Sumut
Aceh
Jateng
Jatim
Bali
Babel
Cakupan Persalinan Nakes dan Persalinan di Faskes

Jakarta
Kepri
93 94 95 96 96 96 97 99

Yogyakarta
Metode Kontrasepsi

SDKI 2007, 2012


Pencapaian indikator continuum of care
SDKI 2002, 2007 & 2012 :
Kesenjangan & tantangan
Masalah Remaja
1. Remaja mengetahui bahwa perempuan dapat
hamil dengan satu kali berhubungan seksual
(53,4%) dan mengetahui cara menghindari
kehamilan (55,1%).
2. Remaja mengetahui bahwa penularan HIV /AIDS
dapat dikurangi dengan setia pada satu
pasangan (53,6%), dengan penggunaan kondom
(54,3%) dan tidak melakukan hubungan seks
sama sekali( 52,8%)

Sumber : SKRRI 2007


Hasil Pelayanan PPIA
Pelayanan PPIA Cakupan
Jumlah bumil di Tes HIV 24960
751
Jumlah Bumil HIV Positif
(3%)
589
Jumlah Bumil HIV mendapat ARV
(78.42%)
655
Bayi lahir dari ibu HIV mendapat ARV Propilaksis
(87,22%)
65
Jumlah bayi HIV positif (pemeriksaan PCR)
(9,92%)
Sumber data P2ML, Laporan Jan 20112– Agust 2012
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
UPAYA PERCEPATAN PENCAPAIAN
MDGs
Lansi
Continuum of Care a
Pelayanan bagi
anak SMP/A & • Kualitas
• Degenera
remaja si

Pelayanan
• Kespro
bagi anak
remaja
SD • Konseling:
Pelayana Gizi
n bagi HIV/AIDS,
balita NAPZA dll
•Penjaringan
Pelayanan • Fe Anak
•Bln Imunisasi
Persalinan Sekolah
bagi bayi
, nifas & •Upaya Kes Sklh
Pemeriksa •PMT
neonatal
• Pemantauan
an pertumbuhan &
Kehamilan
Pelayana perkembangan

n • ASI eksklusif• PMT


• Imunisasi dasar
PUS & lengkap
• P4K • Inisiasi Menyusu Dini • Pemberian
WUS • Vit K 1 inj
• Buku KIA makan
• ANC terpadu • Imunisasi Hep B • Penimbangan
• Kelas Ibu Hamil • Rumah Tunggu • Vit A
• Konseling • Kemitraan Bidan Dukun
• Fe & asam folat • MTBS
• Pelayanan • KB pasca persalinan
• PMT ibu hamil
KB
• TT ibu hamil • PONED-PONEK 16
• PKRT
Rawat Inap di RS Rujukan & Puskesmas
Tersier

Sekunder

Rawat Jalan di RS & Puskesmas &


Pelayanan Outreach

Primer

Perawatan oleh Keluarga & Masyarakat

2 Continuum of care pathways 17


PENGUATAN SISTEM RUJUKAN

Upaya Kes Masyarakat Upaya Kes Perorangan

Dinkes Prov RS Pusat/Provinsi/Regional

GUB UU 32-PP 19
Dinkes Kab/Kota RS Kab/Kota/Swasta
(PONEK)
BUPATI OTODA

Puskesmas Puskesmas,
(Pustu, Poskesdes) (PONED)
CAMAT RAKOR-LOKMIN Dr/Bd Praktik
Mandiri
Poskesdes
Selfcare
Posyandu
(UKBM) KADES-LURAH DESA SIAGA

Penguatan sistem rujukan dari tingkat masyarakat ke RS Kab/Kota


 Perlu penguatan koordinasi dan kerja sama antara Dinkes Kab/Kota dan
18 RS K
Pendekatan Sistem Kesehatan

19
Pendekatan Sistem Kesehatan (1)
1. Upaya Kesehatan
– Meningkatkan universal access & coverage
– Menerapkan standar pelayanan kesehatan
– Mendorong persalinan nakes di fasilitas kesehatan
– Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan emergensi
PONEK dan PONED
– Memastikan Puskesmas PONED dan RS PONEK siap 24
jam/hari, 7 hari dalam seminggu
– Memperkuat sistem rujukan yang terencana/emergency
mulai dari Pra-Puskesmas, Puskesmas PONED dan RS
PONEK, regionalisasi rujukan dan menghindari rujukan
yang tidak sesuai kebutuhan medis
– Penguatan pelayanan di pelayanan kesehatan dasar
untuk menghindari overload beban RS
Pendekatan Sistem Kesehatan (2)
2. SDM
– Meningkatkan kualitas SDM pre service dan in service
– Distribusi SDM
– Pembinaan dan pengawasan
3. Alat dan Obat
– Ketersediaan
– Sesuai standar
– Aman dan terjangkau
4. Pembiayaan
– Mengoptimalisasikan pemanfaatan dana APBD I dan II,
BOK, Jamkesmas dan Jampersal, dana dekon, DAK, PHLN
dalam rangka peningkayan pelayanan KIA
Pendekatan Sistem Kesehatan (3)
5. Informasi/Regulasi /Manajemen
– Kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan
– Koordinasi, integrasi, sinkronisasi
6. Pemberdayaan Masyarakat
– Pelibatan aktif masyarakat, mis penggunaan buku KIA,
P4K
– Kerja sama dengan organisasi profesi, LSM, Perguruan
Tinggi dan swasta
7. Litbang
PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI-
BKKBN, KABUPATEN/KOTA, RS
Penguatan Pembagian Peran
Dinas Kesehatan, Rumah Sakit,
& Kantor KB di Kab/Kota
Kantor KB Dinas Kesehatan RS Kabupaten/Kota
1. KIE tentang KB 1. Puskesmas PONED 24 1. RS PONEK 24
jam/7 hari
pada masyarakat jam/7 hari
2. Ketersediaan obat,
2. Penggerakan alat, sarana 2. Ketersediaan obat,
pemberdayaan 3. Kompetensi SDM
alat, sarana
4. Rujukan dari bidan di
masyarakat desa 3. Kompetensi SDM
3. Ketersediaan 5. Promotif/preventif
4. Rujukan dari
(BOK)
alokon puskemas

keterpaduan

24
25
26
PERAN RUMAH SAKIT, PROFESI

27
28
TERIMA KASIH
UPAYA PENINGKATAN GIZI BALITA
Meningkatkan:
•Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan.
•Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S).
•Puskesmas yang mampu melaksanakan tata laksana gizi
buruk, pertumbuhan, surveilans gizi, konseling, menyusui.
•Pemberian Makanan Tambahan (PMT), taburia, vitamin A, Fe,
MP-ASI untuk ibu hamil, KEK, Bayi dan Balita Gizi Kurang dan
Buruk.
•Promosi kesehatan kepada masyarakat untuk gerakan sadar
gizi.
UPAYA PENURUNAN AKI-AKB
Meningkatkan dan memantapkan:
•Puskesmas mampu PONED
•RS mampu PONEK
•Pelayanan Jampersal
•BOK tepat sasaran
•Keberadaan Poskesdes
•Kunjungan neonatal pertama di fasyankes
•Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
•Ibu Hamil mendapatkan pelayanan antenatal
UPAYA PENURUNAN AKI-AKB lnj....
Meningkatkan dan memantapkan:
•Bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
•Imunisasi Hemophylus Influenza sebagai bagian imunisasi
dasar
•Akses dan mutu pelayanan melalui Telemedicine dan Flying
Health Care terutama di DTPK
•Penguatan 266.000 Posyandu dan Petugas Pembantu KB
(PPKB)
•Pemberdayaan kader kesehatan dalam Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di puskesmas
•Pelaksanaan kelas ibu di puskesmas
•Penyediaan alat dan obat kontrasepsi
UPAYA PENURUNAN ANGKA
KELAHIRAN TOTAL
Meningkatkan :
•Jumlah peserta KB Baru (juta akseptor)
•Jumalah Perserta KB Aktif (juta akseptor)
•Jumlah Peserta KB Baru keluarga miskin (juta
akseptor)
•Jumlah Peserta KB Aktif keluarga miskin (juta
akseptor)
•Persentase PUS dan WUS dan Remaja yang
mengetahui informasi KKB
•Intensifikasi provinsi penyangga utama
•Pengembangan model KB Kencana
•Peningkatan akses KB secara khusus
Upaya Meningkatkan Kualitas Faskes Dalam
Memberikan Pelayanan KB
1. Peningkatan kemampuan Nakes Puskesmas dan
jaringannya dalam pelayanan KB.
2. Memastikan ketersediaan peralatan (kit KB) dan alokon
dengan koordinasi dengan BKKBN
3. Penguatan Konseling KB dengan ABPK
4. Peningkatan KB Pasca Persalinan
5. Optimalisasi pemanfaatan Jampersal untuk pelayanan
KB pasca persalinan
6. Penguatan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
7. Penguatan RR KB (PWS dan Kohort)
8. Public-Private Partnership untuk pelayanan KB
34
UPAYA PENGENDALIAN DAN PENYEBARAN
DAN JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS
• Memasukkan modul pengetahuan HIV/
AIDS dalam kurikulum sekolah menengah
pertama, atas, dan perguruan tinggi.
• Perluasan Kampanye “Aku Bangga Aku
Tahu“ terhadap pelajar, mahasiswa dan
organisasi kepemudaan dari 10 provinsi
menjadi 33 provinsi.
• Penyebarluasan informasi HIV/ AIDS
melalui 16.000 pusat informasi kesehatan
remaja (BKKBN dan PKBI), media cetak,
elektronik dan jejaring sosial (twitter,
facebook, website).
7 Upaya Terobosan

1. Jaminan Persalinan (Jampersal)


2. Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK)

36
Tantangan KIA dan Kespro

• Disparitas akses pelayanan kesehatan bagi ibu ,anak


dan Kespro yang mencakup fasilitas, tenaga, jaminan
pelayanan kesehatan.
• Upaya preventif dan promotif tentang KIA-Kespro
belum dilaksanakan secara optimal
• Manajemen pelayanan kesehatan perlu dikembangkan
mencakup :
– sistem terpadu registrasi vital,
– sistem rujukan maternal dan neonatal dan Kespro
– penyelenggaraan pelayanan KIA –Kespro di daerah
Kebijakan KIA dan Kespro (lanj..)
2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan untuk menurunkan AKI, AKB dan
Kespro, melalui:
 Peningkatan kualitas 2.500 Puskesmas mampu
PONED dan 147 RS mampu PONEK (saat ini tersedia
350),
 Perluasan pelayanan Jampersal di 3.095 fasyankes
dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di 9.536
puskesmas (saat ini 9419)
 Peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
menjadi 90 %
Kebijakan KIA dan Kespro (lanj..)
3. Peningkatan upaya promotif-preventif tentang KIA Kespro :

 Mengoptimalkan peran promosi kesehatan dan pemberdayaan


masyarakat dalam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dan Gerakan Sayang Ibu.

 Peningkatan peran posyandu dan desa siaga

 Peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap menjadi 90


persen melalui penguatan infrastruktur pelayanan imunisasi,
penyediaan dan peningkatan kapasitas tenaga, serta
penggerakan sasaran.

 Peningkatan Jumlah Puskesmas yang melaksakan Pelayanan


Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

 Peningkatan Pengetahuan tentang Kespro melalui UKS


Kebijakan KIA dan Kespro (lanj..)
4. Perbaikan manajemen pelayanan kesehatan, di
tingkat Kabupaten /Kota:

 Pengembangan sistem terpadu registrasi vital (untuk


dapatkan kepastian jumlah kelahiran dan kematian),

 Melakukan akreditasi dan mengoptimalkan jejaring


rujukan di seluruh institusi kesehatan.

 Pengembangan sistem pelayanan KIA-Kespro yang


memenuhi kriteria continum of care. (menekan missed
opportunity)
Kebijakan Penurunan TFR

1. Pembinaan Akseptor dan Peningkatan Advokasi-KIE


difokuskan pada sasaran kelompok khusus (pasangan
usia muda dan memiliki dua anak); PUS dari keluarga
miskin, serta pelayanan KB di wilayah sulit dan kumuh
melalui kampanye “2 ANAK CUKUP ” dan “4
TERLALU”
2. Pembinaan dan peningkatan kesertaan ber-KB melalui
intensifikasi penggarapan pembangunan KB di 10
provinsi penyangga utama (Sumut, Sumsel, Lampung,
Jabar, Banten, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, Sulsel dan
NTT) dan perhatian 2 propinsi Papua dan Papua Barat
Kebijakan Penurunan TFR (lanj ..)
3. Penguatan demand side dan supply side secara seimbang:

A. Penguatan Supply

 Tanggung jawab Kementerian Kesehatan RI dan jajarannya dari


Pusat, Provinsi, Kab/kota
 memperkuat sistem pelayanan KB melalui sarana pelayanan
kesehatan yang telah ada dan menjangkau para klien di
lapangan sehingga dapat dipastikan bahwa semua calon
peserta KB mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan
merata.

 Jajaran kesehatan di Kab/Kota harus/wajib melayani peserta KB


yang datang di fasilitas kesehatan (diutamakan dengan metode
MKJP)
A. Penguatan Supply (lanj .. )

 penyiapan suppy Dinas Kesehatan dan SKPD-KB di


kabupaten dan kota harus bisa bekerjasama dalam
memberikan pelayanan yang komprehensif dan
berkualitas hingga paska pelayanan
 memperkuat pelayanan statis terutama miningkatkan
status klinik kesehatan yang berstatus sederhana
menjadi klinik paripurna sehingga mampu
memberikan pelayanan KB yang lengkap.
 Memastikan ketersediaan sarana prasarana dan alat
obat kontrasepsi di semua sarana pelayanan, saat
ini telah disiapkan oleh BKKBN dan Kementerian
Kesehatan baik melalui dana APBN maupun APBD.
A. Penguatan Supply (lanj .. )

 memperkuat pelayanan statis terutama


miningkatkan status klinik kesehatan yang
berstatus sederhana menjadi klinik paripurna
sehingga mampu memberikan pelayanan KB
yang lengkap.
 Memastikan ketersediaan sarana prasarana
dan alat obat kontrasepsi di semua sarana
pelayanan, saat ini telah disiapkan oleh
BKKBN dan Kementerian Kesehatan baik
melalui dana APBN maupun APBD.
A. Penguatan Supply (lanj .. )

 menjamin mekanisme distribusi alokon telah


menjangkau seluruh sarana pelayanan KB
sehingga tidak terjadi kesenjangan distribusi.
 menyiapkan provider pelayanan KB dengan
pelatihan Contraseptive Technology Update
(CTU) sehingga dapat meningkatkan
kompetensi pelayanan KB.
B. Demand Creation

 Tanggung jawab BKKBN dan jajarannya dari


Pusat, Provinsi, Kab/Kota
 Perubahan mind set untuk
o Melembagakan Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera.
o Meninjau kembali motto “2 ANAK LEBIH BAIK”
(kembali ke “ 2 ANAK CUKUP”)
 Memastikan semua Pasangan usia subur
mendapatkan informasi tentang kesehatan
reproduksi dan pelayanan KB
B. Demand Creation (lanj ..)

 pemberdayaan Institusi Masyarakat Pedesaan dan


perkotaan harus dilakukan secara optimal terutama
memberdayakan petugas dan kader KB di lapangan,
tetap bermitra dengan berbagai pihak sehingga
kekurangan tenaga dapat diatasi
 memanfaatkan tenaga-tenaga promotif dan preventif
sehingga kehamilan yang tidak diinginkan dapat kita
tekan dan angka kematian ibu melahirkan juga akan
semakin menurun.
 Menyiapkan bahan-bahan KIE yang bersifat edukasi
bagi keluarga dalam merencanakan keluarganya.
B. Demand Creation (lanj ..)
 Pesan “4 terlalu” harus menjadi andalan kita untuk
mengajak para keluarga dalam perencanaan kehidupan
berkeluarga.

 Pembinaan remaja melalui Generasi Berencana (genre)

 pendekatan kepada organisasi non pemerintah, LSM,


swasta dan asosiasi-asosiasi serta organisasi profesi
harus lebih ditingkatkan karena pelayanan prima untuk
program KB harus menjadi tanggung jawab bersama

 Peningkatan Keterpaduan antara jajaran Kesehatan dan


BKKBN di Pusat, Propinsi dan Kab/Kota agar dapat
menjamin akses dan kualitas pelayanan KB sehingga
tujuan untuk menurunkan TFR, MMR dan IMR secara
operasional dapat kita laksanakan.
Kebijakan Penurunan
Penderita HIV dan AIDS
1. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, melalui:
– Peningkatan pengetahuan pada penduduk 15 tahun ke
atas tentang HIV dan AIDS.
– Perluasan Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu“ terhadap
pelajar, mahasiswa dan organisasi kepemudaan dari 10
provinsi menjadi 33 provinsi.
– Penyebarluasan informasi HIV dan AIDS melalui 16.000
pusat informasi kesehatan remaja (BKKBN dan PKBI),
media cetak, elektronik dan jejaring sosial (twitter,
facebook, website).
• Peningkatan persentase ODHA yang mendapatkan ART
menjadi 50 persen
Kebijakan Penurunan Penderita HIV dan AIDS (lanj ..)

3. Memasukkan modul pengetahuan HIV dan AIDS


dalam kurikulum sekolah menengah pertama, atas,
dan perguruan tinggi.
4. Peningkatan jumlah Fasilitas kesehatan
(Puskesmas dan Rumah Sakit) yang
melaksanakan pelayan PPIA

You might also like