You are on page 1of 16

BY: KELOMPOK 4

1.Aqila Fadhila Haya


2.Bella Ananda Putri
3.Elsa
4.Ikka Septika
5.Khairun Niswah
6.N Rizka Nerisandi
7.Purnama Eka Sari
8.Rini Rubiarti
9.Sinta Nurifalidzha
10.Yumiarti Rahmayani
PENGERTIAN FASES
Feses merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh dan merupakan
salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Seperti
halnya sampah, Fases juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-
hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas feses mengandung kuman-
kuman yang di tularkan lewat makanan yang dihinggapinya, lalu
manusia memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat dari fases
manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing
(gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
MACAM – MACAM WARNA FESES
Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel
darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi
warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang
dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati
(liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang
melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning
kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat
dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang
dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah
sesuai dengan makanan yang dikonsumsi. Beberapa warna
feses yang sering ditemukan diantaranya :
1.Warna Kuning Kecoklatan
Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses
mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin.

2. Warna Hitam
Feses berwarna hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem
pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung atau juga
bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna hitam ke
feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna hitam (Licorice),
timbal, pil yang mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry.

3. Warna Hijau
Feses warna hijau didapat dari klorofil sayuran, seperti bayam
yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau
yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa
menyebabkan feses berwarna hijau.
4.Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini
dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem
pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang
menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah.

5. Warna Abu-abu / Pucat


Biasanya pasien sedang mengalami penyakit liver, pankreas, atau
empedu, maka pantat dari pasien akan berwarna abu-abu atau pucat.

6. Warna Coklat
Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada
anemia hemolitik.
BAU FESES
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh
aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa
seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang
mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida.
Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat
menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga
terdapat beberapa produk komersial yang dapat
mengurangi bau feses atau tinja.
DEKOMPOSISI FESES
Aktifitas utama dalam proses penguraian (dekomposisi) adalah :
 Pemecahan senyawa organik kompleks, seperti protein dan urea,
menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil.
 Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai
80%) dari bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan,
karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer;
Bahan - bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap
kedalam tanah di bawahnya.
 Penghancuran organisme patogen yang dalam beberapa
hal tidak mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh
banyak jasad renik didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi.
Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri
dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat
udara, atau anaerobik dalam keadaan tidak terdapat oksigen.
FESES NORMAL

Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 gr feses per hari dari jumlah tersebut
70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa
kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel
epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder)
agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas.
Frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
JENIS PEMERIKSAAN FESES

Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan
makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah,
lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu
infeksi karena amuba atau bakteri shigella.

1. Pemeriksaan Warna

Pemeriksaan warna pada tinja bisa dilakukan langsung dengan mata telanjang dan berikut
interpretasi hasilnya : Kuning (Tinja Normal) ; Hijau ; Keabu-abuan; Merah dan Coklat
2. Pemeriksaan Bau
Bau tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau
busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang tidak dicernakan dan
dirombak oleh kuman-kuman. Ada kemungkinan juga tinja berbau asam, keadaan itu
disebabkan oleh peragian (fermentasi) zat-zat gula yang tidak dicerna karna umpamanya
diare. Bau tengik dalam tinja disebabkan oleh perombakan zat lemak dengan pelepasan
asam-asam lemak.

3. Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau
skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja
yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit
hisprung. Feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.
4. Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya
lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Lendir yang
terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar.
Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada
usus halus.
5. Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam. Darah
itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Makin
proksimal terjadinya pendarahan, makin bercampurlah darah dengan tinja dan warna
menjadi hitam. Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam
esophagus, carcinoma atau hemorrhoid.
6. Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang
mungkin didapatkan dalam feses.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1 – 2% sebagai bahan pengencer tinja atau
juga larutan lugol 1 – 2 %. Selain itu larutan asam acetat 10 % dipakai untuk melihat leukosit
lebih jelas, sedangkan untuk melihat unsur – unsur lain larutan garam 0,9 % yang sebaiknya
dipakai untuk pemeriksaan rutin. Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui
mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba).
■ Protozoa : Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan
bentuk trofozoit
■ Telur cacing : Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan
sebagainya.
■ Leukosit : Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.
Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah
leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita
dengan alergi saluran pencenaan.
■ Eritrosit : Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti
abnormal.

■ Sel Epitel : Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal
dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

■ Kristal : Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak
didapatkan setelah banyak makan lemak.

■ Pemeriksaan kultur feses : dilakukan dengan teknik steril. Pelaksanaanya adalah dengan cara
toucher, namun alat-alat yang digunakan harus steril ( sarung tangan, kapas sublimat, dan
botol bertutup). Tujuan pemeriksaan kultur adalah mendapatkan spesimen feses yang
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan feses rutin.
■ Makrofag : Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya
sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba
tetapi tidak bergerak.
■ Sel ragi : Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba
■ Sisa Makanan : Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun – daunan
dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti seart otot, serat elastik, dan
sebagainya.
■ Jamur
■ Pemeriksaan KOH : Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan
menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur,
sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan
dengan menggunakan lugol.
■ Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja.

■ Darah samar : Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya
perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan
darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+)
tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari.

■ Urobilinogen : Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang


lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan
angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna
dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

■ Bilirubin : Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin
dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan
teroksidasi menjadi urobilin.
Thank you
ANY QUATION???

You might also like