You are on page 1of 3
Karakteristik Subjek Status gizi subjek umumnya adalah normal, baik pada kelompok UKM (100%) maupun non-UKM (78%). Uang saku subjek per bulan relatif sama pada kedua kelompok, yaitu masing-masing Rp 1 132 000 (UKM) dan Rp 1 074 000 (non-UKM). (dak terdapat perbedaan signifikan dalam hal status gizi dan besar uang saku subjek antar kedua kelompok (p>0.05). ‘Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Pro- tein Tabel 1 menunjukkan (Fataeratal|@sUpan idan tingkat kecukupan energi dan protein subjek kelom- pok UKM lebih tinggi dan berbeda signifikan diban- dingkan kelompok non-UKM (p<0.05). Hal ini terjadi karena kelompok UKM lebih banyak mengonsumsi aneka jenis pangan. Perbedaan antara kedua ke- Tabel 1. Rata-rata Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Subjek ‘Asupan Zat, UKM Non-UKM Gitzi RataratasSD WTKG Rate-ratassD _STKG Energi (Kkal) 2340.72 209.3 90.4 2003.32236.6 86.7 Protein (g) O1.1E 16.0 95.9 50.6E103 79.2 Lemak (@) 8.22176 90.8 42.18 13.4 68.3 Karbohidrat (g) 231.1323.0_103.9 245.3545 75.4 Kebiasaan Olahraga Sebaran subjek berdasarkan _kebiasaan olahraga disajikan pada Tabel 2. Jenis olahraga yang dilakukan subjek kedua kelompok cukup bervariasi. Jenis olahraga kelompok non-UKM yang paling banyak dilakukan adalah lari (24.02). Olahraga lari banyak digemari karena olahraga ini mudah dilakukan dan lebih murah. Selain itu lari juga bermanfaat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler (Hamer & Chida 2008; Hasibuan 2010). (Adapun jenis|olahragal yang paling banyak dilakukan oleh subjek kelompok UKM selain sepakbola adalah futsal, basket, dan badminton (antara 12% hingga 64%). Ratarrata frekuensi olahraga kelompok UKM lebih tinggi dan berbeda signifikan (p<0.05) diban- dingkan kelompok non-UKM (4 kali/minggu Vs 1.2 kali/minggu). Subjek kelompok UKM umumnya ter- golong sering berolahraga (60%), sementara subjek kelompok non-UKM umumnya adalah cukup (60.0%) (Tabel 2). Semua subjek pada kelompok UKM memi- Liki rutinitas olahraga minimal dua kali dalam setiap minggu yaitu pada hari Rabu dan Jumat. Daya Tahan Kardiorespiratori Subjek pada kelompok UKM umumnya memi- liki daya tahan kardiorespirasi yang tergolong cukup (80.0%) sedangkan pada kelompok non-UKM umum- nya tergolong cukup (48.0%) dan kurang (44.0%). Secara ratacrata daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM (40.1 ml 0,/kg BB/menit) lebih ting- gi dan berbeda nyata (p<0.05) dibandingkan dengan kelompok non-UKM (36.2 ml 0,/kg BB/menit). Hasil ini masih jauh di bawah atlet sepakbola profesional yang mencapai 63.4 ml O,/kg BB/menit (McMillan et al. 2005). Hal ini menunjukkan bahwa intensi- tas latihan fisik atlet pada kelompok UKM Sepakbola IPB masih tergolong kurang. Latihan rutin kelompok UKM hanya dilakukan dua kali dalam seminggu. Massa Otot Massa otot kelompok UKM dan non-UKM u- mumnya tergolong sedang, yaitu masing-masing 60% dan 80%. Rata-rata massa otot kedua kelompok ham- pir sama, yaitu sekitar 28 kg.) Meskipun demikian, massa otot subjek kelompok UKM tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non-UKM. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Kardiorespirasi dan Massa Otot Subjek dengan tingkat kecukupan energi nor- mal (75%) memiliki daya tahan kardiorespirasi de- ngan kategori baik. Sebagian besar subjek de- ngan tingkat kecukupan energi normal memiliki daya tahan kardiorespirasi cukup (45.4%), sedangkan pada tingkat kecukupan energi defisit berat memi- liki daya tahan kardiorespirasi yang kurang (38.4%). Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi de- ngan daya tahan kardiorespirasi (p=0.003, r=0.415). Hasil ini sejalan dengan penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) yang menunjukkan bahwa asu- pan kalori rata-rata atlet sepakbola berhubungan positif dengan stamina atlet. Pada penelitian terse- but terlihat bahwa faktor yang memengaruhi kapa- sitas VO, max adalah asupan makanan, kebiasaan hidup, aktivitas fisik, dan komposisi tubuh. Sebaran subjek dengan tingkat kecukupan ‘enerei dan protein menurut massa otot disajikan pada Tabel Terdapat subjek dengan tingkat kecukupan defisit fenergi maupun protein berat dan sedang tetapi memiliki massa otet kategori sedang, bahkan tingzt Hasil ji Korelasi Spearman menunjukkan terdapat hhubungan yang tidak signifkan antara tingkat ke- Tabel 3. Hubungan antara Tingkat Kecukupan E> nergi dan Massa Otot Tas Oe ctl anda —_Sedang Tas a a a Tor befstbet 3975128 1 143 betitsedamg 3375 10 286 2 286 Defstengan 1125 10 286 1 143 omit 5 0 3 ae Lebin 0 0 0 0 0 0 reat 8 100 3 100 70 Protein befsitbent 3-975 «256 1143 Defsitsedang 2250 «8 12 2 286 Defstningan 1125 Std 2 286 Vom 15 MA 114 Lobin Lome 2 56 1 a reat 8 two 10070 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi dan Massa Otot Subjek yang memiliki daya tahan kardiorespi- rasi yang baik memiliki kebiasaan olahraga dengan frekuensi minimal satu sampai tiga kali dalam se- mingeu. pun sering. Hal tersebut diduga Karena adaptasi otot pada aktivitas olahraga sepakbola yang merupakan olahraga ketahanan belum mencukupi untuk dapat meningkatkan massa otot. Menurut Wiarto (2013) peningkatan massa otot lebih mudah terjadi pada aktivitas olahraga yang bersifat kekuatan, con- tohnya adalah olahraga angkat beban. Hal int se- Tabel 4. Hubungan antara Frekuensi Olahraga de- ngan Massa Otot Kebiasaan Olahraga Massa Otot (frekuensi per dah Sedang _‘Tingsi minggu) no a SAS “Jarang (<1 kali) 1 43 6 17 2 286 Sedang (I-3kal) 457.1 18-503 428 Sering (3 kali) 2 286 12 33 2 286 Total 7100 9 100 7 100

You might also like