You are on page 1of 14

Psikologi Industri

Teori Ekologi Lingkungan


“Ekosentrisme”

Aprina Ika Nurrahmi


1611216062
Etika lingkungan disebut juga
etika ekologi. Etika ekologi dibedakan
menjadi etika ekologi dangkal dan etika
ekologi dalam.

Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap


lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai
sarana untuk kepentingan manusia,

Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap


lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan
sebagai keseluruhan kehidupan.
Etika lingkungan hidup menawarkan cara pandang
atau paradigma baru sekaligus perilaku baru terhadap
lingkungan hidup atau alam, yang bisa dianggap
sebagai solusi terhadap krisis ekologi. Berbagai teori
etika lingkungan dapat menjelaskan pola perilaku
manusia dalam kaitan dengan lingkungan.

Beberapa teori etika lingkungan ini merupakan


perkembangan pemikiran di bidang etika lingkungan,
yaitu Shallow Environmental Ethic, Intermediate
Environmental Ethic, dan Deep Environmental Ethic.
Keempat teori ini dikenal sebagai antroposentrisme,
biosentrisme, ekosentrisme, dan teosentrisme. Ketiga
teori ini mempunyai cara pandang yang berbeda
tentang manusia, alam, dan hubungan manusia
dengan alam.
Definisi ekosentrisme
Ekosentrisme adalah cara pandang bahwa
pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas
ekosistem secara keseluruhan.

Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika


lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering
disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan.
Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang
antroposentrisme yang membatasi pemberlakuan etika hanya
pada komunitas manusia. Keduanya memperluas
pemberlakuan etika untuk komunitas yang lebih luas.
Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada
komunitas yang hidup (biotis), seperti tumbuhan dan hewan.
Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk
komunitas ekosistem seluruhnya (biotis dan a-biotis).
O Biosentrisme dan ekosentrisme, memandang
manusia tidak hanya sebagai makhluk sosial (zoon
politikon).

O Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai


makhluk biologis, makhluk ekologis. Dunia bukan
sebagai kumpulan objek-objek yang terpisah, tetapi
sebagai suatu jaringan fenomena yang saling
berhubungan dan saling tergantung satu sama lain
secara fundamental.

O Etika ini mengakui nilai intrinsik semua makhluk


dan memandang manusia tak lebih dari salah satu
bagian dalam jaringan kehidupan.
O Bagaimanapun keseluruhan organisme
kehidupan di alam ini layak dan harus
dijaga. Holocaust ekologis telah membawa
dampak pada setiap dimensi kehidupan ini.
Ekosentrisme tidak menempatkan seluruh
unsur di alam ini dalam kedudukan yang
hierarkis dan atau sub-ordinasi. Melainkan
sebuah kesatuan organis yang saling
bergantung satu sama lain.
Deep Ecology
O Salah satu versi teori ekosentrisme ini adalah
teori etika lingkungan yang sekarang ini
populer di kenal sebagai Deep Ecology (DE).
Sebagai istilah, Deep Ecology pertama kali
diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf
Norwegia, pada 1973, di mana prinsip moral
yang dikembangkan adalah menyangkut
seluruh komunitas ekologis.

O Istilah Deep Ecology (DE)menuntut suatu


etika baru yang tidak berpusat pada manusia,
tetapi berpusat pada makhluk hidup
seluruhnya dalam kaitan dengan upaya
mengatasi persoalan lingkungan hidup.
O Istilah Deep Ecology sendiri digunakan untuk menjelaskan kepedulian
manusia terhadap lingkungannya. Kepedulian yang ditujukan dengan
membuat pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendalam dan
mendasar, ketika dia akan melakukan suatu tindakan.

O Kesadaran ekologis yang mendalam adalah kesadaran spiritual atau


religius, karena ketika konsep tentang jiwa manusia dimengerti
sebagai pola kesadaran di mana individu merasakan suatu rasa
memiliki, dari rasa keberhubungan, kepada kosmos sebagai suatu
keseluruhan, maka jelaslah bahwa kesadaran ekologis bersifat
spiritual dalam esensinya yang terdalam.

O Oleh karena itu pandangan baru realitas yang didasarkan pada


kesadaran ekologis yang mendalam konsisten dengan apa yang
disebut filsafat abadi yang berasal dari tradisi-tradisi spiritual, baik
spiritualitas para mistikus Kristen, Budhis atau filsafat dan kosmologis
yang mendasari tradisi-tradisi Amerika Pribumi.
Dua Hal Mendasar dalam
Deep Ecology
O Pertama, manusia dan kepentingannya bukan lagi
ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Manusia
bukan lagi pusat dari dunia moral. Deep Ecology (DE)
justru memusatkan perhatian kepada semua spesies
termasuk spesies bukan manusia. Singkatnya,
biosphere seluruhnya. Demikian pula, Deep
Ecology(DE) tidak hanya memusatkan perhatian
pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka
panjang. Maka, prinsip moral yang
dikembangkan Deep Ecology (DE) menyangkut
kepentingan seluruh komunitas ekologis.
O Kedua, bahwa etika lingkungan hidup yang
dikembangkan Deep Ecology (DE) dirancang sebagai
sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan.
Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus
diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret. Deep
Ecology (DE) menyangkut suatu gerakan yang jauh
lebih dalam dan komprehensif dari sekedar sesuatu
yang instrumental dan ekspresionis sebagaimana
ditemukan pada antroposentrisme dan biosentrisme.
DE menuntut suatu pemahaman yang baru tentang
relasi etis yang ada dalam semesta ini disertai
adanya prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis
baru tersebut, yang kemudian diterjemahkan dalam
gerakan atau aksi nyata di lapangan.
Prinsip-prinsip Gerakan Lingkungan

1. Biospheric egalitarianism-in principle,yaitu pengakuan semua


organisme dan makhluk hidup adalah anggota berstatus sama dari
suatu keseluruhan terkait sehingga bermartabat sama.

2. Non-antroposentrisme, yaitu manusia merupakan bagian dari alam,


bukan di atas atau terpisah dari alam.

3. Realisasi diri (self-realization), realisasi diri manusia


sebagaiecological self yaitu pemenuhan dan perwujudan semua
kemampuannya yang beraneka ragam sebagai makhluk ekologis.

4. Pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan


kompleksitas ekologis dalam suatu hubungan simbiosis.

5. Perlu perubahan politik menuju ecopolitics, yaitu mencapai suatu


keberlanjutan ekologi secara luas yang berjangkauan jauh ke
depan.
Sikap DE terhadapa Beberapa Isu
Lingkungan
O Isu Pencemaran
Prioritas DE adalah mengatasi sebab utama yang paling dalam dari pencemaran,
dan bukan sekedar dampak superfisial dan jangka pendek.

O Isu Sumber daya Alam


Alam dan kekayaan yang terkandung didalamnya tidak direduksi dan dilihat
semata-semata dari segi nilai dan fungsi ekonomis, tetapi juga nilai dan fungsi
sosial, budaya, spiritual dan religius, medis dan biologis.

O Isu Jumlah Penduduk


Pengurangan penduduk adalah yang menjadi prioritas utama.

O Isu Keberagaman Budaya dan Teknologi Tepat Guna


DE berusaha melindungi keberagaman budaya dari invansi masyarakat
industri maju, karena keberagaman budaya dilihat sebagai analog dan
berkaitan dengan keragaman dan kekayaan bentuk-bentuk kehidupan.

O Pendidikan dan Penelitian Ilmiah


Prioritas sialihkan dari ”ilmu-ilmu keras ” ke ”ilmu-ilmu lunak”, khususnya
pengetahuan budaya, filsafat dan etika serta penggalian kearifan
tradisional untuk memperkaya wawasan masyarkat modern.
Terimakasih ....

You might also like