You are on page 1of 7

DEFINISI DAN KONSEP

KEMISKINAN
Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehiduoan yang bermartabat.

Konsep kemiskinan absolut adalah kemiskinan dapat diukur dengan


memperbandingkan tingkat pendapataan orang atau keluarga tersebut
dengan tingkat pendapatannya yang dibutuhkan untuk memperoleh
kebutuhan dasar minimum. Dengan demikian tingkat pendapatan
minimum akan merupakan pembatas antara keadaan miskin dan tidak
miskin atau biasa disebut dengan garis keturunan.
Kemiskinan relatif adalah jiks tingkat pendapatan sudah mampu mencapai
tiingkat kebutuhan dasar minimum tetapi masih jauh lebih rendah
dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya, maka orang atau
keluarga tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Hal ini terjadi
karena kemiskinan lebih ditentukan oleh keadaan lingkungan kebudayaan
sekitarnya daripada lingkungan orang atau keluarga yang bersangkutan.
PENYEBAB KEMISKINAN
a. Kemiskinan kultural adalah suatu kondisi dimana kemiskinan terjadi
karena dari awalnya memang miskin
b. Kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena
bencana alam.
c. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-
faktor buatan manusia seperti kebijkan ekonomi yang tidak adil,
distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta
tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok
tertentu.
3. INDIKATOR KEMISKINAN

BAPPENAS menggunakan beberapa indicator


 Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)
Melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang,
keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum. Contoh: sandang,
pangan papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.
 Pendekatan pendapatan (income approach)
Kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset dan alat-alat produktif seperti
tanah dan lahan pertanian atau perkebunan sehingga secara langsung mempengaruhi
pendapatan seseorang dalam masyarakat.
 Pendekatan kemampuan dasar (human capability approach)
Kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan
menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan
ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam
pengambilan keputusan.
 Pendekatan objective dan subjective
o Pendekatan obyektif atau sering juga disebut pendekatan kesejahteraan (the welfare
approach) menekankan pada penelitian normative dan syarat yang harus dipenuhi
agar keluar dari kemiskinan.
o Pendekatan subyektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan
orang miskin sendiri.
Indikator-indikator tersebut dipertegas dengan rumusan yang konkrit yang dibuat oleh
BAPENNAS:
 Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan → stok pangan yang terbatas
 Rendahnya asupan kalori penduduk miskin
 Buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu.

20% penduduk dengan tingkat pendapatan terendah hanya mengonsumsi 1.571 kkal
per hari
60% penduduk berpenghasilan terendah mengalami kekurangan asupan kalori (<2.100
kkal per hari)

Salah satu inikator utama kemiskinan → terbatasnya kecukupan dan mutu pangan
Kriteria Miskin Berdasarkan Konsumsi Beras Menurut Saygogyo

Pedesaan Perkotaan
Kriteria
(kg/org/th) (kg/org/th)
Melarat 180 270
Sangat
240 360
miskin
Badan
MiskinPusat Statistik (BPS)
320 menghitung angka
480 kemiskinan lewat tingkat konsumsi
penduduk atas kebutuhan dasar. Perbedaannya adalah bahwa BPS tidak menyetarakan
kebuthan-kebutuhan dasar dengan jumlah beras. Dari sisi makanan, BPS menggunakan
indikator yang direkomendasikan Oleh Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998 yaitu
2.100 kalori per orang per hari, sedangkan dari sisi kebutuhan non-makanan tidak
hanya terbatas pada sandang dan papan melainkan termasuk pendidikan dan
kesehatan.
4. Hubungan Pangan, Gizi dan Kemsikinan

Pangsa Kecukupan Kategori


pangan energi rumahtangga
<60% >80% Tahan pangan
>60% >80% Rentan pangan
<60% <80% Kurang pangan
>60% <80% Rawan pangan
 Rumahtangga tahan pangan memiliki kemampuan untuk mencukupi konsumsi
energi selain karena mempunyai akses yang tinggi secara ekonomi juga
memiliki akses secara fisik.
 Rumahtangga rentan pangan mempunyai kondisi terpenuhinya standar
kecukupan energI dalam rumahtangga namum pendapatan rumahtangga relatif
rendah sehingga berpotensi menjadi kekurangan pangan (akses ekonomi yang
rendah).
 Rumahtangga kurang pangan mempunyai akses secara ekonomi tetapi akses
secara fisik terhadap pangan rendah.
 Rumahtangga rawan pangan mempunyai akses yang rendah terhadap pangan
baik secara fisik maupun ekonomi.

You might also like