You are on page 1of 28

PX FISIK

HIDUNG
Anamnesis

Identitas
Keluhan utama :
1. Nama
1. Sumbatan hidung
2. Umur 2. Sekret hidung
3. Jenis Kelamin 3. Bersin
4. Alamat 4. Nyeri daerah muka dan

5. Pekerjaan kepala

6. Agama 5. Perdarahan dari


hidung
7. Suku
6. Gangguan penghidu
Pemeriksaan Fisik

Posisi Pasien dan


Pemeriksa/Dokter
- Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan
dengan sedikit menyerong, kedua lutut
pemeriksa dirapatkan dan ditempatkan
berdampingan dengan kaki pasien.

- Pada anak kecil yg belum koperatif selain


diperlukan fiksasi kepala → anak dipangku
oleh orang tuanya pada saat dilakukan
pemeriksaan → kedua tangan dipeluk oleh
orang tua → kaki anak difiksasi diantara
kedua paha orang tua.
Inspeksi Hidung

- Deformitas
- Deviasi septum nasi
- Kelainan bentuk hidung
/anomali kongenital
- Udem→hidung
- Produksi sekret
- Tanda –tanda trauma
Palpasi Hidung & Sinus Paranasal

1. Palpasi Dorsum Nasi → Krepitasi


2. Palpasi Ala Nasi → furunkel vestibulum (bila nyeri)
3. Palpasi regio frontalis : sinus frontalis, sinus maksilaris
Sinus Maksila
 Inspeksi
 Palpasi
 Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari ke
arah medial dengan tenaga yang optimal dan simetris , pada
tempat yang simetris dan tidak boleh pada foramen
supraorbitalis sebab disana ada N.supraorbitalis.
 Nilai: mempunyai nilai bila ada perbedaan reaksi, sinus yang
lebih sakit adalah sinus yang patologis
Sinus maksilaris
• Fossa kanina : Syarat- syarat seperti diatas , tetapi
jangan ditekan pada foramen infra-orbitalis sebab ada
N. Infra-orbitalis.
Tahap Pemeriksaan RA
• Alat- alat:
a) Spekulum hidung hartman

b) Pinset (angulair)- bayonet


(Lucae)

c) Aplikator

d) Pipa penghisap

e) Kaca rinoskopi posterior


Cara Memegang Spekulum
• Memegang spekulum dengan tangan kiri, posisi spekulum
horizontal, tangkai lateral, mulutnya medial(masuk dalam
lubang hidung)
• Memasukkan spekulum : Mulut spekulum dalam keadaan
tertutup, masukkan spekulum kedalam kavum nasi dan
mulut spekulum dibuka pelan- pelan
• Mengeluarkan spekulum: Mulut spekulum ditutup 90%,
baru dikeluarkan. Jika ditutup 100%, maka mungkin ada
bulu rambut yang terjepit dan ikut tercabut.
. Memeriksa Vestibulum Nasi
 Pemeriksaan dengan spekulum :
 Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke

lateral, medial dengan mendorong ke medial, superior dengan


mendorong ke atas, inferior dengan mendorong ke bawah.
 Yang di lihat : apakah ada sekret, krusta, bisul – bisul
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
 Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga
sejajar dengan konka inferior, perhatikan :
 warna mukosa dan konka inferior hiperemi, anemi, biru

 besarnya lumen kavum nasi

 dasar kavum nasi

 septum deviasi, bentuk krista atau spina


c. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas
 Cahaya lampu diarahkan ke kavum nasi bagian atas ( kepala ditengadahkan )
 Perhatikan :
 kaput dari konka media
 meatus medius: pus, polip
 septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan konka
media)
 fissura olfaktoria
d. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )
Dari posisi tengadah penderita dikembalikan ke posisi semula. Dilihat
adanya deviasi septum berbentuk spina septi, krista septi, huruf S.
Rinoskopi Posterior
Alat
• Cermin yang kecil

• Spatula penekan lidah

• Lampu spiritus (untuk menjaga


agar cermin tidak kabur/
mengembun)

• Solusio tetrakain (- efedrin) 1%


atau Xylocain 10% (untuk
mengurangi reflek muntah)
• Penderita yang sangat sensitif, faring diberikan
Xylocain 10%, selama 5 menit. Spatula dipegang
dengan tangan kiri, cermin dengan tangan kanan.

• Punggung cermin dipanasi dengan lampu spiritus


sampai suhunya sedikit diatas 370C. Temperatur
dicek dengan menyentuhkan pada punggung tangan
kiri.
• Mulut dibuka lebar, lidah ditarik kedalam
mulut, penderita bernafas lewat hidung.

• Ujung spatula diletakkan paramedian kanan


depan uvula, lidah ditekan kebawah.

• Masukkan cermin antara faring dan palatum


mole kanan, kemudian cermin disinari.
1. Meatus superior
2. Meatus medius
3. Meatus inferior
4. Koana
5. Konka Superior
6. Konka medius
7. Konka inferior
8. Palatum mole
9. Uvula
1. Lipatan anterior dari ostium tuba
2. Ostium tuba
3. Fosa Rosenmuller
4. Lipatan posterior dari ostium tuba
Yang dinilai dari pem. RA & RP

• Dasar rongga hidung - Nares posterior (koana)


• Konka dan meatus nasi - Post nasal drip
• Deviasi septum atau - Dengan memutar kaca lebih
perforasi ke - lateral → konka superior,
• Warna membran mukosa
Rinoskopi Anterior

konka media, konka inferior

Rinoskopi Posterior
hidung (normal berwarna - Nasopharing → muara tuba,
merah pudar, lembab, dan -torus tubariur, fossa rossen
mempunyai permukaan muller
halus dan bersih).
• Tanda-tanda peradangan,
pembengkakan atau infeksi
• Eksudat atau sekret
• Massa tumor /polip (
kebanyakan ditemukan
pada meatus media)
Transiluminasi sinus
Sinus Maksilaris
-Dilakukan dalam kamar gelap
-Pasien diminta untuk membuka mulut. Masukkan lampu
dlm rongga mulut lalu pasien diminta menutup mulut.
Sinar lampu akan menembus rongga sinus
maksila→terlihat dipipi→bandingkan kanan dan
kiri→sinus yang berisi cairan tampak suram/gelap.
-Bermakna bila ada perbedaan kanan dan kiri
Sinus Frontalis
-Ujung lampu ditekan pada epikantes, di bawah tulang
dahi.
*Transluminasi pada sinus frontal hasilnya lebih
meragukan. Dasar dan bentuk kedua sinus seringkali tidak
sama.
SINUS FRONTAL SINUS MAKSILA
Tes Penciuman sederhana

Alat dan Bahan :


1. Alkohol prep pad (standart 70% isopropyl
alcohol pad)
2. Penggaris

Prosedur :
1. Tes dilakukan pd ruangan tertutup (tidak berAC/kipas angin, tanpa parfum
ruangan)
2. Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan
3. Alcohol pad dibuka dan pasien di minta u/ mengenali bau
4. Pasien diminta menutup kedua mata→pad secara perlahan di naikkan sampai
dari posisi setinggi umbilikus hingga hidung dgn inhalasi normal
5. Hitung jarak (cm) dari pertama kali terdeteksi alcohol pad sampai hidung
Interpretasi :
1. Normosmia : terdeteksi pada jarak >10 cm
2. Hiposmia : terdeteksi pada jarak 5-10 cm
3. Hiposmia berat : terdeteksi pada jarak <5 cm
4. Anosmia : tidak terdeteksi sama sekali

NB : Bila didapatkan hasil anosmia, pemeriksaan dikonfirmasi dengan test


ammonia untuk menentukan apakah pasien benar-benar anosmia atau
hanya pura-pura
Tes Ammonia
Alat dan bahan :

Ammonia

Prosedur :
1. Pemeriksa dan pasien duduk saling berhadapan
2. Ammonia secara cepat ditempat di depan hidung pasien
3. Dinilai apakah pasien merasakan efek menyengat dan stimulus lakrimal atau
tidak

Interpretasi :
1. Anosmia murni : terdapat efek menyengat
dan stimulus lakrimal
2. Anosmia malingering : menyangkal adanya
efek menyengat dan stimulus lakrimal

You might also like