You are on page 1of 53

PRAKTIKUM

Pemeriksaan hemostasis
dr. FX Hendriyono, SpPK
Bleeding time (BT)
Kegunaan :
- Untuk menilai keadaan vaskuler dan trombosit

(jumlah dan fungsi)

Cara :
- Pasang manset pada 40 mmHg
- Buat insisi menggunakan lancet pada bagian
volar lengan bawah
- Setiap 30 detik isap darah menggunakan
kertas saring
Bleeding time
Cara menentukan waktu perdarahan
Hitung jumlah tetesan darah bagi
dengan 2 satuan dalam menit, detik

Normal 1 - 3 menit

7
1
Setiap 30 detik isap darah yang
6
keluar dengan kertas isap
2
5

3 4

Valid bila salah satu tetesan


berukuran minimal 5 mm
Clotting time (masa pembekuan)

Alat
- Spuit + Jarum
- Stop watch
- Tabung reaksi
- Kapas alkohol
Clotting time (masa pembekuan)

Normal 9 - 15 menit

1 2 3 4
Belum
be k u

beku

Setiap 30 detik miringkan tabung sesuai nomor


urut tabung, bila tabung pertama sudah membeku, Cara menentukan waktu pembekuan
lanjutkan dengan tabung ke 2 dan seterusnya Catat waktu pembekuan setiap tabung
lalu jumlahkan waktu tabung 2, 3 dan 4
kemudian bagi 3, satuan dalam detik
Rumple Leed (Percobaan pembendungan)
Tujuan : menguji ketahanan kapiler darah

Dasar
Jika dinding kapiler oleh karena suatu sebab
kurang kuat maka akan rusak oleh
pembendungan itu, sehingga darah keluar dan
merembes ke jaringan sekitar, tampak sebagai
bercak merah kecil-kecil pada permukaan kulit
yang disebut petechia
Prosedur
Alat :
- Sfigmomanometer
- Penggaris
Cara :
- Pasang manset pada lengan atas dan pompa hingga 100 mmHg
(jika tekanan darah < 100 mmHg, pompa hingga tengah- tengah
nilai sistolik dan diastolik)
- Pertahankan tekanan hingga 5 menit
- Lepas manset, tunggu hingga warna kulit kembali seperti semula
- Carilah petechie di daerah distal fossa cubiti dan hitung
pada diameter 5 cm
Penilaian :
> 10 petechie abnormal / (+)

Tes Rumple Leed tidak perlu dilakukan jika :


- Ada purpura spontan
- Pada tes BT cara IVY sudah terjadi petechie
Hitung eritrosit
Prinsip pemeriksaan :
Untuk memudahkan hitung eritrosit dan mencegah hemolisis,
darah diencerkan dengan larutan pengencer isotonis.
Peralatan :
Pipet eritrosit
Mikroskop
Kamar hitung Improve newbauer
Reagen (salah satu) :
- Larutan Hayem
Keadaan hiperglobulinemia tidak dapat dipergunakan
karena menyebabkan presipitasi protein, reulaux, aglutinasi
- Larutan Gower :
Dapat mencegah aglutinasi dan rouleaux eritrosit.
- Natrium chlorida 0.85 %
Spesimen :
Darah-EDTA atau darah kapiler.
Cara kerja :
Pipetlah darah sampai tanda 0.5
lalu isap reagen sampai tanda 101
maka didapatkan pengencer 200 X.

Kemudian kocoklah selama 3 menit

Bersihkan bilik hitung. Isikan darah tersebut kedalam


bilik hitung dengan sebelumnya membuang dulu 4 tetes
kemudian biarkan 3 menit agar eritrosit mengendap
sehingga mudah dihitung.
Perhitungan

Hitung eritrosit :
Jumlah sel yang dihitung
= X pengenceran
Volume sel yang dihitung

Jumlah sel yang dihitung


X 200
5 X (0,2 X 0,2 X 0,1)

= Jumlah sel yang dihitung X 10 000 / uL


Hitung leukosit

Prinsip
Darah direaksikan dengan larutan asam, akibatnya eritrosit
menjadi lisis maka tertinggal leukosit, hingga mudah
dihitung
Reagen : (salah satu)
1. Larutan Turk :
Asam acetat glasial 3 mL
Gentian violet 1 % 1 mL
Aquades 100 mL
2. HCl 1%
3. Asam acetat 2 %
Alat
- Pipet leukosit
- Bilik hitung improved Neubauer dengan kaca penutupnya.
- Mikroskop
Spesimen :
Cara kerja :
Isap darah dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5
Bersihkan ujung luar pipet tersebut dengan kertas tisu.
Kemudian isap reagen sampai tanda 11
maka didapatkan pengenceran 20X.

Kocok selama 3 menit, agar semua eritrosit lisis.

Pengisian bilik hitung :


Buanglah 4 tetes pertama
Letakkan ujung pipet pada bilik hitung tepat pada batas
kaca penutup dengan bilik hitung.
Isi bilik hitung hingga merata lalu biarkan selama 3 menit
agar leukosit mengendap dalam bilik hitung.

Hitung di bawah mikroskop


Cara menghitung leukosit per uL :

Hitung leukosit
Jumlah sel yang dihitung

= X pengenceran
Volume yang dihitung

Jumlah sel yang dihitung


X 20
4 (1,0 X 1,0 X 0,1)

= Jumlah sel yang dihitung X 50 per uL


Morfologi sel darah
Area
pengamatan

Pengecatan
Pewarnaan didasarkan prinsip Romanowsky (sesuai International Committee for Standardization in Hematology = ICSH)

seperti : Wright, Giemsa, May Grunwald Giemsa atau Wright Giemsa

Dasarnya adalah penggunakan 2 zat warna yaitu :


- Azur B (trimetiltionin) bersifat basa
mewarnai komponen sel bersifat asam seperti kromatin, DNA dan RNA
- Eosin Y (tetrabromoflurescein) bersifat asam
mewarnai komponen sel bersifat basa seperti granula eosinofil dan hemoglobin
Leukosit

Granulocytic line
Monocytic line
Lymphoid line
Basofil
Variasi basofil
Basophil confusions
Eosinofil
Variasi eosinofil
Eosinophil confusions
Neutrofil
Variasi neutrofil
Neutrofil confusions
Limfosit
Variasi limfosit
Limfosit confusions
Monosit
Variasi monosit
Monosit confusions
eritrosit
MORFOLOGI ERITROSIT
Anisositosis
Sferosit (+), polikromasi (+). Dijumpai pada anemia
hemolitik
Sel target
Acanthocytes
Echinosit
Schistocytes (keratocytes = fragmentosit)
Eliptosit
Sferosit
Stomatosit
Sickle cells (drepanocytes)
Tear drop cells
Basophilic stippling

You might also like