You are on page 1of 24

Trauma Medulla Spinalis

Prinsip pada trauma tulang belakang,


pikirkan selalu kemungkinan adanya
cedera medulla spinalis.
Definisi
Trauma pada tulang
belakang yang menyebabkan
lesi di medulla spinalis
sehingga menimbulkan
gangguan neurologis, dapat
menyebabkan kecacatan
atau kematian.
Etiologi
-Kecelakaan lalu lintas
-Jatuh dari ketinggian
-Kecelakaan olahraga
-Kekerasan
-Menyelam, dll
Klasifikasi Trauma Medulla Spinalis
Komplit Inkomplit
Gangguan seluruh fungsi neurologis Gangguan fungsi neurologis bervariasi,
(motorik & sensorik) di bawah segmen bergantung pada segmen yang
yang mengalami trauma mengalami trauma

• Quadriplegia  Lesi pada medulla • Brown Sequard Syndrome


spinalis regio servikal (C1-C8) • Anterior Cord Syndrome
• Paraplegia  Lesi pada medulla • Central Cord Syndrome
spinalis dibawah Thorakal 1 • Posterior Cord Syndrome
Kapan mencurigai pasien dengan trauma medulla spinalis?

1. Nilai Level Injury


2. Keparahan Defisit Neurologis
3. Sindrom Medulla Spinalis
1. Nilai Level Injury
Level Neurologis
Adalah level paling kaudal dari medulla
spinalis yang mempunyai fungsi
motoris dan sensoris yang normal di
kedua sisi tubuh.
Level Sensorik
Mengacu ke bagian medulla spinalis
bagian kaudal yang memiliki fungsi
sensorik yang normal.
Level Motorik
Mengacu ke fungsi motorik dengan
otot kunci yang paling bawah dengan
derajat minimal 3/5
2. Keparahan Defisit Neurologis

Kategori cedera medulla spinalis:


• Paraplegia inkomplit (incomplete thoracic injury)
• Paraplegia komplit (complete thoracic injury)
• Kuadriplegia inkomplit (incomplete cervical injury)
• Kuadriplegia komplit (complete cervical injury)

Saat pemeriksaan fisik, penting untuk menilai setiap gejala dari masih adanya
fungsi traktus yang panjang dari medulla spinalis.
Setiap fungsi motorik atau sensorik dibawah level cedera menandakan cedera
inkomplit.
Gejala cedera inkomplit: adanya sensasi (termasuk sensasi posisi) atau
pergerakan volunter dari ekstremitas bawah, sacral sparing, kontraksi
spinchter ani volunter, dan fleksi ibu jari kaki yang volunter.
3. Sindrom Medulla Spinalis

A. Central Cord Syndrome


Gambaran Klinis:
Tetraparese parsial, gangguan
pada ekstremitas bawah lebih
ringan daripada ekstremitas
atas, sedangkan daerah perianal
tidak terganggu.
Gangguan sensoris bervariasi.
Gangguan berkemih.
3. Sindrom Medulla Spinalis

B. Anterior Cord Syndrome


Gambaran Klinis:
-Kelumpuhan otot lurik (paraplegia)
dibawah segmen yang mengalami
kerusakan
-Hilangnya sensasi nyeri dan suhu di
kedua sisinya
-Sensasi raba dan posisi tidak terganggu
3. Sindrom Medulla Spinalis

C. Browns Sequard Syndrome


Gambaran Klinis:
--Gangguan motorik dan proprioseptif
pada posisi ipsilateral
-Pada sisi kontralateral terpadat
gangguan nyeri dan suhu
3. Sindrom Medulla Spinalis

D. Sindrom Konus Medularis


Kerusakan pada medulla spinalis
setinggi vertebra L1-L2,
mengakibatkan anestesi perianal,
gangguan fungsi defekasi, miksi,
impotensi, serta hilangnya refleks
anal dan refleks bulbokavernosa.

E. Sindrom Kauda Equina


Disebabkan oleh kompresi pada
radiks lumbosakral setinggi ujung
konus medullaris dan
menyebabkan kelumpuhan dan
anestesi daerah lumbosakral
Syok Spinal
Gejala dan tanda syok spinal:

-kelumpuhan flaksid
-anestesia
-arefleksia
-hilangnya perspirasi
-gangguan fungsi rektum dan kandung
kemih
-bradikardia
-hipotensi
Syok Neurogenik
Terjadi karena gangguan jalur simpatis yang menurun
di servikal atau bagian atas thorakal medulla spinalis.

a. Kehilangan tonus vasomotor  vasodilatasi


pembuluh darah viseral & ekstremitas bawah 
hipotensi
b. Kehilangan persarafan ke jantung  bradikardia

Trias syok neurogenik: hipotensi, bradikardi,


vasodilatasi perifer.
Penilaian dan Pengelolaan
Cedera Medulla Spinalis dan Terapinya
• Primary Survey
• Secondary Survey
• Pemeriksaan Level Cedera
• Prinsip Terapi
Primary Survey
Airway -Evaluasi airway sambil memproteksi tulang servikal
-Buat airway definitif bila diperlukan
Breathing Menilai dan memberikan oksigenasi yang adekuat dan bantuan
ventilasi mekanik bila diperlukan
Circulation Bila terdapat hipotensi, bedakan antara syok hipovolemik dan
syok neurogenik
Syok hipovolemik: penurunan tekanan darah, peningkatan
denyut jantung, ekstemitas dingin
Syok neurogenik: penurunan tekanan darah, penurunan denyut
jantung, ekstremitas hangat

-Ganti cairan untuk mengatasi hipovolemi


-Bila terdapat cedera medulla spinalis, pemberian cairan harus
dipandu dengan monitor CVP
-Bila melakukan pemeriksaan colok dubur sebelum memasang
kateter, harus dinilai sensasi serta tonus otot spinchter ani
Disability -Tentukan tingkat kesadaran, menilai pupil
-Tentukan GCS
-Kenali adanya paralisis/paresis
Secondary Survey
 Anamnesis: Riwayat AMPLE dan mekanisme trauma
 Penilaian ulang tingkat kesadaran dan pupil
 Penilaian ulang GCS
 Nilai tulang belakang (lakukan log roll pada pasien dengan
perlahan)
-Palpasi: nilai deformitas, krepitasi, kontusio/laserasi
-Nilai nyeri/paralisis/paresthesia: ada/tidak, lokasi, level
neurologis
-Sensasi: pemeriksaan pin prick test
-Nilai fungsi motorik & refleks tendo dalam
-Pencatatan dan buat laporan
 Reevaluasi: nilai adanya trauma yang berhubungan atau
trauma yang tidak terdeteksi
Pemeriksaan Level Cedera
Pemeriksaan Motorik Terbaik
• Menentukan level kuadriplegia, level radiks saraf
-Mengangkat siku sampai setinggi baju – Deltoid, C5
-Fleksi lengan bawah – Bisep, C6
-Ekstensi lengan bawah – Trisep, C7
-Fleksi pergelangan tangan dan jari – C8
-Membuka jari – T1
• Menentukan level paraplegia, level radiks saraf
-Fleksi panggul – Iliopsoas, L2
-Ekstensi lutut – Quadriceps, L3-L4
-Fleksi lutut – Hamstring, L4, L5 sampai S1
-Dorsofleksi jempol kaki – Ekstensor Hallucis Longus, L5
-Plantarfleksi ankle – Gastrocnemius, S1

Pemeriksaan Sensorik: lakukan evaluasi dermatom


Prinsip Terapi
1. Perlindungan terhadap trauma lebih lanjut  memasang
semigrid cervical collar dan long spine board. Melakukan
modifikasi logroll untuk membuat kesegarisan yang netral
dari seluruh tulang belakang.
2. Resusitasi cairan dan monitoring
 Monitoring CVP
 Kateter urin
 Kateter lambung  NGT dipasang pada penderita paraplegi
dan kuadriplegi untuk mencegah distensi gaster dan
aspirasi.
Terima Kasih 

You might also like