You are on page 1of 18

Disusun oleh :

Mareta Gita kencana (15330007)


Shella Nilambumala (15330012)
Dinda Aulia Hanifah (15330018)
Fariana Dwi Maharani (15330020)
Siti Rodiah (15330035)
Siti Nurjannah (15330122)
La Tasya Andika P (15330144)
Pelayanan kefarmasian yang baik adalah pelayanan
yang berorientasi langsung dalam proses penggunaan
obat, bertujuan menjamin keamanan, efektifitas dan
kerasionalan penggunaan obat dengan menerapkan ilmu
pengetahuan dan fungsi dalam perawatan pasien.

perilaku merupakan respon/reaksi seorang


individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya.
Proses Pembentukan Perilaku

Menurut Abraham Harold Maslow, manusia


memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:

3) Kebutuhan mencintai dan


1) Kebutuhan fisiologis/biologis
dicintai

2) Kebutuhan rasa aman 4) Kebutuhan harga diri

5) Kebutuhan aktualisasi diri


Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang


terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan.

Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan


Kesehatan

Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit Perilaku ini adalah respons individu
terhadap sistem pelayanan kesehatan
Perilaku tentang bagaimana seseorang modern maupun tradisional, meliputi :
menanggapi rasa sakit dan penyakit
yang bersifat :  Respons terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan
 respons internal (berasal dari dalam  Respons terhadap cara pelayanan
dirinya) kesehatan
 eksternal (dari luar dirinya)  Respons terhadap petugas kesehatan
 Respons terhadap pemberian obat-
obatan
1. Pengetahuan

Domain Perilaku 2. Sikap (Attitude)

Berdasarkan :

3. Praktik atau Tindakan


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002
resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
Resep dokter hewan, kepada apoteker untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Resep harus memuat beberapa hal, yaitu:

 Nama, alamat, dan nomor izin dokter, dokter gigi dan dokter hewan
 Tanggal penulisan resep
 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep sesuai dengan
perundangan
 Nama setiap obat maupun komponen obat
 Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep
 Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
 Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
• Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan observational dengan
pendekatan retrospektif

• Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2008. Penelitian dilakukan di
19 Rumah Sakit Pemerintah Propinsi Sumatra Barat.

• Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah dokter yang bertugas di instalasi rawat jalan
Poliklinik Umum, Poliklinik Penyakit Dalam dan Poliklinik Bedah Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Pemerintah Propinsi Sumatra Barat.
Pengambilan sampel resep diambil berdasarkan rata-rata jumlah resep yang
ditulis setiap hari pelayanan, sampel diambil sebanyak 7314 resep.

• Pengumpulan Data
Data diolah dengan menggunakan program dengan tahap entri-data, editing,
tabulating.
Jumlah Item Obat Perlembar Resep
• Faktor Internal Peresepan Obat Generik :
1. Pemahaman dan Kewajiban Peresepan
2. Kepercayaan Dokter Terhadap Obat Generik
• Faktor Eksternal Peresepan Obat Generik :
1. Pengaruh Pasien
2. Pengaruh detailer
Faktor Internal Peresepan Obat Generik
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sukapti Defriani
Dwiyanti, faktor utama yang mempengaruhi peresepan obat generik di Rumah
Sakit Pemerintah Propinsi Sumatra Barat adalah faktor pemahaman & kewajiban
dokter dalam meresepkan obat generik, serta adanya faktor kepercayaan.
Sedangkan faktor pengaruh pasien dan detailer kurang berpengaruh.
Dengan adanya informasi yang banyak diterima oleh dokter sehingga
dapat mendorong perilaku dokter dan sikap dokter untuk meresepkan obat
generik. Dalam hal ini, dokter mendapatkan pengetahuan berupa informasi obat
generik, dari informasi yang didapatkan menimbulkan suatu sikap dan tindakan
untuk meresepkan obat generik. Selain itu, karena adanya peraturan menteri
kesehatan yang mendorong dokter untuk meresepkan obat generik.
Sedangkan pada faktor kepercayaan didasari dengan kepercayaan
dokter terhadap mutu, khasiat dan keamanan pemakaian suatu obat juga akan
mempengaruhi peresepan seorang dokter. Kepercayaan terhadap suatu obat
dapat diperoleh dari pengalaman memberikan obat kepada pasien. Pengalaman
buruk akan menyebabkan dokter menjadi lebih berhati-hati dan berfikir lebih jauh
untuk memberikan obat tersebut kepada pasien berikutnya.
Masih ada sebagian dokter yang meragukan mutu obat generik.
Dokter berpendapat mutu obat generik lebih rendah dibanding obat paten.
Alasan doker meragukan kualitas obat generik karena pada obat generik
tidak dilakukan uji BA (bioavailabilitas/ kesetaraan bologi) dan BE
(bioekivalen/kesetraan biologi). Hal ini menimbulkan keraguan dikalangan
dokter yang didukung pengalaman empiris meresepkan obat generik ternyata
pasien tidak sembuh.

Faktor Eksternal Peresepan Obat Generik


Untuk meresepkan obat biasanya dokter memandang kemampuan
pasien dari penampilanya. Tetapi pada kenyataanya ada juga pasien yang
menolak diberikan obat generik. Kesan di masyarakat obat mahal memiliki
kualitas yang baik.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah interaksi antara detailer obat
dengan dokter. Detailer melakukan berbagai teknik pendekatan melalui
promosi, pemberian hadiah, leaflet informasi obat, demonstrasi, persentasi
ilmiah, pameran, jamuan makanan, serta insentif uang. Hal ini bisa
mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi perilaku peresepan dokter.
1. Perilaku peresepan obat generik dipengaruhi oleh persepsi latar belakang sosial,
kepercayaan, sikap, pengetahuan, informasi dan harapan pasien. Permintaan
pasien dapat mempengaruhi pertimbangan penulisan resep obat dan biasanya
permintaan tersebut diluluskan oleh dokter.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dokter dalam peresepan obat generik,
yaitu
 Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri dokter yang terdiri dari
informasi atau pengetahuan dan kepercayaan serta pengalaman dokter terhadap
obat.
 Faktor eksternal yang terdiri dari pengaruh pasien, hubungan dokter dan pasien dan
konteks sosial yang lebih luas termasuk pengaruh promosi, sejawat dan adanya
intensif finansial.
3. Rata-rata pemakaian obat
 Rata-rata jumlah item obat perlembar resep lebih tinggi pada:
o poli penyakit dalam (3,7 item)
o klasifikasi pasien akses (3,8 item)
o penulisan dokter spesialis (3,5 item)
 Rata-rata jumlah obat generik resep lebih tinggi pada:
o Poliklinik penyakit dalam (2,7 item)
o Klasifikasi pasien jamsostek (3,0 item)
o Penulisan resep dokter umum (2,7 item)
 Persentse penggunaan obat generik pelayanan rawat jalan 72,4 %

You might also like