Professional Documents
Culture Documents
Li KGD
Li KGD
• Tindakan darurat :
• Berikan sulfas atropine dalam dosis tinggi.
• Pernapasan buatan dan oksigen. Pernapasan buatan mulut kemulut tidak boleh dilakukan.
• Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, dan dilakukan sebelum timbul gejala atau setelah gejala
terkontrol dengan atropine.
• Bilas lambung atau emetika. Bila gejala-gejala belum timbul, lakukan bilas lambung dengan air hangat atau induksi
muntah dengan sirup ipekak.
• Laksativa, magnesium sulfat 25 gr dalam 1 gelas air. Castrol oil merupakan kontaindikasi karena dapat
mempermudah larutnya racun.
• Pemberian antidotum : sulfas atropine, 2 mg IM dan diulang tiap 3-6 menit sampai timbul tanda atropinisasi
(wajah merah, mulut kering, dilatasi pupil dan nadi cepat). Pertahankan atroinisasi dengan mengulang pemberian
atropine 2 mg. Pemberian atropine sebanyak 12 mg dalam 2 jam pertama cukup aman. Terapi atropine yang
terputus akan segera disusul dengan kegagalan pernapasan. Takaran sulfat atropine untuk anak-anak adalah 0,04
mg/kgBB. Bila timbul taki kardi hebat dapat diberi propanolol.
• 2-PAM harus diberikan secepatnya karena dapat timbul aging phenomen, yaitu keadaan dengan ikatan insektisida
AChE telah mengalami dialkilasi sehingga 2-PAM tidak lagi dapat melepaskan ikatan tesebut. Hal ini berbahaya
karena atropine tidak memperbaiki paralisis otot-otot pernapasan.
• Tindakan Umum :
• Sekresi jalan napas dikeluarkan dengan postural drainase atau dengan penyedot kateter.
• Hindari pemakaian morfin, aminofilin, barbiturate, fenotiazin dan obat yang menimbulkan depresi pernapasan
lain.
• Kejang-kejang diatasi dengan obat anti kejang.
• Satu-satunya diagnosis pasti keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis
dapat berasal dari cairan tubuh, cairan lambung, atau urin. Pemeriksaan penyaring yang cepat dan
sederhana menggunakan kromatografi lapisan tipis dapat dilakukan pada 90% keracunan umum
yang terjadi
•
• Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin hal ini selain dapat, membantu penegakan
diagnosis juga berguna untuk kepentingan penyidikan polisi pada kasus kejahatan. Sampel yang
dikirim ke laboratoriam adalah 50 ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan, feses.
• (IPD)
• Pemeriksaan Penunjang
• Satu-satunya diagnosis pasti keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis
dapat berasal dari bahan cairan, cairan lambung, atau urin.
• Pemeriksaan penyaring yang cepat dan sederhana menggunakan kromatografi lapisan tipis dapat
dilakukan pada 90% keracunan umum yang terjadi.
• 3. Pemeriksaan Radiologi
• Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutarm bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui
inhalasi atau dugaan adanya perforasi lambung.
• 4. Laboratorium Klinik
• Pemeriksaan ini penting dilakukan terutaa analisis gas darah. Beberapa gangguan gas darah dapat
membantu penegakkan diagnosis penyebab keracunan. (Tabel 4)
• Pemeriksaan EKG
• Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus keracunan karena,
sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus
takikardia, sinus bradikardia, takikardia supraventikular, takikardia
ventrikular.
• Torsade depointes, fibrilasi ventrikular, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predisposisi timbulnva aritmia
pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri
dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia,
dan penyakit dasar jantung iskemik.
• Sangat penting diperhatikan, pada semua kasus aritmia: oksigenasi,
koreksi gangguan elektrolit dan asam-basa, hindari obat antiaritmia
karena justru bisa mencetuskan timbulnya aritmia, gunakan obat
inotropik negatif dan kronotropik.