You are on page 1of 20

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

DAN PENANGGULANAN KLB


PERTUSIS

Eunike Kusuma Yanti


102012194
Skenario 2
Dokter Mega bekerja di sebuah puskesmas kecamatan berpenduduk 25.000
jiwa. Minggu ini dia dikejutkan dengan meningkatnya kasus yang mirip
dengan pertusis pada anak – anak balita. Laporan hasil imunisasi dasar DPT
ternyata telah mencapai 80 %. Ia bermaksud untuk mengadakan
penyelidikan epidemiologi atas peristiwa tersebut. Apakah benar kejadian
tersebut adalah KLB pertusis.
Mind Map

Survei

RM
• Promotif = Sosialisasi
• Preventif = Imunisasi
• Kuratif = Pengobatan dan
pecegahan
• Rehabilitasi
Pertusis
◦ Pertusis  infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh Bordetella
Pertussis.
◦ Istilah pertusis (batuk kuat) pertama kali diperkenalkan oleh Sydenham
pada tahun 1670, dimana istilah “batuk rejan (whooping cough)”
◦ Manifestasi klinis utama  batuk yang bersifat spasmodik dan paroksismal
disertai nada yang meninggi..
◦ Masa tunas 7-14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih
dan terbagi dalam 3 stadium:

Stadium kataralis (1-2 minggu) Rinore, injeksi konjungtiva, lakrimasi,


batuk ringan iritatif kering dan intermiten,
demam dan batuk

Stadium paroksismal atau spasmodic 2-4 Muka merah, sianosis, mata menonjol,
minggu lidah menjulur, lakrimasi, salivasi,
muntah

Stadium konvalesensi Batuk menurun dan hilang 2-3 minggu


tetapi pada beberapa pasien akan timbul
batuk paroksimal kembali.3,4
Etiologi
◦ Bordetella pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak
bergerak,dan ditemukan dengan melakukan swab pada daerah
nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou.
◦ Ciri-ciri organisme antara lain:
◦ Berbentuk batang (coccobacilus).
◦ Tidak dapat bergerak.
◦ Bersifat gram negatif.
◦ Tidak berspora, mempunyai kapsul.
◦ Mati pada suhu 55ºC selama ½ jam dan tahan pada suhu
rendah (0º- 10ºC).
◦ Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar
metakromatik.
◦ Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn tetapi
resisten terhadap penicillin.
Epidemiologi
◦ Penyakit terjadi pada usia kurang dari 6 bulan, termasuk bayi yang berumur 3
bulan. Sekitar 45% penyakit terjadi pada usia kurang dari 1 tahun dan 66% pada
usia kurang dari 5 tahun. Kematian dan jumlah kasus yang dirawat tertinggi terjadi
pada usia 6 bulan pertama kehidupan.
Surveilans : Menurut WHO (2015)

◦Surveilans kesehatan masyarakat :


kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi secara terus menerus dan sistematik
terhadap data kesehatan yang dibutuhka untuk
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
kesehatan masyarakat.
Fungsi
◦ Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi suatu penyakit
◦ Menentukan prioritas penyakit
◦ Meramalkan kejadian wabah
◦ Menilai dan memantau pelaksanaan program kesehatan
◦ Mengetahui jangkauan pelayanan kesehatan
Prinsip Umum Surveilans Epidemiologi

Penyebarluasan Data dan


Pengumpulan data Keterangan termasuk umpan
• Pencatatan insidensi
balik
• Laporan kasus • Agar informasi dapat dimanfaatkan
• Wawancara & pemeriksaan sebagaimana mestinya
• Menentukan kelompok high risk, jenis
dan karakteristik penyebab, Evaluasi
reservoir, transmisi.
• Hasil evaluasi dapat digunakan untuk
Pengelolaan Data perencanaan, kegiatan tindak lanjut,
melakukan koreksi serta perbaikan
• Tabel program.
• Grafik
• Peta

Analisis dan interpretasi


data
Tujuan

Umum Khusus

Terlaksanan
ya
Gambaran pengumpula
Terdeteksiny Terdisemina Terwujudnya
Deteksi n data serta
epidemiolo a kasus
analisa data
si-nya hasil pengambilan
dini secara dini analisis keputusan
gi berdasarkan
variabel
epidemiologi
Kegiatan SurveilansPada tingkat puskesmas
Pertusis
• memenuhi kriteria klinis pertusis
• batuk < 2 minggu diupayakan untuk dimonitor
• Bila kasus memenuhi kriteria klinis pertusis, catat dalam format laporan pertusis seperti dalam
Penemuan lampiran dan lakukan penyelidikan epidemiologi
kasus • Bila memenuhi kriteria KLB maka dilakukan penyelidikan KLB

• Kasus pertusis dapat juga didiagnosa secara laboratoris


Pengambilan
Spesimen

• Puskesmas mencatat setiap kasus pertusis ke dalam format list pertusis


dan dilaporkan ke Dinas kesehatan kab/kota setiap bulan.
Pencatatan dan
Pelaporan

• Jumlah kasus berdasarkan kelompok umur (< 1 tahun, 1-4 tahun, 5-9 tahun, >10 tahun )
• Status imunisasi DPT- HB – Hib atau DPT - HB penderita
Pengolahan • Angka CFR total dan menurut kelompok umur
dan analisis • Angka insidensi menurut kelompok umur dan jenis kelamin berdasarkan bulan dan tahun
data
Kejadian Luar Biasa
Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010
Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah

Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya

Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya

Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama
Promotif
◦ Mengadakan sosialisai mengenai
apa itu penyakit pertussis.
◦ Dari pengertian, gejala klinis,
prognosis, pencegahan,
pengobatan juga sudah terkena.
◦ Dengan memberikan selebaran
ataupun mengadakan
penyuluhan.
Preventif
Pencegahan yang dilakukan secara aktif dan pasif:
Secara aktif Kontra indikasi

Dengan pemberian imunisasi DPT 1. Panas yang lebih dari 38 derajat celcius.
2. Riwayat kejang
3. Demam dengan kejang, penurunan
kesadaran, syok atau reaksi anafilaktik

Tenaga kesehatan sebagai edukator Melakukan penyuluhan kepada masyarakat


khususnya kepada orang tua yang
mempunyai bayi tentang bahaya pertusis
dan manfaat imunisasi bagi bayi.
  Kuratif  Terapi dan Pencegahan
◦ Penatalaksanaan :
◦ Antibiotika
◦ Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis.
◦ Obat ini dapat menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-7 hari (rata-rata 3-4 hari)
dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisin juga bisa
menyembuhkan pertusis bila diberikan pada stadium kataralis, mencegah dan menyembuhkan
pneumonia. Oleh karena itu sangat penting untuk pengobatan pertusis untuk bayi muda.
◦ Ampisilin dengan dosis 100mg/kgbb/hari, dibagi menjadi 4 dosis.
◦ Lain-lain : rovamisin, kotromoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin.
◦ Terapi suportif : terutama menghindarkan faktor-faktor yang menimbulkan serangan batuk, mengatur
hidrasi dan nutrisi .
◦ Oksigen diberikan pada distres pernapasan akut/kronik.
◦ Penghisapan lendir terutama pada bayi dengan pneumonia dan distres pernapasan.
◦ Betametason dan salbutamol (albuterol) dapat mengurangi batuk paroksismal yang berat.
Pencegahan penyebarluasan penyakit,dilakukan dengan cara:

Isolasi mencegah kontak dengan individu yang


terinfeksi, mendapatkan antibiotik sekurang-
kurangnya 5 hari dari 14 hari pemberian
secara lengkap.

Karantina berusia <7 tahun imunisasi tidak lengkap,


tidak boleh berada di tempat publik selama
14 hari atau setidaknya mendapat antibiotik
selama 5 hari dari 14 hari pemberian secara
lengkap.

Disinfeksi direkomendasikan untuk melakukan pada alat


atau ruangan yang terkontaminasi sekret
pernapasan dari pasien pertusis.
Kesimpulan
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular
dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic
dan paroksimal disertai nada yang meninggi. Penyakitpertusis disebabkan oleh
bakteri Bordetella pertusis. Penyakit pertusis dapat dicegah dengan cara pemberian
imunisasi DPT.
TERIMA KASIH

You might also like