You are on page 1of 113

Presentasi Praktikum Destructive Test 2010

Kelompok 7:
Andri suryo cahyono
Eric tanoto
Kholilah saadah
Rhidiyan waroko
Vicky indrafusa
Wahidun adam
content
• Modul 1 : Pengujian Tarik
• Modul 2 : Pengujian Kekerasan
• Modul 3 : Pengujian Impak
• Modul 4 : Pengujian Aus
Modul 1
Pengujian Tarik
Outline
1. Tujuan Pengujian Tarik
2. Prinsip Pengujian Tarik
3. Alat dan Bahan Pengujian Tarik
4. Data Hasil Pengujian Tarik
5. Grafik dan Analisa Grafik Pengujian Tarik
6. Kesimpulan Pengujian Tarik
7. Tugas Tambahan Pengujian Tarik
1.Tujuan Pengujian Tarik
1. Untuk membandingkan kekuatan maksimum beberapa jenis
logam (besi tuang, baja, tembaga dan aluminium).
2. Untuk membandingkan titik luluh logam-logam tersebut.
3. Untuk membandingkan tingkat keuletan logam-logam
tersebut, melalui penghitungan % elongasi dan %
pengurangan luas.
4. Untuk membandingkan fenomena necking pada logam-logam
tersebut.
5. Untuk membandingkan modulus elastisitas dari logam-logam
tersebut.
6. membuat, membandingkan serta menganalisa kurva tegangan-
regangan, baik kurva rekayasa maupun sesungguhnya dari
beberapa jenis logam.

7. Untuk membandingkan pengujian tampilan perpatahan


(fraktografi) logam-logam tersebut dan menganalisisnya
berdasarkan sifat-sifat mekanis yang telah dicapai.
2.Prinsip Pengujian Tarik
• memberikan tegangan aksial dari gaya tarik pada kedua ujung
spesimen tarik (Fe,Cu,dan Al) dengan beban yang kontinyu
hingga mengalami fracture/patah pada sampel dengan ukuran
dan bentuk yang telah ditentukan.
3.Alat dan bahan
• ALAT PENGUJIAN
1. Universal Testing Machine,Serverpulser Shimadzu kapasitas 30 ton
2. Caliper dan /atau micrometer
3. Spidol permanen atau penggores (cutter)
4. Stereocan macroscope
5. Sampel uji tarik (besi tuang,baja,tembaga,dan aluminium)
• Bahan
– Sampel uji tarik (besi tuang, baja, tembaga dan
alumunium)
Metodologi pengujian
Pengujian menggunakan mesin shimadzu dilakukan dengan
tahapan sbb:
Preparasi sampel (pengukuran d0 dan l0) Fe,Cu,dan Al
Menandai gauge length pada perkiraan letak
perpatahan masing- masing sampel
Mempersiapkan mesin uji (pengaturan besar beban
yang diberikan secara kontinyu)
Memasang sampel pada grip mesin uji
Memulai pengujian dan melakukan pengamatan
selama pengujian
Mengambil,mengukur dan mencatat sampel uji
(pengukuran lf dan df)
Melakukan pengujian pada sampel lain
START

Mengukur
sampel (d0,l0)

Menandai gauge
length Ya Pengujian
sample
Memasang
sample pd grip
lain
tidak
Mulai penarikan END
& pengamatan

Menandai grafik
hasil uji

Mengambil, mengukur &mencatat


sample hasil uji (Lf & d1)

Mengamati karakteristik
perpatahan & sketsa
• 4.Data Hasil Pengujian

sampel D0 (mm) Df (mm) A0 Af (mm2) L0 (mm) Lf (mm)


(mm2)

Fe 10 5,9 78,5 27,325 50 62

Cu 11,8 4,8 109,3 18,806 50 64,6

Al 10 4,9 78,5 18,85 50 18,85


Hasil perpatahan

Fe Cu

Al
Grafik & Analisa
• Grafik P vs dL

Grafik P vs dL
5000 4675
4000
4500

3540
4000

3500

3000
Fe
load (kg)

2500
2150 Cu

1900
2000 1790 1700
Al

1550 1360
1500

1000

500

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

pertambahan panjang (mm)


Analisa grafik P vs dL

Fe merupakan logam dengan kemampuan menahan beban (Load,P)


paling tinggi dibandingkan sampel lain
Urutan nilai ductility Cu > Fe > Al (tidak sesuai dengan
literatur),seharusnya Al > Cu >Fe
Kesalahan mungkin disebabkan keadaan sampel (cacat
mikro,alloying) atau kesalahan dalam pembacaan nilai yang tertera
pada grafik
• Grafik Stress vs Strain
grafik stess vs strain
700

600
583,9878981
499,6687898
500
442,206879
400
Stress (Mpa)

Fe
Cu
Al
300
223,6018
193,6217
170,4558 192,8842104
169,8873885
200
152,5130966
100

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Strain
Analisa grafik stress vs strain

Fe memiliki UTS paling tinggi dibanding Cu dan Al,ini


menunjukkan Fe logam yang paling tangguh
Fe juga merupakan logam dengan yield strength paling tinggi
diikuti Al dan Cu
Fe memiliki modulus elastisitas tertinggi
Hasil vs Literatur YS & UTS
Tabel literatur pengujian tarik Fe,Cu dan Al

Fe memiliki UTS dan YS paling tinggi,ini sesuai dengan literatur


UTS dan YS Cu < Al,Tidak sesuai litetur
Diameter Cu (11,8mm) > Al (10mm) menyebabkan nilai UTS dan
YS Cu lebih kecil
Hasil vs Literatur E
Tabel literatur modulus elastisitas Fe,Cu,dan Al

Fe memiliki E paling tinggi diikuti Al dan Cu,tidak sesuai


literatur
Diameter Cu > Al mengakibatkan nilai tegangan Cu yang
seharusnya lebih besar menjadi lebih kecil
Kesalahan dalam membaca data pada grafik stress vs
strain
• Grafik true stress vs true strain
grafik true stess vs true strain
800

721,2251
700
639,576051
600

448,84
500
true stress (MPa)

Fe
400 Cu
Al

300 194,521059
240,3719172 222,77813 187,591108
196,526
172,1604 9 8
200

100

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

true strain
Analisa Grafik true stress vs true strain

Fe memiliki UTS paling tinggi dibanding Cu dan Al,ini menunjukkan Fe


logam yang paling tangguh
Fe juga merupakan logam dengan yield strength paling tinggi diikuti Al
dan Cu
Fe memiliki Modulus Elaastisitas paling tinggi
Hasil vs literatur UTS,YS & E
Fe memiliki UTS dan YS paling tinggi,ini sesuai dengan
literatur
UTS dan YS Cu < Al,Tidak sesuai litetur
Diameter Cu (11,8mm) > Al (10mm) menyebabkan nilai
UTS dan YS Cu lebih kecil
Fe memiliki E paling tinggi diikuti Al dan Cu,tidak sesuai
literatur
Diameter Cu > Al mengakibatkan nilai tegangan Cu yang
seharusnya lebih besar menjadi lebih kecil
Kesalahan dalam membaca data pada grafik stress vs
strain
Analisa perpatahan
Perpatahan ketiga sampel menunjukkan
fenomena necking sebelum patah,ini
menunjukkan sampel merupakan logam ulet
Jenis perpatahan:
Fe : cup cone
Cu: cup cone
Al : irregular fibrous
kesimpulan
Fe memliki nilai UTS tertinggi diikuti Al dan Cu

Titik luluh tertinggi dimiliki oleh Fe > Al >Cu

Cu merupakan logam paling ulet diikuti oleh Fe dan Al


dilihat dari % elongasi dan % reduksi area

Sama halnya UTS dan YS,modulus elastisitas Fe


mempunyai nilai tertinggi dibandingkan Al dan Cu

Dilihat dari bentuk perpatahannya ketiga


sampel,menunjukkan perpatahan ulet yang ditunjukkan
adanya necking
Tugas tambahan
Kenapa pada BCC tidak terjadi closed-packed??
Kenapa dislokasi terjadi pada arah dan bidang
terpadat??
Dislokasi terjadi pada bidang slip. Bidang slip dan arah slip terjadi pada
bidang grafik dan arah atom yang paling padat maka dengan adanya
kepadatan atom maka energi yang dibutuhkan dislokasi untuk menuju
batas butir lebih kecil dibandingkan jika jarak antar atom renggang.Jika
dislokasi bergerak tidak pada bidang dan arah terpadat maka ada
kemungkinan dislokasi akan terhenti dan tidak sampai pada batas butir
karena energi yang dimiliki habis untuk bergerak.
• Grafik stress vs strain apa ini?
Kurva tersebut merupakan kurva serrated stress-
strain curve
Kurva ini biasa ditemui pada material berstruktur
HCP.
Kurva ini menunjukkan deformasi yang heterogen.
Hal ini juga dapat ditemui pada material berstruktur
BCC dengan adanya kandungan karbon,
menunjukkan mekanisme precipitation hardening.
Sifat mekanis dari kurva ini menunjukkan bahwa
material bersifat kuat.
Apakah kesamaan tempering dan ageing?
kedua perlakuan material tersebut dibuat untuk
memperbaiki butir pada suatu material yang sebelumnya
mengalami proses fabrikasi seperti rolling,drawing,dll.
Pada proses fabrikasi tersebut,butir akan menjadi pipih dan
terdapat sisa tegangan didalamnya.Oleh karena itu,untuk
menghilangkan sisa tegangan dan memperbaiki bentuk butir
menjadi bulat tanpa mengurangi kekuatan dari material
dilakukan proses pemanasan dibawah temperatur
austenisasi dari material tersebut.
• Tunjukkan grafik stress vs strain single crystal dengan
penjelasannya!

Grafik stress vs strain single crystal


Kurva terbagi menjadi 3 bagian :
Easy glide
Keadaan ini terjadi low hardening rate. Dimana
material mudah berdeformasi karena pengerasan yang
terjadi masih sedikit.
Dynamic recovery
Terjadi mekanisme strain hardening disebabkan adanya
tempat dislokasi untuk bergerak, maka dislokasi yang
terjadi semakin banyak, dan terjadi peningkatan kerapatan
dislokasi.
Dislocation pinning
Karena single crystal tidak memiliki batas butir maka
terbentuk jaringan dislokasi.
Modul 1
selesai
Modul II
Pengujian Kekerasan
Outline
1. Tujuan Pengujian Kekerasan
2. Prinsip Pengujian Kekerasan
3. Alat dan Bahan Pengujian Kekerasan
4. Data Hasil Pengujian Kekerasan
5. Grafik dan Analisa Grafik Pengujian
Kekerasan
6. Kesimpulan Pengujian Kekerasan
7. Tugas Tambahan Pengujian Kekerasan
1. Tujuan Pengujian Kekerasan
Mampu menguasai beberapa metode pengujian yang umum dilakukan untuk

mengetahui nilai kekerasan suatu logam

Mampu menjelaskan makna nilai kekerasan material dalam lingkungan ilmu metalurgi

dan ilmu-ilmu terapan lainnya

Mampu menjelaskan perbedaan antara pengujian kekerasan dengan metode gores,

pantulan, dan indentasi

Mampu menjelaskan kekhususan pengujian kekerasan dengan metode Brinell, Vickers,

Knoop, dan Rockwell

Dapat mengaplikasikan beberapa formulasi dasar untuk memperoleh nilai kekerasan

material dengan uji brinell dan vickers


2. Prinsip pengujian Kekerasan
• Pada pengujian kekerasan ini, material dilakukan penjejakan dengan

menggunakan metode Indentasi Brinell yang menggunakan bola baja

berdiameter 10 mm. Spesimen uji berupa Fe, Cu, Al dengan pembebanan yang

berbeda. Untuk Fe 187.5 kg dengan waktu 10 s, Cu 62.5 kg dengan waktu 30 s,

dan Al 31.25 kg dengan waktu 30 s. Sebelum dilakukan penjejakan, sampel uji

dipersiapkan dengan baik terlebih dahulu dengan cara diamplas agar

permukaannya halus.

• Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung

diameternya di bawah mikroskop khusus pengukur jejak.


3. Alat dan Bahan pengujian
• Peralatan:
– Hoytom macrohardness tester (metode Brinell)
– Micrometer
– Measuring microscope

• Bahan :
– Spesimen pengujian kekerasan material Fe
– Spesimen pengujian kekerasan material Cu
– Spesimen pengujian kekerasan material Al
Metodologi Pengujian Kekerasan
• Menggunakan metode Brinnel dengan cara berikut:
1. Bagian grip sampel uji kekerasan diamplas
2. Sampel diletakan pada anvil dengan posisi horizontal
3. Identor dan beban dipilih yang sesuai
4. Pengujian dilakukan pada beberapa lokasi (min 3)
5. Setelah itu, diameter hasil penjejakan dihitung dengan
mikroskop pengukur jejak
6. Nilai kekerasan diukur dan dibandingkan dengan kekerasan
pada sampel uji silinder pejal.
7. Selesai
4. Data Hasil Pengujian Kekerasan
BHN rata-
P D No d1 d2 drata-rata BHN rata
Sampel

(Kg) (mm) Indentasi (mm) (mm) (mm) (kg/mm2) (kg/mm2)

187.5 10 1 1.398 1.424 1.411 119.3712

Fe 123.3155557
187.5 10 2 1.358 1.431 1.3945 122.2271

187.5 10 3 1.336 1.386 1.361 128.3483

62.5 10 1 0.976 1.025 1.0005 79.33873

Cu 66.24377426
62.5 10 2 0.968 0.997 1.965 20.41883

62.5 10 3 0.839 0.953 0.896 98.97376

31.25 10 1 0.94 0.927 0.9335 45.58296

Al 54.72313775
31.25 10 2 0.961 0.944 0.9525 43.77861

31.25 10 3 0.685 0.773 0.729 74.80785


Foto Hasil Uji

Fe Cu

Al
5. Grafik Hasil Pengujian Kekerasan
Grafik BHN vs Beban untuk Spesimen Fe

Dari grafik, maka didapatkan kekerasan


rata-rata untuk spesimen Fe sebesar 123.32
Analisa Grafik spesimen Fe
Di bawah ini terdapat tabel yang memproyeksikan nilai kekerasan Brinell
untuk beberapa jenis material berbasis Fe, yaitu sebagai berikut:

Material BHN (Brinell Hardness Number)


Material BHN (Brinell Hardness Number)

Steel 0.4%C 130 – 190 (Referensi: Davis,HE.


Steel 0.4%C 130 – 190
Steel 0.6%C 200 - 235 Troxell,GE. The Testing
Steel 0.6%C 200 - 235 of Engineering Materials
Steel 0.8%C 240 – 360 4th edition page 206
Steel 0.8%C 240 – 360
Malleable iron 120 (procedure of hadness
Malleable iron 120 tests). The McGraw-Hill
Nickel cast iron 200 Companies : New
Nickel cast iron 200
York,NY)

Berdasarkan tabel di atas maka nilai kekerasan yang paling mendekati


dengan nilai kekerasan hasil pengujian sampel Fe yaitu 123.32 BHN
adalah Malleable iron.
Grafik BHN vs Beban untuk Spesimen Cu

Dari grafik, maka didapatkan kekerasan rata-


rata untuk spesimen Cu sebesar 66.244 BHN
Analisa Grafik spesimen Cu
• Di bawah ini terdapat tabel yang memproyeksikan nilai kekerasan Brinell
untuk beberapa jenis material berbasis Cu, yaitu sebagai berikut:

Material BHN (Brinell Hardness Number) (Referensi: Callister, William


D. 1996. Materials Science
Cu alloy C11000 64.06 – 131.88 and Engineering An
Introduction Fourth Edition
Cu alloy C17200 135.94 – 423.77
page 782 (Properties of
Cu alloy C36000 97.97 – 135.94 Selected Materials). The
McGraw-Hill Companies :
Cu alloy C71500 107.83 – 149.86 New York,NY (setelah
Cu alloy C93200 69.86 dikonversikan melalui
persamaan TS = 3.45 x
BHN) )

Berdasarkan tabel di atas maka nilai kekerasan yang paling mendekati


dengan nilai kekerasan hasil pengujian sampel Cu (66.24 BHN) adalah Cu
Grafik BHN vs Beban untuk Spesimen Al

Dari grafik, maka didapatkan kekerasan rata-rata untuk


spesimen Al sebesar 54.72 BHN
Analisa Grafik spesimen Al
• Di bawah ini terdapat tabel yang memproyeksikan nilai kekerasan
Brinell untuk beberapa jenis material berbasis Al, yaitu sebagai
berikut:
Material BHN (Brinell Hardness Number)

Al alloy 1100 21.74 – 47.83 (Referensi: Davis,HE. Troxell,GE.


The Testing of Engineering
Al alloy 2024 53.62 – 143.48 Materials 4th edition page 311
(mechanical properties of light
Al alloy 2014 53.62 – 140.58 nonferrous alloys). The McGraw-
Hill Companies : New York,NY
Al alloy 5052 56.52 – 84.06 (setelah dikonversikan melalui
Al alloy 5456 89.86 – 101.45 persamaan Tensile Strength = 3.45
x BHN))
Al alloy 7075 66.67 – 165.22

Berdasarkan tabel di atas maka nilai kekerasan yang paling mendekati


dengan nilai kekerasan hasil pengujian specimen Al (54.72BHN) adalah
Grafik BHN vs Beban untuk ketiga Spesimen
(Fe, Cu, Al)

Grafik sample di atas telah sesuai dengan literatur,


yaitu ketiga pembebanan yang diberikan menghasilkan
urutan kekerasan Fe-Cu-Al. Hal ini dikarenakanperbedaan
struktur kristal Al & Cu (FCC) dan Fe(BCC)
Analisa Hubungan Kekerasan dengan sifat
mekanis lain
1. Semakin tinggi nilai kekerasan suatu
material, maka material tersebut memiliki
kekuatan yang tinggi karena baik itu
tegangan tarik maupun kekerasan
merupakan indikator ketahanan material
terhadap deformasi plastis

TS (MPa) = 3.45 x BHN

2. Semakin tinggi kekerasan, semakin tinggi


ketahanan aus
3. Kekerasan tinggi maka kecenderungan
material ketangguhan sangat rendah, karena
sifatnya yang getas
6. Kesimpulan
1. Urutan material yang memiliki nilai kekerasan paling
tinggi sampai yang rendah yaitu Besi (Fe) – Tembaga
(Cu) - Aluminium (Al).
2. Semakin tinggi nilai BHN suatu material, kekerasannya
pun makin tinggi.
3. Pada material yang mempunyai kekerasan tinggi maka
material itu mempunyai kekuatan tarik tinggi dan
mempunyai laju keausan yang rendah begitu juga
sebaliknya.
4. Semakin keras suatu material maka material tersebut
akan mempunyai kecenderungan semakin getas (patah
lebih cepat).
7. Tugas Tambahan
1. Jelaskan perbedaan Vickers dan Knoop berdasarkan sifat anisotropic dan
isotropic!
Jika kita tinjau metode Vickers dengan indentor berupa piramida, maka akan
kita dapatkan jejak berupa bujur sangkar tertragonal (mempunyai arah yang
sama setiap sudut dan sisinya) berarti ini isotropi. Sedangkan Knoop cocok
untuk anisotropi, karena jejak yang dihasilkan tidak sama dengan Vickers.

2. Jelaskan pengaruh waktu penekanan, untuk ferrous 10 s dan untuk non


ferrous 30 s!
Jawab:
Secara umum tidak ada pengaruh variabel waktu terhadap nilai kekerasan
dari suatu material. Hal ini disebabkan nilai kekerasan dari suatu material
sebenarnya merupakan ketahanan dari material tersebut untuk menahan
suatu pembebanan penekanan (load) yang dijejakan pada permukaan
material tersebut (area).
Dalam perhitungan nilai kekerasan seperti dengan formulasi Brinell
Hardness Number (BHN) hanya terdapat dua variabel utama, yaitu
besarnya pembebanan (load) dan diameter jejak yang
menginterpretasikan besarnya luas area penjejakan (area). Variabel
waktu hanya digunakan sebagai suatu patokan dalam standar pengujian
kekerasan agar identasi yang dilakukan dapat menghasilkan nilai
kekerasan optimal sehingga data yang didapatkan dari hasil pengujian
kekerasan tersebut memiliki validasi yang cukup untuk dapat
diintegrasikan dengan nilai kekerasan yang sebenarnya dari material
tersebut. Untuk logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar
10 detik sementara untuk logam-logam non-ferrous sekitar 30 detik.
Walaupun demikian pengaturan beban dan waktu indentasi untuk setiap
material dapat pula ditentukan oleh karakteristik alat penguji
3. Jelaskanlah pengaruh konsentrasi tegangan pada penjejakkan,
apakah tambah lunak atau keras pada saat penjejakkan?
Jawab:
Tambah keras. Karena apabila pada benda uji (spesimen) terdapat
konsentrasi tegangan yang cukup besar sehingga apabila penjejakan
(indentasi) dilakukan pada bagian ini maka nilai kekerasan yang
diperoleh tidak valid. Hal ini disebabkan nilai kekerasan yang diperoleh
bukanlah nilai kekerasan sebenarnya dari material tersebut karena
pengukuran dilakukan pada bagian material yang memiliki nilai
konsentrasi tegangan yang cukup tinggi dan tidak berada dalam kondisi
kesetimbangan dari material tersebut.
4. Apakah metode Brinell yang digunakan praktikan untuk sampel Fe,
Cu, Al valid? Karena pada pengujian ini beban maksimal 185 kg,
sedangkan sebenarnya bisa sampai 300 kg?
Jawab:
Beban yang diberikan pada pengujian keras ini berbeda dengan standart
yang ada. Standar untuk metode pengujian kekerasan Brinell mengenai
beban dan diameter indentor (ASTM 10), yaitu :

DIAMETER BOLA BEBAN RENTANG KEKERASAN BRINELL YANG


(MM) (KG) DIREKOMENDASIKAN
10 3000 96 – 600
10 1500 48 – 300
10 500 16 – 100
Beberapa pengujian (yang bukan merupakan uji Brinell standar) akan
mendekati uji standar jika perbandingan / hubungan antara beban
aplikasi (P) dan diameter bola (D) sama dengan pada uji standar. Karena,
perbedaan dengan uji standart dapat menyebabkan penyimpangan.
Untuk menghindari penyimpangan akibat beban dan diameter indentor
yang tidak standar itu, maka diperlukan keserupaan lekukan secara
geometris. Keserupaan geometris akan diperoleh selama sudut 2φ(sudut
antara pusat bola dengan diameter jejak) tidak berubah. Persamaan
berikut menunjukkan agar φ dan BHN tetap konstan, beban dan variasi
bola harus divariasikan memenuhi perbandingan :
Karena itu, dari pengujian didapatkan nilai kekerasan rata-rata pada Fe
adalah 123.32 BHN. Berdasarkan standar, untuk nilai kekerasan ini, maka
beban dan diameter indentor yang digunakan adalah 3000kg dan 10mm.
Jadi dengan diameter indentor pada pengujian adalah 10 mm, maka
beban yang sesuai adalah:

P1 = P2
D12 D22
3000 = P2
100 102
P2 = 3000 kg

Beban yang sesuai sangat jauh dari beban yang diaplikasikan, yaitu 187.5 kg. Maka
pengujian dengan diameter indentor 10 mm dan beban hanya 187.5 kg tidaklah
valid.
Modul II
Selesai
Modul 3

Pengujian Impak
(Impact Testing)
outline
1. Tujuan Pengujian Impak
2. Prinsip Pengujian Impak
3. Alat dan bahan Pengujian Impak
4. Data Hasil Pengujian Impak
5. Grafik dan Analisa Grafik Pengujian Impak
6. Kesimpulan Pengujian Impak
7. Tugas Tambahan Pengujian Impak
Tujuan Pengujian Impak
1. Untuk menjelaskan tujuan dan prinsip dasar
pengukuran harga impak dari logam.
2. Untuk mengetahui temperatur transisi perilaku
kegetasan baja struktural ST 42.
3. Untuk menganalisis permukaan patahan (fraktografi)
sampel impak yang diuji pada berbagai temperatur.
4. Untuk membandingkan harga impak beberapa jenis
logam.
5. Untuk menjelaskan perbedaan metode Charpy dan
Izod.
Prinsip Pengujian Impak
• Pada pengujian ini metode yang digunakan adlah metode
Charpy.Pada metode ini,prinsip pembebanan adalah sampel uji
diletakkan pada posisi mendatar kemudian dilakukan pembebanan
dengan posisi ayunan bandul dari arah belakang takik dari sampel
uji.Sampel uji yang digunakan pada pengujian ini adalah Fe dan Cu
dimana dilakukan perlakuan temperatur yang berbeda dari masing-
masing sampel tersebut.
Alat dan Bahan Pengujian Impak
1. Impact testing machine (metode Charpy)
kapasitas 30 Joule
2. Caliper dan atau micrometer
3. Stereoscan macroscope
4. Termometer
5. Furnace
6. Sampel uji impak baja ST 42 (4 buah)
7. Dry ice
Flowchart Pengujian Impak
Melakukan pengereman sehingga ayunan
MULAI pendulum dapat dikurangi

Mengukur luas area dibawah takik sampel uji


Membaca nilai pada jarum merah dan
menghitung harga impak
Memasukkan sampel uji temp. rendah dan tinggi
ke wadah berisi dry ice + alcohol furnace
Mengambil benda uji dan mengamati
permukaan perpatahan pada stereoscan micr.
Memutar handel untuk menaikkan pendulum

Meletakkan benda uji pada tempatnya Membuat sketsa patahan, mengukur luas
area

Melakukan pengujian pada posisi di samping


alat uji SELESAI
Data Hasil Pengujian Impak
• Data Hasil Pengujian Impak Baja ST42
• Data Hasil Pengujian Impak Cu-Zn
Luas Penampang T E HI Sketsa
Bahan

a b A
(mm) (mm) (mm2) (0C) (Joule) (Joule/mm2) Patahan

10 9,95 99,5 -2,4 120 1,206

Baja ST
9,8 9,8 96,04 27 168 1,749
42
 

9,8 9,9 97,02 80,1 146 1,505

 
Luas Penampang T E HI Sketsa
Bahan

a b A
(mm) (mm) (mm2) (0C) (Joule) (Joule/mm2) Patahan

99,002
9,95 9,95 -14 12 0,1212
5

100,49
Cu - Zn 10,1 9,95 27 12 0,1194
5

10 10 100 122,7 18 0,18

 
Grafik dan Analisa Pengujian Impak
• Grafik dan Analisa Spesimen Baja ST42
• Grafik dan Analisa Spesimen Cu-Zn
Grafik HI vs T Fe
Grafik HI vs Temperatur Baja ST42
2
1.75
1.8
1.6 1.51

1.4
1.21
1.2
HI (J/mm2)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Temperatur (0C)
Analisa grafik HI vs T Fe
• Harga impak fluktuatif naik kemudian turun,tidak sesuai
dengan literatur
• Literatur menyebutkan bahwa semakin tinggi T semakin
tinggi HI
– Kesalahan dapat disebabkan Kurangnya ketelitian dalam
pembacaan temperatur.Hal ini terjadi karena pada saat
pembacaan temperatur yang tertera pada termometer
menunjukkan nilai yang berubah-ubah.Sehingga sulit untuk
mendapatkan temperatur yang sesuai.
– Kurangnya ketelitian dalam prosedur penempatan skala awal
pada alat sehingga nilai yang tertera pada skala kurang sesuai.
• Terdapat T transisi pada saat suhu mendekati suhu
kamar,menunjukkan adanya perubahan jenis perpatahan
Grafik HI vs T Cu-Zn
Grafik HI vs Temperatur Cu-Zn
0.2
0.18
0.18
0.16
0.14
0.12 0.12
0.12
HI (J/mm2)

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
-40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140
Temperatur 0C
Analisa grafik HI vs T Cu-Zn
• Harga impak turun kemudian naik,tidak sesuai dengan
literatur
• Literatur menyebutkan bahwa semakin tinggi T semakin tinggi
HI
– Kesalahan dapat disebabkan Kurangnya ketelitian dalam pembacaan
temperatur.Hal ini terjadi karena pada saat pembacaan temperatur
yang tertera pada termometer menunjukkan nilai yang berubah-
ubah.Sehingga sulit untuk mendapatkan temperatur yang sesuai.
– Kurangnya ketelitian dalam prosedur penempatan skala awal pada
alat sehingga nilai yang tertera pada skala kurang sesuai.

• Tidak ada T transisi,menunjukkan sampel tsb britle


Grafik perbandingan HI vs T

Grafik Harga Impak vs Temperatur


2

1.8
1.75
1.6
1.51
1.4

1.2 1.21
HI (J/mm2)

0.8

0.6

0.4

0.2 0.18
0.12 0.12
0
-40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140
Temperatur 0C

Baja ST42 Cu-Zn


Analisa perpatahan
Analisa perpatahan Fe
• Pada T -2,4C tidak terjadi perpatahan
sempurna, perpatahan bergelombang
– Perpatahan granular
• Pada T 25C tidak terjadi perpatahan
sempurna,permukaan patah agak terang dan
rata
– Perpatahan campuran
• Pada T 80,1C tidak terjadi perpatahan
sempurna,permukaan berserat dan tidak rata
– Perpatahan ulet
Analisa perpatahan Cu-Zn
• Pada 3 sampel terjadi perpatahan sempurna
– Perpatahan ulet
– Pada grafik juga tidak terlihat adanya
temperatur transisi
Kesimpulan
• Nilai Impak menunjukkan bahwa logam Fe
memiliki temperatur transisi, sedangkan
CuZn tidak. Ini berkaitan dengan titik luluh
serta struktur butir dari kedua sampel.
• Harga impak baja lebih tinggi daripada
harga impak yang dimiliki oleh Cu-Zn. Itu
menunjukkan baja lebih tangguh daripada
Cu-Zn.
Pertanyaan tambahan
1. Bagaimana gambar-gambar dari TEM, SEM dan Mikroskop Optik?

• Gambar diatas merupakan specimen aluminium 7075 setelah


dietsa. Jadi, dengan mikroskop Optik kita dapat melihat butir-
butir dan melihat fasa, misalnya fasa ferrite dan pearlite jika
dilihat menggunakan MO, maka dalam penglihatannya akan
berwarna biru muda. Perbesaran mikroskop ini dapat sampai
2000 kali.
• SEM digunakan jika ingin melihat struktur lebih
detail dan dengan SEM dapat melihat unsur-unsur
yang ada dalam material, dan kontur asli dari
material. SEM mempunyai resolusi yang lebih tinggi
daripada Mikroskop Optik.
• Transmission Electron Microscope (TEM)
Dengan TEM, kita dapat melihat susunan atom,
struktur Kristal, defects pada material, dapat
melihat ada atom apa, melihat adanya presipitat,
dan dapat melihat adanya dislokasi.
2. Pada HCP dimana dislokasi terjadi?

• Pada struktur HCP, arah <1120> merupakan


arah terpadat.Jadi,dislokasi terjadi pada
arah tersebut.
3. Kenapa arah pembebanan berbeda memberikan hasil yang berbeda? Apa
standar pengujiannya pada material komposit?

• Jika beban kejut yang diberikan sejajar dengan


layer, umumnya harga impak yang dihasilkan
akan lebih kecil dari harga impak dari beban kejut
yang tegak lurus terhadap layer, karena daya
perbedaan tegangan dari kedua arah pada matrix
composite.
• Standard pengujian impak untuk MMC dilakukan
seperti pada ASTM D 5379 yaitu standard test
method for shear properties of composites material
by the V-notched beam method.
4. Jelaskan metode pengujian hot spark? Apa standar
untuk pengujian pipa?

• Hot spark adalah pengujian yang dilakukan


untuk mengetahui percikan api, biasanya
untuk mengetahui temperatur koil.
• Standar pengujian pipa adalah ASTM C924-
02 (Standard Practice for Testing Concrete
Pipe)
5. Bagaimana HI pada material dengan butir
kecil?
• Semakin besar karena pada butir kecil batas
butir semakin banyak maka dislokasi susah
bergerak karena membutuhkan energi yang
tinggi untuk dapat bergerak.
Modul 3
selesai
Modul 4
Uji Keausan
Isi Presentasi Modul 4
Praktikum Uji Aus
1. Tujuan Pengujian Aus
2. Prinsip Pengujian Aus
3. Alat dan Bahan Pengujian Aus
4. Data Hasil Pengujian Aus
5. Grafik dan Analisa Grafik Pengujian Aus
6. Kesimpulan Pengujian Aus
7. Tugas Tambahan Pengujian Aus
Tujuan Pengujian Aus
1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar dari
pengujian keausan pada material logam.
2. Praktikan dapat memahami mekanisme keausan
yang mungkin terjadi pada material logam.
3. Praktikan dapat membandingkan nilai
ketahanan keausan dari beberapa jenis logam
seperti baja lunak (mild steel), besi tuang (cast
iron), logam paduan tembaga dan logam paduan
aluminium.
Tujuan Pengujian Aus
4. Praktikan dapat melakukan analisa
terhadap beberapa faktor luar seperti
beban, kecepatan dan jarak luncur
terhadap laju keausan beberapa jenis
logam.
5. Praktikan dapat memahami mekanisme
keausan yang paling dominan pada logam-
logam tersebut.
Prinsip Pengujian Tarik
• Menggunakan metode ogoshi
P

• Benda uji (spesimen) memperoleh beban gesek yang


berasal dari cincin yang berputar (revolving disc) sehingga
menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-
ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian
material pada permukaan benda uji.
Prinsip Pengujian Aus
• Besarnya jejak permukaan dari material
yang tergesek adalah dasar penentuan
tingkat keausan pada material yang diuji
keausannya
3
• Volume materialWyang

B.bhilang
12r Keterangan
W = volume material yang terabrasi (mm3)
B = tebal revolving disc (mm)
R = jari-jari revolving disc (mm)
• Laju Keausan b = lebar celah material yang terabrasi (mm)
V = Laju Aus

W B.b 3
V 
x 12r.x
Metodologi Pengujian Keausan
Peralatan Pengujian Keausan Bahan Pengujian Keausan

Berikut adalah peralatan yang digunakan Berikut adalah bahan yang digunakan
pada pengujian keausan, yaitu sebagai pada pengujian keausan, yaitu
berikut: sebagai berikut:
• Sampel uji keausan dari material
• Mesin pengujian keausan metode
baja lunak (mild steel)
Ogoshi
• Caliper • Sampel uji keausan dari material
• Mikrometer besi tuang (cast iron)
• Alat pemasang dan pembuka gear • Sampel uji keausan dari material
(tracker) logam paduan tembaga
• Mikroskop pengukur (measuring • Sampel uji keausan dari material
microscope) logam paduan aluminium
Metodologi Pengujian Keausan
Diagram Alir
mulai

Menyiapkan sampel tidak


uji, gir dan tacker Skala 4.5

Memasang benda uji ya


pada sampel holder Menyesuaikan set up
parameter uji
Memutar baut pada
window searah jarum Membersihkan mesin
jam uji

Men-set variasi gir, Menekan tombol switch


untuk mengatur on
parameter pengujian
Melepaskan sampel bila
Mengatur skala lubang mesin telah mati
intip pada posisi nol
Mengukur lebar celah
Menyentuhkan sampel (b) pada measuring
dengan revolving disc microscope

Mengatur pasangan gir Mengamati jejak


beban hingga skala 4.5 keausan
pada lubang intip

membuat sketsa dan


deskripsi jejak

selesai
Data, Perhitungan dan Grafik
Tabel Data Pengamatan

Sampel kecepatan LA rata2


b (mm) x (mm) P (kg) (m/s) W (mm) LA (mm3/mm) (mm3/mm)

4.385 600000 6.32 2.91 1.405 0.000002342

Al 0.000002910
5.819 600000 6.32 2.91 3.284 0.000005473

3.205 600000 6.32 2.91 0.549 0.000000914

3.522 600000 6.32 2.91 0.728 0.000001214

Fe 0.000001192
3.525 600000 6.32 2.91 0.730 0.000001217

3.455 600000 6.32 2.91 0.687 0.000001146

3.781 600000 6.32 2.91 0.901 0.000001501

Cu 0.000000938
2.382 600000 6.32 2.91 0.225 0.000000375

3.231 600000 6.32 2.91 0.562 0.000000937


Foto

Al Cu

Fe
Data, Perhitungan dan Grafik
Contoh Perhitungan
Grafik
Grafik Perbandingan Beban dan Laju Aus
Beban/ Sampel Fe Al Cu

2.11 Kg 0.0000004636 0.0000081262 0.0000021322

6.32 Kg 0.000001192 0.000002910 0.000000938

12.64 Kg 0.000003972 0.000053558 0.000010771

Spesimen Fe Spesimen Al Spesimen Cu


0.0000045000 0.0000600000 0.0000120000
0.0000040000
0.0000500000 0.0000100000
0.0000035000
Laju Aus (mm3/mm)
Laju Aus (mm3/mm)

Laju Aus(mm3/mm)
0.0000030000 0.0000400000 0.0000080000
0.0000025000
Fe 0.0000300000 Al 0.0000060000 Cu
0.0000020000
0.0000015000 0.0000200000 0.0000040000
0.0000010000
0.0000100000 0.0000020000
0.0000005000
0.0000000000 0.0000000000 0.0000000000
0 2 4 6 8 10 12 14 0 2 4 6 8 10 12 14 0 2 4 6 8 10 12 14
Beban (Kg) Beban (Kg) Beban (Kg)
Grafik
Perbandingan Ketiga Spesimen
0.0000600000

0.0000500000

0.0000400000
Laju Aus (mm3/mm)

Fe
0.0000300000 Al
Cu

0.0000200000

0.0000100000

0.0000000000
0 2 4 6 8 10 12 14

Beban (Kg)
Grafik
Grafik Perbandingan Kecepatan dan Laju Aus
/
 V(m/s) Sampe
l Al Cu Fe
1.97 0.000024277 0.000002012 0.000004010
2.38 0.000071451 0.000010222 0.000004176
2.91 0.000004365 0.000001407 0.000001788
3.62 0.000037958 0.000002225 0.000002617

Spesimen Fe Spesimen Cu Spesimen Al


0.000004500 0.000080000
0.000012000
0.000004000 0.000070000
0.000010000
0.000003500 0.000060000

Laju Aus (mm3/mm)


Laju Aus (mm3/mm)

Laju Aus (mm3/mm)

0.000003000 0.000008000 0.000050000


0.000002500
Fe 0.000006000 Cu 0.000040000 Al
0.000002000
0.000030000
0.000001500 0.000004000
0.000020000
0.000001000
0.000002000
0.000000500 0.000010000

0.000000000 0.000000000 0.000000000


1.5 2 2.5 3 3.5 4 1.5 2 2.5 3 3.5 4 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Kecepatan (mm/s) Kecepatan (mm/s) Kecepatan (mm/s)
Grafik
Perbandingan Ketiga Spesimen Fe-Cu-Al
0.000080000

0.000070000

0.000060000

0.000050000
Laju Aus (mm3/mm)

Al
0.000040000 Cu
Fe

0.000030000

0.000020000

0.000010000

0.000000000
1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.8

Kecepatan (mm/s)
Analisa
Analisa Grafik Laju Aus vs Beban

• Berdasarkan grafik Laju Aus (LA) versus beban untuk perbandingan


ketiga spesimen di atas terlihat bahwa logam yang mempunyai laju
aus tertinggi adalah Al diikuti oleh Cu dan Fe

• Hasil pengujian ini sesuai dengan literatur di mana logam yang


memiliki laju keausan tertinggi adalah Al, diikuti Cu dan Fe

• Logam Fe merupakan logam yang memiliki ketahanan keausan yang


paling baik di antara spesimen lainnya karena Fe mempunyai
kekerasan yang paling tinggi di antara kedua logam lainnya.
Analisa Mekanisme Keausan Abrasif
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju keausan abrasif

• Kekerasan material (material hardness)


Semakin keras material, maka akan semakin tahan aus.

• Ukuran abrasif
Semakin besar ukuran abrasive maka laju keausan abrasifnya akan
semakin meningkat.

• Bentuk abrasif
Bentuk abrasif yang lebih meruncing atau tajam, akan memungkinkan
material lebih cepat terabrasi dibandingkan dengan bentuk abrasive
yang datar.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari Praktikum Karakterisasi
Material 1 untuk Modul 4 mengenai pengujian keausan adalah
sebagai berikut:

• Semakin besar beban yang diaplikasikan pada material yang


mengalami kondisi aus maka laju keausan dari material tersebut akan
meningkat.

• Semakin besar kecepatan putar dari revolving disc maka laju keausan
dari material tersebut akan meningkat.

• Secara umum Fe mempunyai ketahanan aus yang paling tinggi diikuti


oleh Cu kemudian Al. Hal ini dibuktikan dengan kelajuan aus Fe yang
relatif lebih rendah di antara kedua spesimen lainnya.
Kesimpulan
• Mekanisme keausan yang diujikan pada ketiga spesimen
tersebut adalah mekanisme keausan abrasif karena dianggap
paling dominan terjadi pada logam-logam tersebut dalam
aplikasinya.

• Pengukuran ketahanan aus dapat dipengaruhi proses-proses


pengerjaan material, seperti preparasi permukaan

• Berdasarkan pengujian, sampel yang memiliki ketahanan aus


terbesar secara berurutan adalah baja, tembaga dan yang
terakhir aluminum;
Tugas Tambahan
1. Jelaskan Standar pengujian Ogoshi!
Jawab:
Metode ogoshi tidak memiliki standard
khusus, namun keausan abrasive memiliki
beberapa standard seperti ASTM G 99-05
yaitu Standard Test Method for Wear
Testing with a Pin-on-disc.
2. Apakah perbedaan mekanisme keausan abrasive dengan erosif?
Jawab:
a. Keausan Abrasif (Abrasive Wearness)
Mekanisme keausan abrasif terjadi apabila suatu partikel keras
(asperity) dari material tertentu meluncur pada permukaan material
lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi (penekanan) atau
pemotongan terhadap material yang lebih lunak tersebut.
Faktor-faktor yang menentukan ketahanan material terhadap
keausan abrasif meliputi:
a. Kekerasan material
b. Semakin keras material maka ketahanan material terhadap
keausan abrasif tersebut akan semakin baik.
C. Kondisi struktur mikro
Semakin baik kondisi struktur mikro material maka ketahanan
material terhadap keausan abrasif tersebut akan semakin baik.
d. Ukuran abrasif
e. Bentuk abrasive
b. Keausan Erosif (Erosive Wearness)

Mekanisme keausan erosif disebabkan oleh gas dan cairan yang


membawa partikel padatan yang membentur permukaan material. Jika
sudut benturannya kecil, keausan yang dihasilkan hampir sama dengan
mekanisme keausan abrasive. Namun, jika sudut benturannya
membentuk sudut gaya normal, yaitu sekitar 90º maka keausan yang
terjadi mengakibatkan brittle failure atau perpatahan getas pada
permukaan material tersebut.

Mekanisme Keausan Erosif


3. Jelaskan Standar pengujian keausan
untuk polymer!
Jawab:

Pengujian keausan polimer (termoplastik,


termoset, dan elastomer):
1. Thermoset

Untuk pengujian material polimer


thermoset, digunakan standar ASTM
F732-00. Makin mudah material tersebut
terdeformasi, tentunya makin rendah
ketahanan aus material tersebut, untuk
menghitung besar ketahanan aus pada
komposit polymer, metode yang paling
umum dilakukan adalah tri-pin on disc.
Pada pengujian ini digunakan tiga pin
yang memiliki dimensi yang sama. prinsip
pengujiannya adalah sebagai berikut :
2. Thermoplastik

Pengujian material thermo plastic


digunakan metode pin-on-disc
dengan standar yang digunakan
ASTM G99-05. Pengujian pin-on-
disc merupakan metode klasik yang
paling umum digunakan untuk
menguji keausan material. Selama
pengujian tersebut, pergesekan
antara pin dan disk akan
menghasilkan keausan dikedua
permukaannya. Untuk
mempermudah pengukuran pin
biasanya memiliki tingkat keausan
yang lebih rendah. Prinsip kerja pin
on disc tribometri :
3. Elastomer

Untuk pengujian pada material polimer


elastomer, menggunakan standar ASTM D
1631-94 (Standard test method for rubber
property-avrasion resistance (footwear
avrader)), yang memberikan pengukuran
kuantitatif ketahanan abrasi pada karet
lunak dengan menggunakan media rotasi
abrasi berbentuk drum, yang dihubungkan
dengan sampel stasioner. Kemudian ada
juga ASTM D 2228-88 (Standar test metho
for rubber property-abrasion resistance
(pico abrader)), yang menggunakan pisau
tungsten karbida untuk mengabrasi
permukaan. Atatu karena begitu lunaknya
elastomer terkadang dimanfaatkan ASTM
D 3702-90 (Standard test method for wear
rate of materials in self lubricated rubbing
contact using a thrust washer testing
machine). Berikut skemanya :
Modul 4
Uji Aus
Selesai

You might also like