You are on page 1of 32

Lapsus

DEMAM TIFOID

Oleh :
Ade Akmal Hidayat
Pembimbing :
Dr.dr.Idham Jaya Ganda Sp.A (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
IDENTITAS PASIEN
 Nama Pasien : AN. Raffi Ahmad Gazali
 No. Rekam Medik : 13-24-70
 Umur : 8 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Jalan Borong Untia 34
 Tanggal lahir : 12/11/2008
 Agama : Islam
 Kebangsaan : Indonesia
 Tanggal masuk : 24/11/2016
 Perawatan/ kamar : PI/ 104
Anamnesis
Keluhan Utama : Demam

Anamnesis Terpimpin : Pasien mengeluh demam di alami


sejak 8 hari yll sebelum MRS,demam di rasakan meningkat
pada malam hari. kejang(-) sesak(-) batuk(+) lendir(+)
menggigil (-). Mual (-), muntah (+) frekuensi 1x,nyeri menelan
(+),anak malas makan dan minum. BAB belum 2 hari, BAK
cukup,kuning.
Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum : Sakit Sedang/Gizi
baik/Compos Mentis

Tanda vital : T = 100/60 mmHg

N = 114 x/menit

P = 34 x/menit

S = 38oC
Conti,,
 Tonsil : T2/T2 Hiperemis (+)
 Faring : Hiperemis (+)
 Stomatitis: (+)
 Lidah Kotor : (+)
 Paru : BP : Vesikuler
BT : Rh -/- Wh -/-
 Jantung : Bj I/II murni regular
Bising (-)
 Abdomen : Peristaltik (+) Kesan normal
Hepar/Lien teraba (hepatomegali)
Cento skor : 3
Usia : 1 suhu : 1 Tonsil : 1
Batuk : 0 limfadenopati : 0
Pemeriksaan Penunjang
(Darah rutin)
26-11-2016

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 7.1 14,0-16,0 gr/d l

N segmen 53 51-67 %

Limfosit 42 20-30 %

Monosit 5 6-9 %

Lekosit 3000 4000-10.000 u/l

Eritrosit 2.880.0 00 4,5 jt- 5,5 jt u/l

trombosit 152.000 150.000-450.000 u/l

Hematokrit 21.8 40-54%


Urinalisis 27-11-2016
pemeriksaan hasil rujukan
warna Kuning,jernih
nitrit negatif negatif
sedimen Eritrosit 4-6/LPB <5 /LPB
sedimen Leukosit 12-15/ LPB <5 /LPB
BLD negatif negatif
leukosit + - 25 negatif
Sel epitel 2-3/LPB < 5 /LPB
PH/Reaksi 6,5
BJ 1.005
protein nrgatif Negatif
reduksi negatif Negatif
urobilin 1 Negatif
keton negatif Negatif
bilirubin negatif negatif
Pemeriksaan Tubex 25-11-2016
pemeriksaan hasil Nilai rujukan
skala 7 < 2 negatif, 3 borderline,
4-5 positif lemah, 6-10
positif kuat
Assesment
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, serta
pemeriksaan penunjang maka disimpulkan :

 Diagnosis kerja : Demam Tifoid


 Diagnosis banding : stomatitis,anemia
defisiensi besi e.c anemia penyakit kronik
Planning
 IVFD dextrose 22 tpm

 Paracetamol 200mg/8
jam/iv(di rutinkan)

 Ambroxol 10 mg/8jam/oral

 Candistatin drops/nystakin
drops 100.000/8jam/oral

 Ceftriaxone 1gr/12jam/iv

 Elkana syrup 1x1 cth/oral


Prognosis
 Qua ad vitam : dubia et bonam
 Qua ad sanationam : dubia et bonam
 Qua ad functionam : dubia et bonam
Follow up 24-11-2016
subjective objective Assesment plannning
Demam (+) KU : SS/GB/CM 1) Susp Infus dextrose
kejang (-) sesak (-) TD : 100/60 mmHg Demam 5% /22 tpm
batuk (+) mual(-) N : 114x/i tifoid  pct 200
Muntah (+) Anak P : 24x/i 2) Tonsilofarin mg/8j/iv
malas S : 38 gitis akut (dirutinkan)
makan/minum nyeri Tonsil : T2/T2 hiperemis(+) 3) Stomatitis  Ambroxol 10
tekan(+) BAB:belum Faring : Hiperemis (+) mg/8j/oral
pernah Paru : BP : Vesikuler  Candistatin
BAK: cukup,kurang BT : Rh-/- Wh-/- drops/nystakin
Cor : Bj I/II murni reguler drops
Bising (-) 100000/8j/oral
Abdomen : peristaltik (+)
kesan normal
Hepar/lien tidak teraba
Cento skor : 3 Periksa:
Usia :1 DR,Tubex,UL,FR
Batuk :0
Suhu : 1
Limfadenopati : 0
Tonsil : 1
25-11-2016
Subjective Objective Assesment Plannning
Demam (+) KU : SS/GB/CM 1) Susp Infus dextrose
kejang (-) sesak (-) TD : 100/60 mmHg Demam 5% /22 tpm
batuk (+) mual(-) N : 132x/i tifoid  pct 200
Muntah (+) Anak P : 22x/i 2) Tonsilofarin mg/8j/iv
malas S : 39 gitis akut (dirutinkan)
makan/minum nyeri Tonsil : T2/T2 hiperemis(+) 3) Stomatitis  Ambroxol 10
tekan(+) BAB:belum Faring : Hiperemis (+) 4) Anemia def. mg/8j/oral
pernah Paru : BP : Vesikuler besi ec  Candistatin
BAK: cukup,kurang BT : Rh-/- Wh-/- anemia drops/nystakin
Cor : Bj I/II murni reguler penyakit drops
Bising (-) kronik 100000/8j/oral
Abdomen : peristaltik (+)  (1) ceftriaxone
kesan normal 1 gr/12j/iv
Hepar/lien tidak teraba
26-11-2016
Subjective Objective Assesment Plannning
Demam (-) KU : SS/GB/CM 1) Susp Infus dextrose
kejang (-) sesak (-) TD : 100/60 mmHg Demam 5% /22 tpm
batuk (+) mual(-) N : 98x/i tifoid  pct 200
Muntah (+) Anak P : 26x/i 2) Tonsilofarin mg/8j/iv
malas S : 36,7 gitis akut (dirutinkan)
makan/minum nyeri Tonsil : T2/T2 hiperemis(+) 3) Stomatitis  Ambroxol 10
tekan(+) BAB:belum Faring : Hiperemis (+) 4) Anemia mg/8j/oral
pernah Paru : BP : Vesikuler def.besi ec  Candistatin
BAK: cukup,kurang BT : Rh-/- Wh-/- anemia drops/nystakin
Cor : Bj I/II murni reguler penyakit drops
Bising (-) kronik 100000/8j/oral
Abdomen : peristaltik (+)  (2) ceftriaxone
kesan normal 1 gr/12j/iv
Hepar/lien tidak teraba  elkana syr 1x1
cth/oral
27-11-2016
Subjective Objective Assesment Plannning
Demam (+) KU : SS/GB/CM 1) Demam Infus dextrose
kejang (-) sesak (-) TD : 90/60 mmHg tifoid 5% /22 tpm
batuk (+) mual(-) N : 112x/i 2) Tonsilofarin  pct 320
Muntah (+) Anak P : 28x/i gitis akut mg/8j/iv
malas S : 38,9 3) Stomatitis (dirutinkan)
makan/minum nyeri Tonsil : T2/T2 hiperemis(+) 4) Anemia  Ambroxol 10
tekan(+) BAB:belum Faring : Hiperemis (+) def.besi ec mg/8j/oral
pernah Paru : BP : Vesikuler anemia  Candistatin
BAK: cukup,kurang BT : Rh-/- Wh-/- penyakit drops/nystakin
Cor : Bj I/II murni reguler kronik drops
Bising (-) 100000/8j/oral
Abdomen : peristaltik (+)  (2) ceftriaxone
kesan normal 1 gr/12j/iv
Hepar/lien tidak teraba  elkana syr 1x1
cth/oral
28-11-2016
Subjective Objective Assesment Plannning
Demam (-) KU : SS/GB/CM 1) Demam Infus dextrose
kejang (-) sesak (-) TD : 100/60 mmHg tifoid 5% /22 tpm
batuk (+) mual(-) N : 108x/i 2) Tonsilofarin  pct 320
Muntah (+) Anak P : 28x/i gitis akut mg/8j/iv
malas S : 37,7 3) Stomatitis (dirutinkan)
makan/minum nyeri Tonsil : T2/T2 hiperemis(+) 4) Anemia  Ambroxol 10
tekan(+) BAB:belum Faring : Hiperemis (+) def.besi ec mg/8j/oral
pernah Paru : BP : Vesikuler anemia  Candistatin
BAK: cukup,kurang BT : Rh-/- Wh-/- penyakit drops/nystakin
Cor : Bj I/II murni reguler kronik drops
Bising (-) 100000/8j/oral
Abdomen : peristaltik (+)  (2) ceftriaxone
kesan normal 1 gr/12j/iv
Hepar / lien teraba  elkana syr 1x1
cth/oral
Tinjauan Pustaka
 Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh
Samonella typhi atau Salmonella paratyphi. Tanda
klinis klasik yang muncul pada penderita berupa
demam, malaise, nyeri perut, dan konstipasi. Demam
tifoid yang tidak segera ditangani akan memberat dan
mengakibatkan delirium, perdarahan intestinal,
perforasi usus.
Etiologi
 Basil penyebab tifoid adalah Salmonella
typhi dan paratyphi dari genus Salmonella.
 Basil ini adalah gram negatif, bergerak,
tidak berkapsul, tidak berspora, memiliki
fimbria
 Bersifat aerob dan anaerob fakultatif.
Ukuran antara 2 – 4 x 0,6 mikrometer. Suhu
optimum untuk tumbuh adalah 37°C
dengan pH antara 6 – 8.
Epidemiologi
Insidensi menurut WHO : 17 juta orang dengan jumlah kematian
sebanyak 600.000 orang setahun dan 70 % kematian di benua Asia.
Angka kematian Demam Tifoid menurut WHO mencapai 10 – 20 %,

Di Indonesia bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat.


kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan
500/100.000 penduduk dan angka kematian antara 0.6–5%.

Tidak ada perbedaan yang nyata antara insiden pada laki-laki dan perempuan.
Insiden pasien demam tifoid dengan usia 12 – 30 tahun 70 – 80 %, usia 31 – 40
tahun 10 – 20 %, usia > 40 tahun 5 – 10 %.
Patomekanisme
Gambaran Klinis
Demam 10-14 hari
(meningkat perlahan- Gangguan
lahan terutama pada Gastrointestinal
sore hingga malam (obstipasi, diare)
hari.)

Gangguan kesadaran
Langkah-Langkah Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan
fisis

Pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan
Non
Farmakoterapi
Farmakoterapi

Istirahat dan Pemberian


perawatan antimikroba

Diet dan
terapi
penunjang
Antimikroba
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Uji Widal Uji Tubex
Darah Rutin

Uji IgM Pemeriksaan


Kultur darah
Dipstik Urin

Pemeriksaan Pemeriksaan
Radiologi feses
Komplikasi
Intra intestinal
• perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis.

Ekstra intestinal
• Komplikasi kardiovaskuler : gagal sirkulasi perifer, miokarditis
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis
Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolestitis
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis
Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis
Komplikasi neuropsikiatri / tifoid toksik.1
Komplikasi kardiovaskuler : gagal sirkulasi perifer, miokarditis
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis
Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolestitis
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis
Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis
Komplikasi neuropsikiatri / tifoid toksik.1
Tifoid carier
 Dikatakan carier : pemeriksaan feses atau urin
mengandung S. typi setelah 1 tahun pasca demam
tifoid, tanpa disertai gejala klinis
 Tifoid carier tidak menimbulkan gejala klinis
(asimptomatis). Biasanya disertai dengan infeksi
kronik traktus urinarius
 Proses patofisiologis pada kasus tifoid carier belum
jelas
Pencegahan
 Perbaikan sanitasi lingkungan
 Peningkatan higiene makanan dan minuman
 Peningkatan higiene perorangan
 Pencegahan dengan imunisasi
Prognosis

Prognosis dari demam tifoid adalah berdasarkan dari cepat atau

lambatnya penanganan serta penggunaan antibiotik yang tepat.

Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak adekuat atau

ada komplikasi berat maka prognosis buruk.7


DAFTAR PUSTAKA

 Aru WS, Bambang S, Idrus A, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing.
Edisi 5. Jakarta, 2011. Hal 2797-2805.
 Aziz R, Sidartawan S, Anna UZ, dkk. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 2. Jakarta, 2010. Hal 139-141.
 Nelwan, RHH. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM. Jakarta, 2012. CDK-192/ vol. 39 no. 4.
Hal 247-250
 Islam, Butler, Kabir, Alam. Treatment of Typhoid Fever with Ceftriaxone for 5 Days or
Chloramphenicol for 14 Days: a Randomized Clinical Trial. Antimicrobial Agents and
Chemotherapy. Vol. 37. No. 8. Hal 1572-1575. Bangladesh: 2013.
 John LB. Typhoid Fever. Medscape. 2012. Dapat diakses di
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview. Diakses 19 Juni 2014.
 Siti FS. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/MENKES/SK/V/2006 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta: 2011.
 Sulistia GG, Rianto S, Frans D, dkk. Farmakologi dan Terapi. Penerbit Gaya Baru. Edisi 5.
Jakarta, 2011. Hal 238, 524, 643, 864.

You might also like